Breaking News

Opini

OPINI: Indahnya Kebersamaan di Hari Idul Fitri

OPINI: Indahnya Kebersamaan di Hari Idul Fitri oleh Oleh: RD Florens Maxi Un Bria

Editor: Eflin Rote
DOK Pribadi
Romo Maxi Un Bria-1 

Manusia beriman terpanggil untuk menjadi pribadi yang bertakwa dan mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah terekspresi dalam sikap hidup yang nyata dalam memelihara hubungan baik dengan sesama manusia sebagai sama-sama makhluk istimewa ciptaan Sang Khalik.

Karena itu makna perayaan hari Raya Idul Fitri sesungguhnya menggugah dan mengajak segenap umat manusia untuk merefleksikan ziarah hidup dan makna hidupnya di bumi ini.

Apakah hidup manusia sudah menjadi tanda yang menghadirkan cinta kasih Allah bagi sesama? Apakah manusia dalam hidupnya telah berjuang untuk mengalahkan godaan-godaan kejahatan, kesalahan, dosa, dan kejelekan yang merusak hubungan baik dengan Allah dan sesama? Apakah manusia dalam hidupnya telah berusaha sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi-pribadi berakhlak mulia yang bertakwa dan mengabdi kepada Allah?

Beberapa pertanyaan di atas mudah-mudahan membantu kita untuk senantiasa berefleksi dan menemukan makna dan pesan Idul Fitri bagi hidup kita.

Refleksi tentang Hari Raya Idul Fitri dalam konteks merajut kebersamaan dalam keanekaragaman agama, budaya, suku dan etnis di negara Kesatuan Republik Indonesia membuahkan beberapa nilai dan pesan berikut.

Pertama, Fitri berhubungan dengan Fitrah, berhubungan dengan berbuka puasa. (KBI ,2008; 394). Dalam Berbuka puasa kita dapat menemukan bahwa spirit kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan sangat dijunjung tinggi.

Dengan dan dalam berbuka puasa bersama, ada nilai solidaritas, harmonitas dan perdamaian yang tumbuh bersemi dalam hati setiap orang yang melakukannya.

Kedua, Fitri juga dimaknai sebagai kesederhanaan, hal yang tidak dibuat-buat (KBI,2008;394). Dalam memaknai dan merayakan Hari Raya Idul Fitri, kita menjumpai nilai kejujuran dan ketulusan hati para insan yang bersilaturahmi satu sama lain seraya mengucapkan kalimat "Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin".

Pernyataan mohon maaf lahir bathin menegaskan kesadaran dan kejujuran manusia bahwa kita adalah manusia biasa jauh dari yang sempurna.

Dalam interaksi sosial di lingkup keluarga, komunitas, masyarakat dan bangsa, mungkin saja ada kata-kata khilaf yang salah diucapkan. Mungkin juga ada sikap-sikap yang keliru yang terlanjur telah menciderai kebersamaan dan melukai hati sesama saudara.

Maka momentum Perayaan Idul Fitri menjadi saat penuh berkat untuk memohon maaf di satu pihak dan memberi maaf di pihak yang lain.
Ketiga, Perayaan Idul Fitri menghadirkan damai sejahtera dan kegembiraan bersaudara. Hal ini dapat kita saksikan saat mengucapkan selamat dan bersilahturahmi satu dengan yang lain.

Ada rasa damai dan sukma yang mengalir dalam hati. Ada suasana saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Dan diatas semuanya ketulusan dan kejujuran hati yang suci diketengahkan.

Dalam suasana hati yang menang dan gembira, persaudaraan dan kekeluargaan diperteguh. Hal itu senada degann ungkapan pemazmur berikut ini : "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun." (Mazmur 133:1).

Keempat, Perayaan Idul Fitri di Indonesia telah memberikan kontribusi yang besar bagi terciptanya perdamaian, keamanan dan kenyamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, utamanya pasca Pemilu serentak 2019.

Kita berharap hikmat dan spirit Perayaan Hari Raya Idul Fitri tetap mengispirasi dan menggugah segenap anak bangsa untuk merawat kebersamaan, saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain, mengedepankan kesejahteraan dan kepentingan banyak orang, mengedepankan kejujuran dan ketulusan serta memberikan dan menghadirkan rasa damai serta adil bagi yang berhak menerimanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved