Lokakarya Anak Festival Lowewini : Anak Harus Kritis Jika Menemukan Kekerasan
kegiatan yang dihadiri sekira 60-an anak dan orang tua itu, Rocky menyampaikan pentingnya pemahaman yang sama antara orang tua dan anak agar
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Lokakarya Anak Festival Lowewini : Anak Harus Kritis Jika Menemukan Kekerasan Pada Anak Atau Sebayanya
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Anak anak diminta untuk kritis jika menemukan adanya kekerasan pada rekan atau teman teman sebaya mereka. Demikian pula, orang tua diharapkan tidak lagi mendidik anak dengan pendekatan yang beraroma kekerasan.
Hal ini diungkapkan oleh pegiat hak anak, Rocky Rian Kale (29) yang bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan Lokakarya Hak Anak pada Festival Lowewini yang digelar di Gedung Kebaktian GMIT Getsemani Sikumana Kupang, Rabu (5/6/2019).
Dalam kegiatan yang dihadiri sekira 60-an anak dan orang tua itu, Rocky menyampaikan pentingnya pemahaman yang sama antara orang tua dan anak agar
• Ini Perkiraan Cuaca Aktual Penerbangan di Bandara El Tari Kupang, Yuk Simak!
• Prabowo Sampaikan 5 Imbauan kepada Pendukungnya Jelang Sidang Sengketa Pemilu di MK, Apa Saja?
• Yuk Mampir! Belanja Furniture Berkualitas di Depo Mebel, Harga Bersahabat dan Dapat Undian Berhadiah
tidak terjadi kekerasan pada anak dari orang tuanya.
"Point Pentingnya, kita berharap orang tua dan anak-anak bisa saling memahami terkait hak anak dan kekerasan supaya orang tua tidak lagi memukul anak, juga tidak lagi ada perbedaan laki perempuan sehingga anak bisa bertumbuh dengan baik," ujar Rocky.
Ia mengatakan, zaman telah bergeser dan telah ada perubahan paradigma terkait pola pendekatan untuk mendidik anak.
"Dulu ada pepatah, di ujung rotan ada emas. Tetapi sekarang metode pendampingan anak itu telah dibatasi dengan adanya undang undang perlindungan anak yakni UU Nomor 35 tahun 2014," katanya.
Selain harus adanya pemahaman holistik tentang kekerasan terhadap anak oleh orang tua, para orang tua juga diharapkan dapat memenuhi sepuluh hak anak yang melekat pada anak sebagai pribadi. Sepuluh hak anak tersebut terdiri dari bermain, pendidikan, perlindungan, nama, kebangsaan, makanan, kesehatan, rekreasi, kesamaan, serta peran dalam pembangunan.
Dalam lokakarya tersebut, anak anak dan orang tua dibekali dengan berbagai pemahaman tentang hak anak, tindak kekerasan terhadap anak serta kesetaraan gender antara anak lelaki dan anak perempuan. Anak dan orang tua juga terlibat aktif dalam permainan (game) dan diskusi bersama.
Pegiat hak anak itu mengatakan bahwa respon dari orang tua dalam kegiatan Lokakarya tersebut sangat bagus dan positif. Mereka bahkan sangat antusias dan Kristus saat dialog dan diskusi.
Semetara itu, penggagas Festival Lowewini, Linda Tagie mengungkapkan pelibatan orang tua dalam Festival dan khususnya pada kegiatan Lokakarya dilakukan agar orangtua dan anak memiliki kesamaan pandangan terkait hak anak, kekerasan pada anak dan gender sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
• Wisudawan Stikom Uyelindo Diharapkan Tak Berorientasi PNS
• Ini Tujuan Kantor Bulog Kefamenanu Jual Sembako dengan Harga Murah
Festival dan kegiatan Lokakarya ini dilaksanakan karena kepedulian kepada anak-anak sebagai generasi masa depan yang perlu dijaga dan dibangun karakter dan masa depannya.
Festival dan kegiatan Lokakarya tersebut, kata Linda, dilaksanakan dalam kerjasama antara Taman Baca dengan pendeta dan GMIT Getsemani Sikumana. Namun demikian kegiatan tersebut terbuka untuk umum karena anggota taman baca pun berasal dari ragam latar belakang, termasuk latar belakang agama.
"Jadi di kota (taman baca) ada anak muslim, Katolik, ada pula jemaat yang lain, jadi kita tidak menjadikan agama tolak ukur, tetapi kepedulian untuk membangun masa depan anak anak," ujarnya.