Prabowo Sebut Curang, Lihat Unggahan Ustaz Yusuf Mansur & Cuitan Iwan Fals, Aa Gym:Kendalikan Amarah
Prabowo Sebut Penuh Kecurangan, Lihat Cuitan Iwan Fals & Unggahan Ustadz Yusuf Mansur, Aa Gym Ingatkan Kendalikan Amarah
Penulis: Bebet I Hidayat | Editor: Bebet I Hidayat
Prabowo Sebut Penuh Kecurangan, Lihat Cuitan Iwan Fals & Unggahan Ustadz Yusuf Mansur, Aa Gym Ingatkan Kendalikan Amarah
POS-KUPANG.COM - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyatakan akan menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pasalnya, Prabowo menganggap telah terjadi kecurangan selama penyelenggaraan pemilu, dari mulai masa kampanye hingga proses rekapitulasi hasil perolehan suara yang saat ini masih berjalan.
"Saya akan menolak hasil penghitungan suara pemilu, hasil penghitungan yang curang," ujar Prabowo saat berbicara dalam acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Prabowo mengatakan, selama ini pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) telah mengumpulkan bukti terkait dugaan kecurangan yang terjadi.
Dalam acara tersebut, tim teknis BPN menyampaikan pemaparan mengenai berbagai kecurangan yang terjadi sebelum, saat pemungutan suara, dan sesudahnya.
Di antaranya adalah permasalahan daftar pemilih tetap fiktif, politik uang, penggunaan aparat, surat suara tercoblos hingga salah hitung di website KPU.
• Terbaring Sakit, Ustadz Arifin Ilham Tetap Ajar Anak Mengaji, Lihat Respon Asma Nadia
• Novelis Terkenal Ini Pilih Prabowo di Pilpres 2019, Sebut Aa Gym dan Ustadz Abdul Somad
• BERITA POPULER: Dari BLACKPINK, JIMIN BTS dan Sehun EXO Hingga Novelis Terkenal yang Dukung Prabowo
"Kami tidak bisa menerima ketidakadilan dan ketidakjujuran," kata Prabowo.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua BPN Djoko Santoso.
Menurut dia, dugaan kecurangan itu sudah dilaporkan oleh BPN sejak awal, namun tak pernah ditindaklanjuti.
"Beberapa waktu lalu kami sudah kirim surat ke KPU, tentang audit terhadap IT KPU, meminta dan mendesak di hentikan sistem penghitungan suara di KPU yang curang, terstruktur dan sistematis," kata Djoko.
Respon KPU
Komisi Pemilihan Umum ( KPU) mempersilakan jika calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019.
Pada acara "Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019), Prabowo mengungkapkan telah terjadi kecurangan selama penyelenggaraan pemilu.
Menurut dia, kecurangan itu mulai masa kampanye hingga proses rekapitulasi hasil perolehan suara yang saat ini masih berjalan.
Menanggapi pernyataan itu, Komisioner KPU Ilham Saputra mengatakan, jika ada dugaan kecurangan agar menempuh langkah sesuai koridor hukum yang berlaku.
"Ya enggak ada masalah kalau ada ditemukan indikasi kecurangan. Dilaporkan saja kepada lembaga terkait, misalnya ke Bawaslu biar mereka yang memproses," ujar Ilham saat ditemui di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Ia menjelaskan, hingga saat ini KPU membuka diri terhadap hal-hal yang mengindikasikan adanya kecurangan.
Menurut Ilham, sejumlah indikasi kecurangan yang sudah dilaporkan telah ditindaklanjuti oleh Sentra Gakkumdu.
"Prinsipnya kalau ada indikasi kecurangan silakan dilaporkan kepada institusi yang berwenang yang diamanatkan oleh undang-undang," kata Ilham.
Tak Hormati Rakyat
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, menilai, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto tak menghormati pilihan rakyat dengan menolak hasil penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Kita harus harus menghormati pilihan rakyat. Mereka telah menentukan pilihannya untuk menjadikan Jokowi-Kiai Ma'ruf sebagai capres-cawapres 2019 ini. Seharusnya Prabowo-Sandi malu kepada rakyat," kata Ace melalui keterangan tertulis, Selasa (14/5/2019).
Ia mengatakan, Prabowo kembali mengulangi sikapnya seperti pada Pilpres 2014 yang lalu.
Saat itu, Prabowo tidak menerima hasil perhitungan KPU yang memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla.
Hal yang sama juga dilakukan pada Pilpres 2019 ini.
Prabowo juga menyatakan menolak hasil rekapitulasi suara yang akan resmi diumumkan KPU pada 22 Mei 2019.
Ace menilai, hal tersebut merupakan pembelajaran yang buruk dalam era demokrasi. Dalam demokrasi, siapapun harus siap menang dan kalah.
"Dalam sebuah survei dinyatakan bahwa 92,5 persen rakyat Indonesia menerima siapapun yang terpilih Presidennya. Rakyat sendiri memiliki kesadaran yang tinggi atas prinsip berdemokrasi ini. Justru elit-elitnya yang tidak siap berdemokrasi," lanjut politisi Golkar itu.
Unggahan Ustadz Yusuf Mansur
Sementara itu, Ustadz Yusuf Mansur mengunggah tiga foto dalam akun Instagramnya @yusufmansurnew.
Tampaknya Ustadz Yusuf Mansur mengunggah tentang Silaturrahmi Bogor untuk Indonesia.
Pada unggahan foto pertama, Ustadz Yusuf Mansur menggunggah foto sejumlah tokoh muda yang sedang mengelilingi Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak yang sepertinya sedang bermain piano.
Tampak di dalam foto di antaranya ada Yenny Wahid, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas.
Pada unggahan ini Ustadz Yusuf Mansur memberikan keterangan:
Seneng banget liat foto ini... Kebersaman. Indonesia banget. .
.
Yaaa Allah. Jagalah negeri ini. Dengan apa2 dan siapa2 yg ada di negeri ini. Akurin. Damein. Tenangin. Amanin. Sejahterain. Makmurin. Majuin. Kayain. Takwain. Sholehin. Bagusin. Hebatin. Sempurnain. Satuin. Solidin. Baikin. Hebatin. Belain. Bantuin. Tolongin. Tinggiin. Ampunin. Ridhain. Berkahin.
Sedang pada unggahan kedua, merupakan poster dari kegiatan yang sedang berlangsung di Bogor tersebut.
Ustadz Yusuf Mansur menuliskan komentar dari foto yang juga terdapat foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ga berasa... Netes airmata. Terharu atas segala upaya anak bangsa membuat negeri ini damai, adem, tentrem, trs berproses, membangun fisik dan non fisik...
.
Saya sendiri ga bisa apa2. Kecuali juga terus jalan dg segala program. Dan berdoa dan mendoakan. Ga masuk ke wilayah yang saya ga paham. Ga masuk ke wilayaha yang saya ga ngerti. Konsen, fokus, ke program2 tahfizh dan ekonomi ummat.
.
Trlalu banyak yang saya ga tau dan ga paham. Ttg segala rahasia apa yang trhidangkan di Indonesia dan di dunia. Saking ga taunya, saya mengembalikan kepada Yang Maha Tahu dan Maha Segala.
.
Buat yang nuntut saya u/ begini dan begitu, jika ga ada kuasa saya krn ga kuasa ilmu, saya izin. Untuk memilih berdoa dan mendoakan. Hanya ini yang saya bisa. Sekalian ngajak juga yang mau dan bisa ikut. Untuk mau dan ikut doa dan mendoakan. Dan trs jg bergerak di bidangnya masing2; membangun negeri, membangun ummat, membangun bangsa.
.
Jika kwn2 yg dah setiap hari muter, setiap hr gerak, msh jg dibilang ga ngerjain apa2, ya emang jgn ngarep pengakuan dan penghargaan manusia. Krn Allah. Sbb Allah. Dan dg izin Allah. RidhaNya yang dicari. Cukuplah kita semua menyibukkan dg doa mendoakan dan trs berjalan dan bergerak di bidang kita u/ negeri ini. Selebihnya, serahkan sama Allah. .
Selamat zikir pagi. Dan selamat beraktifitas. Untuk Indonesia dan dunia. Dan mhn maaf lahir batin.
Sedang pada unggahan foto ketiga, Ustadz Yusuf Mansur mengunggah foto tiga anak Presiden Indonesia.
Sayangnya, unggahan dari Ustadz Yusuf Mansur ini masih banyak diwarnai nyinyiran para Netizen.
Meskipun ada para Netizen lain yang melakukan pembelaan terhadap Ustadz Yusuf Mansur.
Cuitan Iwan Fals
Penyanyi kharismatik Iwan Fals tampaknya juga gelisah dengan kondisi negeri ini. Dalam tembang yang berjudul Ya Allah Kami di Album Keseimbangan dilantunkan Iwan Fals saat tampil pada pagelaran SCTV Music Awards 2019, Jumat (26/4/2019).
Lindungi kami Ya Robbi
Lindungi negeri ini
Berilah kemudahan
Jauhkan kemungkaran
Begitulah satu bait tembang Iwan Fals ini. Seolah menggambarkan kegelisahannya akan hiruk pikuk Pilres 2019 yang tak kunjung usai.
Bahkan pada laman Fanpagenya, Iwan Fals menuliskan: "Keyakinan tentang pilihan dan ketetapan Ilahiyah di Lauh Mahfuzh mengajarkan kita bukan saling menghinakan."
Tulisan pada tanggal 29 April 2019 ini menyebutkan bahwa keyakinan tentang pilihan bukan untuk saling menghinakan.
Sementara itu, beberapa hari sebelum gelaran 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019', Iwan Fals menuliskan dalam akun Twitternya tentang curang dalam Pemilu 2019.
Pada cuitan di akun terverifikasi @IwanFals ini, pelantun tembang Bongkar ini mentwiit "Curang atau nggak kan ada bawaslu, klo gak percaya juga biar hakim yg menentukanlah & ribuan yg sakit serta ratusan petugas kpps yg meninggal dunia (diluar takdir Allah) ya hrs benar2 dicari sebabnya...duh maaf sy sedang berpuasa, ntar klo marah2 batal lagi puasanya..."
Tentu cuitan Bang Iwan Fals ini mendapat berbagai tanggapan dari para Netizen.
Baik yang pro maupun yang kontra.
Iwan Fals berharap, bangsa Indonesia kembali bersatu.
Mempersatukan kembali bangsa ini menjadi PR (pekerjaan rumah) berikutnya.
Aa Gym Ingatkan Agar Kendalikan Amarah
KH Abdullah Gymnastiar atau yang akrab dipanggil Aa Gym mengingatkan umat, khususnya Bangsa Indonesia untuk pandai-pandai mengendalikan amarah.
Aa Gym mengatakan, mengendalikan amarah bukan tidak boleh marah. Tetapi harus dengan alasan yang benar, niat yang benar, dan cara yang benar.
Selain itu, juga adil tanpa kedzoliman.
Karena marah yang benar adalah untuk menegakkan keadilan, bukan untuk memuaskan nafsu amarah semata.
Itu yang menurut Aa Gym disebut sebagai ilmu kendali amarah, sebagaimana diunggahnya dalam akun Instagram terverifikasi.
ILMU KENDALI AMARAH
Bila sedang dikuasai amarah,
Akal sehat kita sedang sangat turun, kontrol diri juga melemah
Maka jangan sembarang mengambil keputusan, akan cenderung zolim dan merugikan
Jangan tumpahkan dalam kata2, tulisan dan rekaman lalu disebar, bisa jadi petaka bagi diri, juga bagi yang lain.
Bukan tidak boleh marah..
Ada kalanya marah menjadi keharusan dan solusi
Tapi...
HARUS DENGAN ALASAN YANG BENAR
DENGAN NIAT YANG BENAR
DENGAN CARA YANG BENAR dan
ADIL tanpa KEZOLIMAN
Marah yang benar adalah untuk menegakkan keadilan, bukan untuk memuaskan nafsu amarah semata
Agus Harimurti Yudhoyono Tentang Sikap Prabowo Subianto Yang Tolak Hasil Pemilu
Mengutip Kompas.com Wakil Ketua Umum PAN Bima Arya Sugiarto dan Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) nekat berbeda suara dengan calon presiden yang diusung oleh partainya, Prabowo Subianto, mengenai hasil pemilu serentak 2019.
Prabowo menegaskan akan menolak hasil Pemilu 2019 lantaran terjadi kecurangan masif.
Pihaknya sekaligus menekankan, tidak akan membawa protes itu ke mekanisme Mahkamah Konstitusi (MK) lantaran lembaga itu tidak dapat dipercaya lagi.
Bima Arya dan AHY yang notabene merupakan elite di partai politiknya terang-terangan menyatakan ketidaksetujuan atas manuver politik Prabowo tersebut.
Bima Arya yang sekaligus menjabat Wali Kota Bogor itu menekankan setiap warga negara harus taat terhadap konstitusi.
"Bagaimanapun, kita harus taat konstitusi. Kalaupun ada persoalan, ya digugat ke MK. Ya kalau bukan hukum yang berbicara, mau bagaimana lagi caranya? Kita harus berpegang pada konstitusi kita, pada undang-undang kita," ujar Bima saat dijumpai di Balai Kirti, Kompleks Istana Kepresidenan, Bogor, Rabu (15/5/2019) malam.
Saat dimintai penegasannya lagi bahwa secara personal Bima tak setuju dengan manuver Prabowo itu, ia menjawab dengan lugas.
"Iya, harus jalur MK. Jalur apalagi selain jalur MK? Ya ruangnya itu. Akan elegan apabila ya semuanya diselesaikan secara hukum yang berlaku," ujar Bima.
Namun, Bima mengaku tidak memiliki akses komunikasi ke Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.
Sebab, ia tidak terlibat di dalamnya.
Sementara partainya sendiri saat ini memilih menunggu Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019 yang akan datang.
Ia sekaligus memastikan, perbedaan pandangan antara dirinya dan manuver politik yang ditempuh Prabowo tidak dipersoalkan partainya.
Justru, ia meyakini partainya sangat mendukung cara-cara yang mengedepankan konstitusi dan persatuan.
Demokrat sudah ingatkan AHY juga senada dengan Bima.
Bedanya, Partai Demokrat sudah menyarankan Prabowo agar menunggu keputusan KPU, baru mengambil sikap.
"Sudah. Sudah kami sampaikan sejak awal," ujar AHY saat dijumpai di tempat yang sama.
Menurut AHY, saran itu didasarkan atas sikap partai yang berkomitmen menggunakan cara -cara konstitusional dalam kompetisi politik, terutama pemilihan umum.
Sikap itu juga telah disampaikan AHY pada 17 April 2019 malam seusai pemungutan suara itu berlangsung.
"Kami menjunjung tinggi norma dan etika dalam berpolitik dan berdemokrasi. Kami juga ya mencegah keterlibatan kader-kader kami dalam segala bentuk niat, apalagi tindakan yang bersifat inkonstitusional," ujar AHY.
Namun, nyatanya saran Partai Demokrat diabaikan Prabowo. Dalam pidato di Hotel Grand Sahid, Selasa (14/5/2019), Prabowo menyatakan akan menolak hasil penghitungan suara Pemilu 2019 yang dilakukan KPU.
Terkait hal itu, AHY tak secara spesifik mengeluarkan pernyataan menjurus ke manuver Prabowo itu.
Ia hanya mengulang pernyataannya kembali bahwa semua pihak seharusnya menunggu pihak yang berwenang mengumumkan hasil Pemilu 2019.
"Kita harus hormati proses (penghitungan suara oleh KPU) itu. Tentu dengan catatan bahwa kita semua sebagai warga negara dan pemilik suara memiliki hak kewajiban mengawasi proses penghitungan tersebut," ujar AHY.
"Jika kita menemukan adanya kejanggalan, termasuk kecurangan, laporkan. Maka, ya kita harus adukan itu semua menggunakan cara-cara yang konstitusional. Ada jalur hukum yang tersedia dan ini tentu berlaku untuk semua," lanjut dia.
Ketika ditanya apakah Demokrat akan hengkang dari koalisi setelah sarannya diabaikan, AHY mengaku, partainya saat ini masih fokus mengawal rekapitulasi penghitungan suara pilpres dan pileg. (*)