UGM dan Pemda NTT Terapkan Metode SRI Tingkatkan Produktivitas dan Pertanian Ramah Lingkungan

ICCTF FTP UGM dan Pemda NTT Terapkan Metode SRI Tingkatkan Produktivitas dan Pertanian Ramah Lingkungan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto UGM dan Pemda NTT Terapkan Metode SRI Tingkatkan Produktivitas dan Pertanian Ramah Lingkungan
POS-KUPANG.COM/ADIANA AHMAD
Bayu Dwi Apri Nugroho, Ph.D

Penerapan sistem SRI atau System of Rice Intensification ini mungkin merupakan solusi nyata bagi kondisi iklim di Sumba Timur dan kami sangat senang dapat menjadi bagian upaya peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat Sumba Timur dalam menghadapi dampak perubahan iklim."

Rohmad Supriadi, Kepala Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana (Renortala) Kementerian PPN/Bappenas mengatakan "Dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini sangat berpengaruh terutama kepada kelompok masyarakat yang menggantungkan mata pencahariannya pada pertanian. Petani perlu beradaptasi dengan perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya perubahan curah hujan, suhu udara, ketersediaan air, varian tanaman dan pola tanam. Berbagai perubahan yang diakibatkan oleh perubahan iklim tersebut dapat mengancam produksi pertanian, serta lebih jauh lagi berdampak pada peningkatan angka kemiskinan di daerah rentan".

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produktivitas petani padi provinsi NTT berada dibawah rata-rata nasional pada tahun 2015 sebesar 3,56 ton Gabah Kering Giling (GKG) per hektar atau 67 persen dibawah produktivitas nasional yang berada pada level 5,34 ton per hektar.

Produktivitas petani padi NTT jauh dibawah provinsi tetangga seperti NTB dengan 5,17 ton per hektar atau Maluku dengan 5,57 ton per hektar. Oleh karena itu, dengan metode SRI, diharapkan akan ada perbaikan produktivitas padi di NTT.

Bupati Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gidion Mbilijora mengatakan sistem budi daya padi SRI merupakan sistem yang patut dicontoh dan diimplementasikan di Sumba Timur sehingga masyarakat dapat sejahtera walaupun dalam kondisi perubahan iklim. Sistem ini sebagai solusi dari persoalan masyarakat petani di Kecamatan Kambera yang terkendala produktivitas pertanian.

"Semoga metode ini dapat diterapkan diseluruh Sumba Timur, karena hasil nyatanya sudah disaksikan dan dirasakan oleh petani di Desa Luku Kalara,'' katanya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved