VIDEO: Cara Pemerintah Kecamatan Wulawaijilu Dekati Warga yang Tolak Pembangunan Bendung Baing
VIDEO: Begini Cara Pemerintah Kecamatan Wulawaijilu Dekati Warga yang Tolak Pembangunan Bendung Baing
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
VIDEO: Begini Cara Pemerintah Kecamatan Wulawaijilu Dekati Warga yang Tolak Pembangunan Bendung Baing
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - VIDEO: Begini Cara Pemerintah Kecamatan Dekati Warga yang Tolak Pembangunan Bendung Baing
Pemerintah Kecamatan dan juga tokoh masyarakat di Kecamatan Wulawaijilu, Kabupaten Sumba Timur akan terus melakukan pendekataan secara kekeluargaan bagi warga yang masih menolak pembangunan bendung irigasi Baing di Desa Laipandak dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR, cq Ditjen Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II), pada tahun 2019.
Hal itu disampaikan oleh Camat Wullawaijilu, Kabupaten Sumba Timur Daniel Radja, SH ketika dikonfirmasi wartawan di lokasi pembangunan bendung itu di Laipandak sekitar 125 kilometer (Km) arah timur Kota Waingapu, Senin (20/5/2019).
• VIDEO: 3 Mega Proyek di NTT Mangkrak, TPDI NTT Minta Kajagung Lakukan Hal Ini Pada TP4D Kejati NTT
• VIDEO: Tahu Banyak Soal Kasus 3 Mega Proyek di NTT, TPDI NTT Kritisi Kinerja TP4D Kejati NTT
Daniel didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Sumba Timur Welem Djara Dale, SP mengatakan pembangunan bendung irigasi Baing itu sudah merupakan usulan masyarakat Wulawaijilu sudah dari tahun ke tahun sejak masa bupati Umbu Haramburu Kapita dan pada tahun 2019 ini baru terjawab.
Daniel mengatakan, masyarakat di Wulawaijilu sangat berterima kasih dengan kehadiran bendung untuk irigasi Baing itu.
Kata dia, kegiatan pembangunan bendung itu sejak dimulai dari bulan Maret 2019 lalu. Terkait dengan pembangunan bendung itu, Daniel mengakui ada sebagian warga khususnya di Desa Laipandak sebagianya respon, dan sebagian warga tidak merespon atau menolak.
"Tidak semua warga di Desa ini yang menolak, tapi ada warga tertentu saja yang menolak,"tandasnya.
Daniel juga mengatakan, pemerintah Kecamatan setempat sudah mendampingi Tim dari Propinsi NTT yakni dari Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II beserta Tim Kabupaten untuk melakukan sosialisasi terkait pembangunan bendung itu di masyarakat dan sosialisasi itu sudah sekitar 3 kali.
"kami juga dari pihak Kecamatan sudah melakukan pendekatan secara keluarga dan juga melibatkan tokoh masyarakat di Kecamatan itu dan itu juga dilakukan sudah berulang-ulang kali, namun mereka tidak merespon dan tetap menolak. Tapi ke depan kami terus melakukan pendekatan secara keluarga dan harapanya mereka tidak emosi,"kata Daniel.
• VIDEO: Mau Sejahtera, Jokowi Bilang Masyarakat NTT Mesti Punya Satu Hal Ini, Apa Ya?
• VIDEO: Wagub NTT, Josef Nae Soi dan Warga NTT Yakin Jokowi Jadi Presiden RI 2019-2024, Ini Alasannya
Daniel juga mengaku bahwa saat pembukaan lokasi untuk pembangunan bendung awalnya, meskipun ada protes dari sebagian warga, namun pihaknya baik dari pemerintah, TNI dan Polri tidak menanggapi apa yang disampaikan oleh warga begitu juga tidak melakukan anarkis, pihaknya hanya mengawasi proses pekerjaan itu.
Daniel juga mengatakan, pembangunan akan terus berlanjut meskipun sebagian kecil warga masih menolak, karena pembangunan bendung ini demi kepentingan masyarakat Wulawaijilu. Bendung irigasi Baing ini akan mengairi masyarakat di sejumlah wilayah desa yakni Desa Wula, Laimeta, Lainjaji, Latena, Lumbu Manggit, Paranda, dan Desa Laipandak.
Menurut Daniel, jika pembangunan bendung ini ditolak dan kemudian bendung itu dipindahkan ke tempat lain, tentu pemerintah dan masyarakat akan rugi, sebab ini telah diusul dari tahun ke tahun. Warga yang menolak itu juga seharusnya bersyukur karena ada lahan mereka juga yang belum digarap sama sekali dan kehadiran irigasi itu mereka bisa menggarapnya.

Disinggung terkait apakah ada penambahan luas area di lokasi bendung yang tentu dapat mengakibatkan polimik lagi karena berbatasan langsung dengan tanaman umur panjang milik warga, Daniel mengatakan tidak ada penambahan luas area lagi alias sudah mentok.
Terpisah Yosef Hinggu Meha Rangga (50) didampingi ibundanya Djati Ata Hau (72), kepada wartawan saat ditemui di Kediaman mereka di Laipandak, Senin (20/5/2019) mengatakan kini proyek pembangunan bendung sudah berjalan, meskipun mereka bersih keras menolaknya karena merusak tanaman umur panjang milik mereka seperti pinang, kelapa, sirih, dan sejumlah tanaman lainya.
• VIDEO: Peryataan Menggelitik, Wagub NTT, Josef Nae Soi Kepada Presiden Jokowi
• VIDEO: Pastor, Pendeta dan Ustad Bagi-Bagi Takjil untuk Pengendara Kendaraan di Lembata NTT
Karena kondisi sudah terlanjur digusur semua tanaman, maka Yosef mempersilahkan pemerintah mungkin sudah nyaman sehingga terus kerja bendungan itu, karena mungkin pemerintah sudah melihat kehidupan warga pemiliknya sudah sejahtera, sehingga harus dipangkas.
Meskipun dipersilahkan untuk lanjut bekerja, tapi Yosef menegaskan agar tidak boleh lagi merambat tanaman lain.
"Jadi karena sudah terlanjur kerja, silahkan kerja asalkan jangan merambat lagi. Yang peting menjamin tanaman lain tidak lagi ikut rusak atau terkena dampak,"tegas Yosef.
Yosef mengatakan, mereka menolak pembangunan bendung itu karena mereka tidak mau tanaman mereka dirusakan atau digusur dan tentu mereka mengalami kerugian yang besar. Karena melalui tanaman itu mereka bisa hidup dan juga bisa menyekolahkan anak mereka hingga menjadi sarjana, dan yang lain masih duduk di bangku SD, SMP, SMA, dan ada yang sedang di perguruan tinggi.
Yosef juga menegaskan tidak akan menerima ganti rugi lahan jika dibagikan secara pribadi terkait keberatan yang mereka sampaikan selama ini, tetapi jika lahan itu dibagikan secara umum maka mereka akan menerimanya. (POS-KUPANG. COM, ROBERT ROPO)
Nonton Videonya Di Sini: