Nasib Timor Leste Kini: Mimpi Menjadi Negara Makmur Lewat Cadangan Migas, Mungkinkah?
Menelan biaya 120 juta dolar, sejumlah pihak kini mempertanyakan mengapa mereka membangun bandara ini (suai).
Tanah longsor di salah satu ujungnya telah memblokir jalur timur sejak Januari lalu.
Lebih jauh lagi, sebagian besar jalan amblas, memaksa arus lalu lintas dialihkan ke sisi lajur sebelahnya.
Bandara dan jalan tol, setidaknya untuk saat ini, menjadi proyek yang dibangun dengan biaya besar tetapi tidak banyak digunakan.

Namun, Timor-Leste menganggap kedua proyek tersebut sebagai kunci bagi masa depan perekonomiannya.
Mempertaruhkan cadangan migas
Bandara dan jalan raya ini merupakan proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran untuk mengembangkan wilayah pesisir pantai selatan. Namanya Proyek Tasi Mane.
Rencananya berupa penyaluran minyak dan gas dari Laut Timor untuk diproses di darat.
"Pahlawan perjuangan kemerdekaan di negara ini sangat mendukung proyek ini, sehingga orang lain segan mempertanyakannya," jelas Scheiner.
Banyak dari pahlawan kemerdekaan itu, termasuk Xanana Gusmao sendiri, sekarang duduk di pemerintahan.

Bahkan Xanana sendiri yang langsung memimpin Proyek Tasi Mane, yang diharapkan memberikan dukungan begitu Timor-Leste dan Australia meratifikasi perjanjian perbatasan laut bulan depan.
Perjanjian kedua negara akan memberi hak kepada Timor Leste atas sebagian besar royalti dari ladang Greater Sunrise, bernilai sekitar 50 miliar dolar.
Perusahaan minyak milik negara Timor Gap berpandangan nilai cadangan tersebut jauh lebih besar dari itu.
"Angka-angka kami menunjukkan nilainya lebih dari 76 miliar dolar, berdasarkan cadangan yang kami hitung," kata CEO Timor Gap, Francisco Monteiro.
"Selama proyek ini kami akan menerima setidaknya 28 miliar dolar," tambahnya.
Namun sejumlah pihak menyebut biaya proyek ini akan jauh lebih besar daripada hasilnya.
Timor Leste kini hampir sepenuhnya menggantungkan diri pada cadangan minyak dan gas tersebut.
