Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Kamis 18 April 2019 ''Yang Lama Sudah Berlalu yang Baru Sudah Datang''
Renungan Harian Kristen Kamis 18 April 2019 ''Yang Lama Sudah Berlalu yang Baru Sudah Datang''
Dalam kitab Kejadian kita lihat bahwa kendatipun Allah menghukum manusia karena kejahatannya dengan airbah, tetapi toh kembali ia memulihkan langit dan bumi yang sama itu, dan menjamin kelangsungannya dengan janjinya kepada nabi Nuh.
Karena itu kalau kita mau memahami apa maksud Yohanes dengan langit dan bumi yang baru, kita tidak boleh melepaskan dari konteksnya.
Pertanyaannya adalah, apakah yang Yohanes maksudkan adalah kehancuran total dari bumi?
Dan digantikan dengan bumi yang baru? Ataukah langit dan bumi yang lama itu hanya diperbaharui dalam arti direnovasi.
Jürgen Rolof, salah seorang penafsir Jerman yang terkenal, mangatakan bahwa yang Yohanes maksudkan adalah kehancuran total dari bumi, dan penciptaan bumi yang baru.
Langit dan bumi yang lama itu akan hilang lenyap selamanya, dan Allah akan menciptakan yang baru sama sekali.
Sehingga kata Rolof, itu akan menggenapi apa yang Yesaya katana dalam Jes. 65:17. (bnd. Jes. 66, 22; 4 Esr. 7:29 ff.).
Hal ini juga di dukung oleh para penafsir yang lain.
Akan tetapi saya meragukan model penafsiran yang demikian.
Bagi saya apa yang Yohanes maksudkan, kalau kita melihat konteks kitab Wahyu secara menyeluruh, adalah tentang pemulihan dan renovasi dari langit dan bumi yang lama itu.
Hal ini didukung juga dari kitab PB yang lain misalnya dalam Roma 8:19-22; Apg 3:21; Matt. 19:28.
Dalam Surat Roma Rasul Paulus berbicara tentang pemulihan dari ciptaan yang lama itu.
Yesus dalam Injil Mat. Berbicara tentang regenerasi. Ajaran PL menekankan bahwa tanah Israel yang dijanjikan Allah itu, bersifat kepemilikan kekal dan juga berbicara tentang pemulihan dan renovasi (band. Gen 48:4; Ps. 119:90; Pred.1: 4).
Semua hal yang saya katakan ini didukung juga dalam ayat berikutnya khususnya dalam ayat 5. „Aku menjadikan segala sesuatu baru“. Ungkapan ini lebih menunjuk kepada pemulihan dari ciptaan Allah.
Sebab Yohanes mengunakan kata Yunni poieo (membuat, menjadikan) dan bukan Yunani ktizo (menciptakan). (bandingkan Isbon T. Beckwith, The Apocalypse of John, (New York, 1919), S. 750; George E. Ladd, A Commentary on the Revelation of John,(Michigan 1972, 276).
Jadi bumi yang ada sekarang tetap akan ada, kendatipun Allah memperbaharuinya atau memulihkannya.
Sebab jikalaupun Allah menciptakan bola bumi yang baru itu tidak berarti ciptaan Allah yang pertama itu sia-sia dan dihancurkan untuk selamanya.
Saya yakin bahwa ini bukan maksud dari kitab Wahyu sebagaimana yang terlihat dari konteksnya. Jikalau bukan hal itu, maka apa sebenarnya yang Yohanes maksudkan dalam kitab Wahyu?
Jawaban atas pertanyaan ini berkaitan dengan isi dan makna yang terkandung dalam ayat 1 dan 2 dari Wahyu 21 ini.
Kita harus memahami dengan seksama bahwa ayat ini dikutip atau didasarkan Yohanes pada kita PL terutama Jes 65:17, 66:22; 52:1, 61:10.
Dalam konteks kitab nabi Yesaya ayat-ayat ini berkaitan dengan Janji Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel, dimana pada masa itu mereka sedang berada dalam pembuangan di Babilon.
Sekarang Johanes mengkaitkan janji penyelamatan ini kepada orang-orang Kristen, yang berada di tujuh jemaat, dimana mereka sedang mengalami penganiayaan berat oleh karena iman mereka kepada Yesus Kristus.
