Apakah Yesus Bangkit? Atau Hanya Ilusi Para MuridNya? Simak Penjelasan Pdt. Dr. Mesakh Dethan
Apakah Yesus Bangkit? Atau Hanya Ilusi Para MuridNya? Simak Penjelasan Pdt. Dr. Mesakh Dethan.
Penulis: Maria Enotoda | Editor: maria anitoda
Apakah Yesus Bangkit? Atau Hanya Ilusi Para MuridNya? Simak Penjelasan Pdt. Dr. Mesakh Dethan.
POS-KUPANG.COM - Apakah Yesus Bangkit? Atau Hanya Ilusi Para MuridNya? Simak Penjelasan Pdt. Dr. Mesakh Dethan
Kabar Hari Raya Paskah
Apakah Yesus Bangkit? Atau hanya ilusi para muridNya?
“Kebangkitan Kristus itu bukan ilusi atau kayalan para muridNya. Kebangkitan itu sungguh-sungguh telah terjadi. Dan hal itu telah menunjukkan bahwa kuasa maut sudah tidak berlaku lagi bagi Yesus”, demikian cuplikan pemikiran dari Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, Dosen Universitas Kristen Artha Wacana Kupang ketika diminta pendapatnya seusai mengikuti Kebaktian Paskah Pertama di Jemaat Soleman Neonmat yang diasuh oleh Pdt. Lia Sonbai, di Klasis Soe, tanggal 21 April 2019.
Malaikat mengguling batu kubur dalam kisah kebangkitan Yesus dalam Injil-injil
Pdt. Dr Mesakh Dethan yang sehari-hari sebagai staf pengajar Pascasarja UKAW Kupang ini diminta pendapatnya untuk menanggapi sinyalemen yang beredar hingga kini yang meragukan bahwa Yesus benar-benar bangkit.
Menurut Dr Mesakh Dethan Kebangkitan itu bukan khayalan.
Kebangkitan itu bukan ilusi atau motafora.
Kebangkitan itu sungguh-sungguh telah terjadi, dan hal ini telah menunjukkan bahwa kuasa maut sudah tidak berlaku lagi.
Maut sudah menyerah.
Dan ini menjadi dasar kesaksian Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:1-11.
Lebih jauh menurut pakar Perjanjian Baru asal Universitas Heidelberg Jerman ini mengatakan bahwa sejak jaman para rasul hingga jaman kita pada saat ini orang mengembangkan teori yang anti kebangkitan berdasarkna pada hal-hal yang sifatnya murni spekulatif dan berdasarkan pada sumber-sumber sekunder di luar alkitab, dan tidak berdasarkan pada alkitab itu sendiri.
Atau kalau pun didasarkan pada alkitab kanon penafsirannya sangat dangkal karena sudah ada framing atau praduga di dalam penafsiran.
Orang seakan menasir sambil menggunakan kacamata kuda.
Kendatipun rumputnya berwarna kuning dan tanpak layu, tetapi karena kacamata kuda maka rumput itu berwarna hijau segar!
Di Indonensia misalnya Ioanes Rakhmat, mantan pendeta GKI dan mantan dosen STT Jakarta pernah membangun teori bahwa kebangkitan Yesus Kristus hanyalah metafora, hanyalah kiasan dan tidak riil.
Dengan mengacu pada buku novel dan sumber-sumber di luar Alkitab Ioanes Rakhmat berani menyimpulkan bahwa Kebangkitan Yesus tidak sunguh-sungguh terjadi dan kebangkitan itu harus dipahami secara metafora saja.
Dalam bukunya Yesus, “Maria Magdalena, Yudas dan Makam Keluarga”, terbitan Cirao Credentia Center, Banten 2017, yang sedikit banyak dipengaruhi oleh buku dari James Tabor, Dan Bown pengarag novel best seller dan penafsir liberal lainnya, Ioanes Rakhmat, dengan berani menyimpulkan bahwa kebangkitan Yesus hanyalah metafora belaka.
Teori Rakhmat ini sedikit banya dipengaruhi oleh isu ditemukannya makam keluarga Talpiot yang dikait-kaitkan atau dispekulasikan sebagai makan keluarga Yesus.
Menurut Ioanes Rakhmat, dalam bukunya di atas itu, “jika sisa-sisa jasad Yesus memang ada di bumi ini, maka kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga tidak bisa dipahami sebagai kejadian kejadian yang objektif, melainkan sebagai metafora’.
