Ini Kata Ketua Bhayangkari Sat Brimobda NTT Endang Deonijiu : Harus Ada Keseimbangan
Kegiatannya cukup padat, sebagai anggota Polwan pada Sat Brimobda NTT, ketua Bhayangkari Sat Brimobda, ibu rumah tangga
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello

POS-KUPANG.COM | KUPANG- Saat ini Endang Deonijiu adalah ketua bhayangkari Sat Brimobda NTT. Ia ingin untuk meningkatkan kesejahteraaan anggotanya, sehingga dampaknya adalah kesejahteraaan keluarga.
Baru bertugas beberapa bulan bagian klinik Sat Brimobda NTT ini, Endang Longla, AMD yang juga adalah anggota Polisi dengan pangkat AKP ini memiliki tugas yang cukup banyak.
• Bhayangkari Sat Brimobda NTT Kembangkan Pecel Pincuk Kelor Teratai
Istri dari Kombes Pol Deonijiu De Fatima, SIK, SH selalu mengatur kegiatannya agar semuanya bisa seimbang, menjadi ketua Bhayangkari, anggota Polwan dan ibu dari ketiga orang anak yakni Theodore Gomgom Octofarell (16), Maria Livona Rezkamayar (13) dan Marcelino Haratua Triaci Duval (9) ini harus mengkondisikan semua kegiatannya agar seimbang.

Beruntung saat ini ditempatkan di bagian klinik, sehingga bisa mengatur semua kegiatannya termasuk kegiatan bhayangkari. "Sekarang ini saya pakai uniform bhayangkari, setelah kegiatan ini, saya langsung lepaskan uniform ini, diganti dengan seragam polisi," ungkap Endang yang tamat dari Farmasi.
Saat ini dia bertugas di klinik Sat Brimob Polda NTT sehingga dia bisa mengatur waktunya termasuk dengan anggota Bhayangari. Sebelumnya bertugas di polisi umum, tapi karena dia berpikir lebih banyak harus habiskan waktu dengan ibu-ibu, bagaimana silahtarahim dan meningkatkan kemampuan mereka sehingga dengan penugasan saat ini, ibu dari tiga orang anak bisa berusaha untuk seimbangkan kegiatannya.

Salah satu tugas di klinik adalah sejahterakan anggota, monitor perkembangan kesehatan anggota Brimob dan keluarga.
"Jangan sampai karena istri pejabat lalu tidak bekerja profesional sementara tuntutan sebagai anggota Polri harus profesional karena itu semuanya harus seimbang," ucapnya.
Saat ini Endang bersama beberapa anggota bhayangkari Sat Brimobda NTT sementara mengembangkan panganan dari kelor yang disebut Pecel Pincuk Kelor Teratai dan Es Dawet Kelor. Rencananya mereka akan membuat UMKM dan akan secara rutin memasarkan panganan ini.
Untuk sementara, dua jenis panganan ini baru dijual di arena Car Free Day (CFD) di Jalan El Tari setiap Sabtu.

Ternyata, panganan ini mendapat respon yang baik dari masyarakat Kota Kupang, apalagi dijual dengan harga yang murah yakni Rp 10 ribu per porsi dan sudah cukup lengkap menunya.
Dua panganan ini dikembangkan karena bahan baku dari kelor sangat mudah diperoleh. "Kelor ini ada di dalam kompleks asrama dan sangat banyak, tumbuh subur. Sangat bermanfaat karena itu kami kembangkan makanan ini," ungkapnya. (*)
