Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan, Tanggal 21 Maret 2019
DALAM sebuah acara pernikahan sering ada tangisan, air mata dan kesedihan, oleh karena selain ada persekutuan baru sebagai suami- istri
Pertama, belajarlah dari Abraham dan Sara, yang beriman sungguh-sungguh kepada Allah.
Mereka mengandalkan Tuhan dan karena itu segala keragu-raguan dan kekhawatiran tidak mengalahkan iman mereka.
Sara tentu akan menyesuaikan diri dengan keluarga barunya. Bagaimana ia mampu menyesuaikan diri dengan keluarga barunya.
Namun yang pasti mereka yakin bahwa Allah akan menyertai kehidupan mereka, juga yang akan memimpin kehidupan dan rumah tangga mereka.
Ia akan mencukupkan segala kebutuhan (ingat sesudah mereka tiba di Kanaan tantangan pertama yang mereka hadapi yaitu kelaparan, tetapi Tuhan menolong mereka melewati semua itu,
walaupun ada teguran terhadap penipuan Abraham kepada Firaun bahwa istrinya Sarai yang cantik itu adalah saudari perempuannya), tetapi Allah tetap setia dan memberi teguran, sehingga rumah tangga mereka tidak hancur.
Kedua: Abaraham dan Sara tidak lupa Tuhan. Dua kali dalam perjalanan mereka, mereka berhenti dan menyembah Tuhan.
Banyak pasangan sebelum nikah tiap minggu ke gereja, namun setelah nikah orang menjadi malas. Dan terkadang mereka menunggu sampai anak baptis baru datang lagi. Atau Natal baru datang.
Rumah tangga yang diberkati Tuhan adalah rumah tangga yang selalu beribadah dan menyembah Tuhan. Yang selalu berhenti dari semua kesibukan, memiliki waktu khusus dan berjumpa dengan Tuhan.
Di situ cinta pasangan suami istri ditambahkan, dikokohkan, karena di luar rumah tangga kita ada banyak bahaya yang bisa saja mengancam.
Ketiga: Abraham diutus Tuhan ke Kanaan untuk menjadi berkat bagi orang lain juga. Kita harus punya tekad untuk menjadi berkat bagi keluarga, berkat bagi tetangga, menjadi berkat bagi rekan kerja dst.
Karena kita sudah diberkati untuk menjadi berkat. Jangan sebaliknya jadi pengacau, pemicu masalah, dan akhirnya kehadiran kita tidak pernah menjadi berkat bagi orang lain.
Untuk menjadi berkat, mesti membuka tangan untuk membantu, menjaga kata-kata, menjaga sikap, dan menunjukkan sikap hidup beriman, sehingga kehadiran kita dimana-manan saja menjadi berkat dan bukan membawa sial. Semoga. (*)