Dalam metafora sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subjektif, bukan dalam realitas objektif.
Apakah Yesus bangkit? Ya! Tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup yang dihadiri dan dibimbing oleh oleh Roh-Nya. Apakah Yesus telah naik ke Sorga?
Ya! Dalam arti bahwa Dia telah diangkat dalam Roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani sorgawi.
Kebangkitan dan kenaikan Yesus tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makam-Nya.
Untuk kedua peristiwa ini, yang dibutuhkan adalah tubuh rohani, bukan tubuh jasmani protoplasmik”.
Kendatipun teori kebangkitan Metafora ala Ioanes Rakhmat ini berdasarkan upaya penafsiran pada tulisan Rasul Paulus pada 1 Korintus 15:35-58 namun penarikan kesimpulan Rakmat mudah ditebak karena semuanya sudah diarahkan atau diframe untuk membenarkan spekluasi penemuan makam keluarga Yesus itu.
Karena menurutnya Paulus dalam teks itu menganalogikan tubuh kebangkitan dengan metaora biji yang ditanam.
Maka menurut Rakhmat kebangkitan Yesus juga adalah kebangkitan metafora.
Karena itu Ioanes Rakhmat beranggapan bahwa meskipun Yesus bangkit namun tubuhNya masih tetap ada dalam makam-Nya.
Karena tubuh kebangkitan Yesus sudah tidak ada hubungan dengan tubuh
fana yang dimiliki-Nya sebelum kematian. Jenazah Yesus dipindahkan para pengikut dan kaum keluarga-Nya ke suatu makam permanen di kota Yerusalem, itulah yang menyebabkan makam Yesus yang pertama kosong.
Bagi Mesakh Dethan pemikiran yang bersifat liberal dari Rakhmat ini sedikit banyak dipegaruhi oleh para sarjana Liberal Amerika terutama James Tabor yang menerbitkan bukunya yang penuh spekulatif dan sensasional berjudul “The Jesus Dynasty” terbitan tahun 2006, yang menafisrkan Yesus sebagai seorang Mesias Apokalyptic, dimana oleh keluarganya kemudian membangun dinasty kerajaannya pada saat sebelum kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi.
Ditambah lagi dengan spkelusi ditemukannnya makam Talpiot maka isu dinasty Yesus itu seolah-olah ada di bumi.
Sensasi itu berlanjut dengan diterbitkannya buku dari Simcha Jacobovici dan Charles Pellegrino berjudul “The Jesus Family Tomb: The Discovery, The Investigation and evidence That Could Change History” pada Februari 2007 dan sebulan kemudian pada Maret 2007 diputarnya film dokumenter berjudul “The Lost Tomb of Jesus” di Discovery Channel dengan sutradaranya James Cameron.
Sayang sekali keraguan-keraguan terhadap kebangkitan Yesus hanya berdasarkan teori yang sifatnya pada spekulatif dan atau buku yang bersifat fiksi ilmiah dan bukan pada menggali kebenaran alkitab itu sendiri.
Teori tentang jenazah Yesus yang dipindahkan pengikutnya seperti dikemukan oleh Rakhmat sebetulnya bukan teori baru.
Menurut George Eldon Ladd (lihat George Eldon Ladd, Teologi PB Jilid 2, (Bandung, Kalam Hidup, Bandung 2010, hlm. 24-25.) upaya-upaya untuk menentang kebangkitan Yesus sudah dimulai dari awal-awal kekristenan, yakni pada abad pertama.
Pada waktu itu ada tuduhan bahwa peristiwa kubur Yesus yang kosong itu bukan karena Yesus telah bangkit, tetapi bahwa para muridNya telah mencuri dan menyembunyikan mayat Yesus.
Dan kemudian katanya para murid mengarang cerita bahwa Yesus telah hidup kembali (bangkit).
Teori-teori liar yang lain mengatakan bahwa Yesus sesungguhnya tidak pernah mati.
Waktu jazadnya dimasukan ke dalam kubur Yesus sebetunya hanya pingsan akibat kelelahan memikul salibnya dan kekurangan darah akibat dicambuk para algojo.
Namun karena hawa kuburan yang dingin dan sejuk, ditambah lagi wanginya rempah-rempah yang dibalut disekujur tubuhnya dan setelah mendapatkan waktu istirahat yang cukup selama tiga hari di dalam kubur, maka Yesus kembali siuman dari pingsanya.