Janji penyelamatan ini Yohanes maksudkan kepada tujuh Jemaat itu 1:4 dan 2:1 f) bahwa segala bentuk kejahatan dan para penganiaya jemaat itu akan dikalahkan, atau mereka akan berlalu (band. Ayat 8), sementara orang yang setia mempertahankan imannya akan diselamatkan (ayat 7).
Dalam hubungan dengan itu, maka ungkapan langit dan bumi yang baru mesti dengan hati-hati ditafsirkan.
Karena istilah Yunani kaino memiliki arti baru, tetapi juga “sesuatu dengan kualitas yang baru”.
Sehingga arti kaino atau baru disini berarti tansformasi atau pemulihan yang lama, yaitu menunjuk kepada penyelamatan Allah.
Allah akan menyelamatkan orang percaya dari kuasa-kuasa dunia yang menghancurkan itu dan menjamin suatu kualitas hidup yang baru.
Selain itu Johanes juga memberikan pentunjuk yang disamarkan atau disembunyikan, yaitu dalam ungkapan Yunani “kai he talassa ouk estin” artinya dan laut pun tidak ada lagi”.
Laut dalam tradisi kitab PL sebagai lambang atau simbol dari yang jahat atau kejahatan, simbol bagi Leviathan, laut sebagai tempat monster tinggal.
Laut sebagai tempat tinggal kuasa2 jahat.
Dan dan juga dilukiskan sebagai yang berbahaya. Murid-murid dalam cerita Injil juga hampir mati binasa karena laut yang mengamuk.
Jadi kalau kita memperhatikan makna laut yang demikian, maka kita sudah dapat memahami apa sebetulnya maksud Yohanes mengatakan laut tidak ada lagi.
Kata ini tidak boleh dipahami secara harafiah, sebab bagaimana mungkin Allah memusnahkan segala kehidupan dan keindahan yang ada dalam laut yang ia sendiri ciptakan itu, sebagaimana yang kitab Kejadian lukiskan itu.
Bagi Johanes yang Allah akan buat berlalu itu atau akan hancurkan itu adalah kuasa jahat atau orang jahat yang sedang menganiaya umatNya itu.
Argumentasi lain yang menguatkan hal itu adalah apa yang Johannes sendiri katakan dalam ayat 2.
Yaitu kata Yunani katabaino artinya mendirikan.
Bahwa kemah Allah atau kota Allah yang baru justru akan didirikan dibumi, bukan di ruang angkasa atau bulan atau dimana.
Bahwa orang kristen tidak dikatakan akan diambil seperti UFO kembali ke langit, tetapi mereka akan tetap tinggal dibumi, sebab kota Allah yang baru, yang turun dari sorga itu didirikan di atas bumi kita ini.
Sehingga bumi kita ini tetap sebagai basis atas dasar bagi Yerusalem yang baru, dan dia akan tetap tinggal ada.
Sehingga gerekannya menurut Yohanes adalah dari langit ke bumi, dan bukan sebaliknya bumi ke langit.
Itu berarti nasib bumi kita ini tidak boleh kita abaikan sama sekali.
Kedua, lebih jauh dari pada itu, dalam pasal 20 kitab Wahyu ini Johanes mengatakan bahwa sebelum Yerusalem yang baru itu didirikan di bumi, Kristus akan memerintah di bumi selama seribu tahun lamanya.
Dan dengan kekuasaan Yesus dibumi ini, maka kekuasaan kaiser Roma yang jahat akan dihapuskan.
Dan juga kembali ditekankan bahwa kekuasaan seribu tahun Yesus ini juga di atas bumi.
Itu berarti bumi kita ini tetap penting dalam kerajaan Allah yang baru, sehingga kita tidak boleh membiarkan dia hancur oleh karena ulah manusia.
Kita tidak boleh membiarkan penghancuran hutan, pencemaran bumi menjadi-menjadi, tetapi sebalinya kita terpanggil untuk memeliharanya.
Beberapa hal penting untuk dicatat.
