Renungan Harian
Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 2 Mei 2019: "Ketika Kita Disuruh Untuk Memilih"
Renungan Harian Kristen Protestan Kamis 2 Mei 2019: "Ketika Kita Disuruh Untuk Memilih"
Yesus juga melarang keras adanya perceraian dalam pernikahan. Sementara orang-orang Yahudi lebih memilih untuk menceriakan istri mereka dengan alasan yang tidak mendasar dan bahkan alasan yang dicari-cari.
Ketika Taurat melarang bekerja pada hari sabat, Yesus justru melakukannya dengan alasan yang sangat manusiawi, yaitu bahwa manusia harus mendapat tempat yang paling utama bukan Hukum.
Hukum diciptakan untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Aturan dibuat untuk kesejahteraan manusia dan bukan sebaliknya.
Ketika ahli Taurat dan orang Farisi tidak pernah menyentuh orang-orang sakit karena alasan kenajisan, Yesus justru menjamah dan menyembuhkan mereka.
Ia bahkan datang dan makan bersama dengan orang-orang berdosa. Ini sebuah nilai baru yang tidak biasa. Ini sebuah perubahan yang menimbulkan kontroversi.
Ajaran-ajaran baru yang dibawa oleh Yesus ini tentu menimbulkan pertentangan, oleh karena masih banyak orang yang ingin meneruskan nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang lama.
Dan karena itu bagi yang mau menerima dan mempraktekkan jaran-ajaran Yesus, akan mendapat tantangan oleh karena masih akan berhadapan dengan mereka yang masih mau meneruskan nilai-nilai lama. Hal inilah yang diamaksudkan oleh penulis Injil Lukas dalam Lukas 12:49-53:
49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!
50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!
51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.
52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.
53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."
Menurut I.H. Marshall (lihat I.H. Marshall, Luke, dalam New Bible Commentary, Third Edition, Guthrie, dkk, Inter Varsity Press, Leicester-Endgkand, 1970, hal. 909). Apa yang ditekankan dalam teks ini adalah sebuah krisis bagi Israel.
Yesus membawa situasi krisis dalam pengertian mereka harus mengambil keputusan apakah menolak Yesus atau menerimanya dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Ke datangannya membawa pemisahan di antara orang-orang. Ke datanganya berarti menyalakan api ke dalam dunia. Kedatangannnya mendatangkan pertentangan di antara keluarga, dan akan nampak mana yang berpihak kepada Injil atau menolaknya.