Ia kemudian keluar dari kubur dan menampakan diri kepada para muridNya dan menyakinkan mereka bahwa Ia telah bangkit dari kematian.
Lebih parah lagi teori lain yang mengatakan bahwa sesungguhnya Yesus tidak pernah ditangkap, disiksa dan mati disalib.
Karena upaya Yudas mengkhianati Yesus sudah tercium oleh Petrus dan murid-murid yang lain.
Sehingga Yesus yang asli sudah disembunyikan oleh para murid, dan orang yang wajahnya mirip Yesus yang menggantikan perannya.
Sehingga waktu penangkapan Yesus di taman Getsemani dan dicium oleh Yudas sesungguhnya bukan Yesus lagi, tetapi orang lain yang wajahnya mirip Yesus.
Yesus diatur oleh para muridnya untuk melarikan diri ke India dan konon hidup disana selama 120 tahun.
Paling mutakhir buku Novel fiksi dengan sedikit dibumbui sejarah karya Dan Brown yang mengguncang dunia sekaligus membuatnya menjadi kaya raya dengan menerbitkan buku best-seller “The Da Vinci Code”, yang telah terjual lebih dari 60 juta kopi.
Ia semakin bertambah kaya lagi karena telah diangkat ke layar lebar.
Salah satu teori menarik yang diangkat dalam buku ini adalah bahwa Yesus tidak pernah mati di atas kayu salib, melainkan terus hidup, menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki seorang anak.
Dan Robert Langdong, tokoh utama dalam buku novel ini, adalah seorang ahli simbol yang terlibat dalam sebuah konspirasi tingkat tinggi dengan komunitas “Priory of Sion”, sebuah komunitas yang didirikan untuk melindungi garis keturunan Yesus.
Menurut Mesakh Dethan yang pernah melayani di pedalaman Timor Tengah selatan sekitar tahun 90 an ini upaya untuk meragukan kebangkitan Yesus berdasarkan hal-hal yang bersifat spekulatif sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memenuhi kaidah tafsir Perjanjian Baru.
Doktor lulusan Jerman ini menegaskan bahwa “membantah kebangkitan Yesus dengan teori-teori berdasarkan hal-hal yang spekulatif dan apalagi berdasarkan novel fiksi sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Juga kalau, dan kalau mau membantahnya jangan dari data-data dari luar Alkitab, tetapi harus didasarkan pada kesaksian Alkitab itu sendiri baik dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru biar adil”, katanya.
Karena justru dari Perjanjian lama dan Perjanjan Baru Peristiwa Kebangkitan Yesus sudah dinubuatkan dan dibicrakan secara meluas oleh para penulis Perjanjian Baru.
“Dalam Pernjanjian Lama nubuat tentang kebangkitan Kristus sudah dinubuatkan atau diindikasikan sebelumnya misalnya dalam kitab Yunus (1:17; 2:10).
Peristiwa yang di alami Yunus yang berada dalam perut ikan selama tiga hari dan kemudian ia dimuntahkan kembali, dipandang sebagai nubuatan akan kematian dan kebangkitn Kristus.
Dan juga Nabi Ayub sendiri dengan lebih tegas dan jelas mengatakan “...Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu( Ayub 19:25).
Juga di bagian lain Perjanjian Lama, yakni dalam Mazmur 16:10 dikatakan “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan”.
Oleh penulis Lukas dalam Kisah 2:29-38 perkataan Daud ini dipandng sebagai nubuat yang telah digenapi oleh Yesus melalui kebangkitannya. Dimana Raja Daud menurut Rasul Petrus telah mengetahui tentang kebangkitan Yesus.
29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.
30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.
32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
35 Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
37 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
38 Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Bukan hanya penulis Lukas, tetapi hampir semua penulis Perjanjian Baru menjadikan Kebangkitan Yesus sebagai pilar iman Kristen yang utama.
Para penulis PB dengan tegas menekankan bahwa Yesus bukan hanya telah mati demi menebus dosa manusia, tetapi ia juga telah bangkit dari kematian (Markus 16:1-8; Matius 28:1-10; Lukas 23:56-24:1-12; Yohanes 20:1-20; Roma 6:9-12; 8:34; Kolose 1:18; 1 Thesalonika 4:14-16; 2 Thimotius 2:8; Wahyu 1:5).
Selanjutnya menurut Doktor Perjanjian Baru lulusan Jerman ini kepada Pos Kupang, menegaskan hendaknya para penafisr alkitab dan teolog Kristen masa kini jangan karena mau terkenal dan populer di kalangan cendekiawan menjual sensasi murahan dalam karya tafsir mereka karena tidak akan menyumbang apa-apa bag pertumbuhan iman jemaat tetapi justru sebaliknya mengaburkannya.
Menurut Mesakh Dethan kalau kita kembali memandang peristiwa kebangkitan Yesus dua ribu tahun lalu, maka kebangkitan Yesus merupakan berita yang menghebohkan pada waktu itu.
Banyak orang yang meragukan peristiwa kebangkitan itu.
Bahkan para muird Yesus sendiri semula ragu.
Sampai sesudah Yesus menampakan diriNya kepada mereka barulah mereka percaya.
Kalau kita membandingkan daftar penampakan Yesus yang diceritakan Paulus dalam 1 Korintus 15, maka kita melihat ada perbedaan yang menyolok dengan kesaksian penulis PB lain.
Perbedaan yang paling menyolok adalah bahwa Paulus sama sekali tidak menyebut para perempuan sebagi bagian dari barisan para saksi kebangkitan Yesus, pada hal ini disebutkan dengan jelas dalam Injil-injil.
Jika ada pihak-pihak yang megatakan kebangkitan hanyalah khayalan, ilusi atau sekedar metafora, maka Paulus sejak awal malah menentang hal itu sebagai ajaran sesat dan berasal dari para pengajar palsu.
Kepada Jemaat di Korintus Rasul Paulus dengan tegas menegaskan bahwa kebangkitan Yesus adalah bukti bahwa kuasa maut telah ditaklukan oleh Yesus dan itu membuka jalan bagi setiap orang percaya untuk juga mengalahkan maut pada akhir zaman melalui kebangitan mereka.
Paulus menekankan hal ini untuk membantah dengan tegas para pengajaran dari para pengajar palsu di jemaat Korintus yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan (1 Kor 15:12). Paulus menentang pengajaran sesat itu, sebab Kristus benar-benar telah bangkit. Kebangkita Kritsus menurut Paulus tidak hanya dilihat oleh satu dua orang saja, tetapi sebaliknya banyak orang, bahkan lebih dari 500 orang lebih.
Paulus menyebut bahwa kebangkitan Yesus Kristus dijamin melalui barisan para saksi.
Tanpa landasan historis ini, maka menguaplah iman, seperti embun yang ditiup angin Tentu kenyataan historis bukanlah seluruh kenyataan itu sendiri, tetapi tanpa dasar historis ini, maka Injil menjadi sesuatu yang sangat asing.
Tanpa kebangkitan Kristus, maka kita seolah-olah dapat menghalau Allah keluar dari dunia ini, menyangkali tindakan-tindakannya, menyangkali campur tangan Allah dalam kehidupan orang beriman, demikian Mesakh Dethan.
Yang menarik menurut mantan Wartwan Pos Kupang ini adalah bahwa para wanita tidaklah disebut dalam barisan para saksi itu.
Mengapa demikian? Apakah Rasul Paulus seorang yang anti perempuan atau sentimen pada para wanita, atau apakah karena memang ia tidak pernah menikah?
Dan apakah karena ia lebih senang membujang?
Menurut Mesakh Dethan, jawabannya tidak tidaklah demikian.
Paulus ingin memberikan argumentasi historis yang pasti dan bisa diterima orang-orang pada jamannya, sebab pada masa itu para wanita tidaklah diakui sebagai saksi.
Kesaksian para wanita kurang dihargai, apalagi di kalangan Jemaat Korintus.
Oleh karena itu kendatipun para penuis Injil-Injil (Markus 16:1-18, Matius 28:1-10;Lukas 23:56b-24:1-12, Yohanes 20:1-10) menyebut para para wanita sebagai para saksi pertama dan bukan para lelaki, tetapi Paulus tidak mau menyebut oleh karena pertimbangan di atas itu.
Paulus hanya menyebut tokoh-tokoh terkenal terutama Petrus, sang Rasul, dan semua murid Yesus, bahkan lebih dari 500 orang yang lain, yang bisa ditanya dan diminta kesaksian mereka.
