Bupati Sumba Timur Sayangkan Ulah Orang Tua Hingga Anak Meninggal Dunia DBD
Bupati Sumba Timur Drs. Gidion Mbilijora, M.Si menyayangkan terhadap tindakan orang tua yang lambat membawa anaknya untuk mendapatkan penangan medis
Penulis: Robert Ropo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU---Bupati Sumba Timur Drs. Gidion Mbilijora, M.Si menyayangkan terhadap tindakan orang tua yang lambat membawa anaknya untuk mendapatkan penangan medis sehingga harus mengakibatkan sejumlah pasien rata-rata usia anak-anak harus kehilangan nyawa karena terserang virus demam berdarah dangue (DBD).
Bupati Gidion ketika ditemui Wartawan di ruang kerjanya, Senin (4/3/2019) mengatakan ada sejumlah pasien yang rata-rata anak-anak hingga meninggal dunia karena diserang DBD, sebab orang tuanya lambat membawa anak pasien itu ke rumah sakit untuk medapatkan pertolongan medis.
Sehingga Gidion meminta agar jika ada gejala demam tinggi, maka kepada orang tua atau keluarga agar segera membawa pasien itu ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis secepatnya jangan membiarkan hingga berhari-hari tentu itu sangat membahayakan kondisi pasien apalagi pada anak-anak.
"Jangan biarkan panas tinggi itu sampai berhari-hari. Biasanya kalau gejala DBD itu panas tinggi atau demam hari pertama dan kedua, hari ketiga panasnya sudah turun dan dikira sudah tidak panas lagi padahal itu dalam fase shok orang bilang.
Jadi kalau lambat lagi hari keempat bisa drop, sehingga diharapkan kepada orang tua atau keluarga jika ada anak atau keluarga yang sakit karena panas tinggi segera langsung bawa ke RS untuk penganan medis secepatnya sehingga tidak ada yang kehilangan nyawa lagi,"pinta Gidion.
Gidion juga mengatakan DBD yang menyerang warga itu rata-rata kepada anak-anak. Sehingga ia meminta kepada setiap Puskesmas dan Pemerintah Kecamatan untuk segera melaporkan datanya jika ada pasien DBD yang baru untuk segera ditindaklanjuti.
• Kabupaten Sikka Kehilangan Rp 100 Miliar, Bupati Robi Idong Protes, Ini Pemicunya
"Kita juga ada bangun Posko penangan DBD di setiap kecamatan agar kalau ada pasien DBD segera laporkan dari desa laporkan ke Kecamatan, kecamatan laporkan ke Kabupaten untuk segera tindaklanjuti penanganya. Kita juga ada buat group WatsApp untuk pelaporan DBD itu supaya kita cepat tahu,"ungkap Gidion.
Lanjut Gidion terkait dana untuk penangan DBD setelah ditetapkan KLB sebesar 1,4 miliyar rupiah lebih itu hingga saat ini masih pas. Sebab sejauh ini memang pasien DBD sudah mencapai 400 lebih, namun tidak semua diopname atau rawat inap.
Kata dia, dari padien sebanyak itu, hanya sekitar 45 orang pasien saja yang mendapatkan rawat inap.
"Jadi dana itu masih pas masih ada. Dana untuk perawatan pasien kita anggarkan 700 lebih juta rupiah dari dana Pos tak terduga sebesar 1,4 miliyar lebih itu, lebihnya untuk biaya pengadaan obat dan biaya operasional para petugas jadi dana itu masih ada,"jelas Gidion.
Gidion juga mengatakan, jika memang ada kekurangan kedepan pihaknya siap menambahkan anggaran dari dana Pos tak terduga itu dengan meminta persetujuan dari DPRD. Dana pos tak terduga sendiri tersediah sekitar 8 miliyar rupiah dan 1,4 miliyar lebih dianyatanya sudah dianggarkan untuk penangan DBD itu.
"Kalau memang kedepan ada kekurangan dan butuh penambahan kita siap alokasikan dan meminta persetujuan dari DPRD. DPRD pasti siap untuk menyetujui karena ini menyangkut nyawa masyarakat. Tapi sekali lagi untuk sementara dana ini masih ada,"pungkas Gidion. (*)