Pertama, ungkapan langit dan bumi yang baru dan ungkapan langit dan bumi yang lama akan berlalu bukanlah menunjuk kepada penghancuran dunia oleh Allah, tetapi sebaliknya menunjuk kepada penyelamatan dan pemulihan Allah itu sendiri, bukan saja bagi orang beriman, tetapi juga bagi seluruh ciptaan.
Kedua, Kitab wahyu menegaskan bahwa Allah telah dan akan terus menyelamatkan orang percaya dari kuasa-kuasa dunia yang menghancurkan itu dan menjamin suatu kualitas hidup yang baru.
Kita hari memasuki tahun baru, maka kualitas hidup baru yang di bawa, bukan kualitas hidup lama atau perilaku hidup lama yang buruk.
Ketiga, Kita perlu membangun sikap peduli pada kepentingan dan perasaan orang lain juga.
Kadang kita jatuh pada bahaya memintingkan diri sendiri.
Suami hanya mementingkan diri sendiri. Istri hanya dengan urusannya sindiri.
Anak-anak hanya menuntut dan menuntut tanggungjawab orang tua, tetapi mengabaikan rasa hormat sikap berbakti pada orang tua.
Saya lihat orang kadang hanya berupaya menjaga kepentingannya sendiri.
Pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri.
Ada orang yang membersihkan halamannya, tiap kali dia menemukan sampah atau beling, maka ia buang ke halaman orang lain.
Sehingga memang halamannya bersih, tetapi halaman orang lain penuh sampah.
Kita bahkan kadang tega menjadikan halaman orang lain jadi tempah sampah.
Coba anda amati di sepanjang jalan di kota kupang.
Orang cenderung membangun halaman rumahnya lebih tinggi dari jalan raya, tanpa membangun got saluran air yang baik.
Sehingga halaman rumahnya bebas banjir, tetapi halaman orang lain jadi sasaran banjir karena lebih rendah.
Atau anda perhatikan. Orang-orang di Kupang berlomba-lomba membendung halamannya dengan beton dan pasir, sehingga beberapa titik di kota kupang, kalau hujan selalu tergenang air dan mengganggu kepentingan umum. Di Oebufu, di SMA satu, dll. Mengapa?
Karena orang tidak mau merepotkan diri, tetapi hanya mau merepotkan orang lain.
Keempat, kalau kita sudah punya waktu peduli pada diri, peduli pada orang lain itu hal yang baik.
Tetapi hal itu belum cukup. Kita juga perlu peduli pada lingkungan hidup di mana kita tinggal.
Kita perlu tinggal di lingkungan yang yaman dan asri, lingkungan yang hijau dan sejuk.
Karena itu kita perlu sadar lingkungan. Kita wajib menciptakan llingkungan tempat tinggal yang hijau dan yaman dengan menanam pohon dan bunga sebanyak-banyaknya.
Sebab dampak dari pemanasan global, iklim kita berubah esktrim. Udara kita menjadi panas, dan kadang banjir di mana-mana yang membawa bencana.
Perilaku yang mementingkan diri adalah perilaku lama, kita harus mengubahnya.
Sama seperti Allah yang menjadikan segala sesuatu menjadi baru.
Kelima, kita harus mensiasati hiudp kita secara baik dan menanggapi kesulitan dan tantangan yang mungkin kita hadapi secara cerdik dan positif.
Orang yang berhikmat adalah orang yang menanggapi segala sesuatu dengan sikap positif dan cerdik seperti dalam kisah ini.
Alkisah ada seorang ayah terbaring sekarat ditempat tidur dan ditunggui oleh istrinya dan kedua anak laki-lakinya.
Menjelang ajal dia berpesan kepada dua anaknya itu:
- Pertama: Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu. - Kedua: Jika pergi ke toko jangan sampai mukamu terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus, dan ternyata setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka. Jawab anak yang bungsu : "Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaiknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".
Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama. Jawab anak sulung : "Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah.
Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".
"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."
"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".
Kisah ini menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan sikap positiv, maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses, tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita.
Melalui Firman Tuhan hari ini kita diajak untuk melihat setiap hal dalam kacamata iman.
Dan setiap kesulitan membuat kita lebih beriman pada Tuhan. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (*)