Paulus juga menyebut Yakobus, pilar-pilar jemaat Yerusalem, dan semua rasul, itu atinya banyak saksi yang mengetahui peristiwa kebangkitan Yesus (bandingkan Kisah 1,2-24) dan bahkan penampakan itu kepada Paulus sendiri.
Ia telah melihat sendiri Kristus yang bangkit itu.
Kata Yunani optaanomai artinya menekankan melihat sendiri dengan mata kepala.
Apakah mereka semua itu, yakni barisan para saksi itu, adalah semuanya orang beriman?
Tidaklah semua, tetapi melalui kuasa kebangkitannya Kristus sendiri telah mentobatkan mereka untuk percaya.
Mereka semua akhirnya berdiri teguh dan bersaksi tentang peristiwa kebangkitan itu.
Kubur Hilang kuasanya
Fakta bahwa Yesus “Ia telah mati dan dikubur”, tidak bisa hapuskan begitu saja, tegas Mesakh Dethan.
Yesus benar-benar telah mati dan dikubur.
Dalam Injil-injil Yohanes 19:33 hal itu dijelaskan dengan jelas.
Segala spekulasi di seputar kematian Yesus dibantah disini, baik yang mengatakan ia mati suri maupun dibawa pergi dengan diam-diam ketika masih setengah hidup setelah peristiwa penyaliban itu.
“Paulus dengan tegas mengatakan Ia telah mati dan dikuburkan.
Kematian Yesus telah secara resmi diperiksa.
Demikianlah Allah begitu dalam masuk ke dalam dunia kita dan bagi dosa-dosa kita ia telah mati, sesuai dengan kesaksian PL (Yes. 53). Kematian itu benar-benar suatu hukuman yang sesungguhnya.
Yesus mengalami kematian itu untuk kita.
Kematian Yesus yang sesungguhnya adalah untuk menebus dosa-dosa manusia (Bnd. Kejadian 3:15, Yes. 53).
Tetapi Ia kemudian bangkit. Kubur itu telah kosong.
Kubur telah kehilangan kuasanya. Kebangkitan itu adalah tindakan Allah, dimana melaluinya Allah mendamaikan diriNya dengan dunia (Bnd. 2 Kor 5:19-21). Tanpa Kebangkitan tidak ada pembenaran Allah”, tandas Akademisi UKAW ini.
Juruselamat telah menang
Selanjutnya hidup dan kemenangan telah dibuktikan Yesus.
Dan itu menjadi kesaksian banyak orang.
Dan Paulus menempatkan dirinya sendiri dalam barisan para saksi itu.
Ia sendiri telah melihat Kristus.
Peristiwa itu (peristiwa penampakan Kristus kepada Paulus) telah mengubah kehidupannya secara radikal.
Dari seorang penganiaya jemaat menjadi seorang pengikut Kristus dan bahkan menjadi rasul, tetapi itu semua bukan karena kemampuannya.
Paulus bahkan menyebut dirinya sendiri sangat kecil dan tak berarti apa-apa, ia memberi kiasan dirinya bagaikan seorang anak yang lahir sebelum waktunya.
Ia seorang yang penuh dosa, dan tak layak dihadapan Allah, tetapi pertemuannya dengan Kristus yang bangkit itu telah mengubah segalanya.
Karena Kristus telah memilih dia untuk menjadi saksinya yang hidup.
Dan panggilan dan kepercayaan itu tidak ia sia-siakan, ia sungguh-sungguh melaksanakannya dalam karya pelayanannya.
Dari seorang rasul yangsemula tidak berarti bahkan di luar perhitungan orang, karena ia tidak termasuk ke dalam kelompok dua belas murid Yesus, justru dikemudian hari ia menjadi rasul yang paling besar oleh karena karya-karyanya berupa tulisan-tulisan atau surat-surat yang ditulisnya kepada banyak gereja.
Dalam surat-suratnya itu tergambar pandangan teologi yang menjadi dasar penting bagi kehidupan gereja baik pada masa itu maupun pada masa kinii.
“Hingga kini bukti kebenaran kebangkitan Yesus Kristus memanggil manusia di dalam tugas dan pelayanannya untuk menjadi pengikut-pengikutnya.
Tanpa peduli pada latar belakang mereka atau siapapun dan apapun dia.
Mereka terpanggil untuk terus bersaksi dalam hidup dan kerjanya tentang kekuatan kebangkitan Kristus yang mengubah hidup manusia”, demikian Mesakh Dethan menutup percakapannya dengan Pos Kupang. (*)