Renungan Harian Protestan Senin (11/3/2019) Tanggung Jawab Orang Kristen Melalui Partisipasi Politik
Renungan Harian Protestan Senin (11/3/2019) Tanggung Jawab Orang Kristen Melalui Partisipasi Politik
Akan tetapi tentu rakyat juga masih dan tetap berharap kepada para caleg yang memiliki bukan saja memilii kompetensi dan kapabilitas, tetapi juga memiliki integritas moral yang bisa diandalkan bagi demokrasi di Indonesia.
Rakyat sebagai pemegang kedaulatannya harus bersikap
Tapi, dari semua usaha promosi tersebut, memang tidak semuanya demikian, namun sedikit yang benar-benar peduli terhadap nasib dan penderitaan rakyat yang sesungguhnya , sedikit yang berusaha untuk mencari tahu masalah apa sebenarnya yang dihadapi rakyat, dan bagaimana mengatasi masalah itu bersama mereka.
Mereka beranggapan bahwa sudah cukup kalau foto-foto mereka yang dibumbui dengan pesan-pesan omong kosong itu tertempel di berbagai tempat: di bus-bus umum, di pepohonan, di halte-halte bus, di gerobak sampah, di perempatan jalan bahkan sampai di dinding-dinding WC umum!
Produk-produk politik serta kualitas kehidupan politik seperti apakah yang dapat kita harapkan dari Pemilu seperti ini?
Pemilu adalah kesempatan bagi rakyat untuk menyatakan sikap dan pilihan politiknya, untuk menilai, mengevaluasi dan “mengadili” pemerintah yang sedang berkuasa, dan juga suatu kesempatan emas untuk memilih partai atau caleg mana yang dipercaya mampu dan mau memperjuangan aspirasi konstituen.
Pemilu adalah kesempatan bagi rakyat untuk memperlihatkan bahwa mereka (rakyat) adalah pemerintah yang sesungguhnya – demokrasi adalah die Regierung der Regierten (Bahasa Jerman artinya “pemerintah” dari yang berkuasa).
Artinya di atas pemerintah yang berkuasa ada tuannya yang memberi mandat itu sendiri yaitu rakyat. Karena itu, dalam Pemilu rakyat sebaiknya tidak terbuai dengan janji-janji palsu para politisi, atau dengan omongan-omongan kosong dan klise dari para caleg, atau program-program yang tidak masuk akal yang dilontarkan oleh para petinggi parpol.
Bagaimana mungkin orang bisa memberikan janji-janji muluk yang tidak masuk diakal dengan keadaan indonesia yang lagi terpuruk secara ekonomi, nilai tukar rupiah yang rendah, BUMN-BUMN yang merugi dimana, hutang negara yang lagi membengkak, ketidakberdayaan indonesia yang terus mengimpor bahan pangan dan bahan lainnya yang semestinya bisa dihasilkan sendiri oleh rakyat Indonesia.
Pemilu adalah saat dimana nilai kekritisan dan akal sehat rakyat diuji.
Sikap ini juga berlaku bagi pemilih yang beragama Kristen. Umat Kristen hendaknya menentukan pilihan bukan berdasarkan sentimen-sentimen primordial, fanatisme buta tanpa akal sehat, pengkultusan terhadap orang sampai-sampai bau kentutnya pun dianggap sebagai minyak wangi, melainkan berdasarkan pertimbangan politik yang rasional.
Artinya, memilih partai atau calon anggota legislatif yang telah terbukti atau yang dipercaya mampu memperjuangkan kepentingan dan aspirasi konstituennya.
Hindarilah caleg atau politisi yang hanya baru muncul saat mau pemilu, atau hanya pandai berjanji tetapi tidak pernah realisai janji-janjinya, tetapi pilih mereka yang telah bertolak lebih dalam memahami aspirasi dan kebutuhan rakyat tanpa memandang suku dan golongan.
Menentukan pilihan semata-mata berdasarkan sentimen-sentimen primordial, fanatisme buta tanpa akal sehat, pengkultusan pribadi atau kepentingan-kepentingan sesaat, itu berarti bahwa kita justru turut membuat bangsa kita semakin terperosok ke dalam jurang permasalahan yang tidak kunjung teratasi.
Untuk itulah, orang Kristen perlu belajar apa kata alkitab mengenai „politik“ dan sikap politik apakah yang dianjurkan alkitab tentang politik.