Pria Asal Wolowea Boawae Penjual Sapu Ujuk Demi Ongkos Anak yang Sedang Sekolah

Siang itu, sekitar pukul 11.40 Wita Frans tampak menyusuri Jembatan Aesesa arah ke Kecamatan Riung Kabupaten Ngada.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/GORDI DONOFAN
Penjual sapu ijuk asal Desa Wolowea Boawae Nagekeo saat menjual sapu ijuk dengan berjalan kaki di Mbay Kabupaten Nagekeo, Jumat (1/2/2019). 

Pria Asal Wolowea Boawae Penjual Sapu Ujuk Demi Ongkos Anak yang Sedang Sekolah

POS-KUPANG.COM | MBAY -- Mempertahankan hidup dan berjuang menyukseskan anak-anak sebuah tanggungjawab besar bagi orangtua.

Berusaha dengan menjalankan pekerjaan apapun yang penting halal itu lah yang dilakukan oleh Kakek Frans Denga (76).

Frans begitu ia akrab disapa merupakan warga RT 11 Desa Wolowea Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo.

Frans merupakan sang pekerja ulet yang tak mudah menyerah. Ia berjualan sapu ijuk keliling di Kota Mbay setiap hari Jumat.

Siang itu, sekitar pukul 11.40 Wita Frans tampak menyusuri Jembatan Aesesa arah ke Kecamatan Riung Kabupaten Ngada.

Mengenakan baju kaus kerak warna coklat dan celana pendek ia terlihat semangat melewati Jembatan terpanjang di Kota Mbay itu.

Memikul empat buah sapu ijuk dan sebuah Sosa Manu (Bahasa Boawae, sebuah anyaman tempat ayam bertelur) Frans terus berjalan.

Ini Cara Pemkab Sumba Barat Cegah Pembuangan Sampah Sembarangan

21 Tim Sepakbola Di Ende Ikut Turnamen Triwarna Soccer

Mau Cari Suvenir, Ayo Kunjungi Pusat Oleh-Oleh Kampoeng Tenun Alor

Udara begitu menyengat kulit saat itu. Ia berjalan tanpa alas kaki dijalan raya melewati jalan siang itu.

Keringat bercucuran diwajahnya. Namun tak ia peduli. Niat untuk menjual Sapu Ijuk terus ia pikirkan.

"Ya beginilah kami orang susah. Kalau tidak jualan sapu ijuk maka tidak bisa beli beras," ujar Frans, kepada POS KUPANG.COM, Jumat (1/2/2019).

Ia mengaku dengan berjualan keliling sapu ijuk bisa mempertahankan hidup, biaya ongkos sekolah anak dan kebutuhan keluarga.

Dirinya mengaku sang istrinya sudah meninggal dunia sejak tahun 2009 dan memiliki 7 orang anak. Tiga orang laki-laki dan empat orang perempuan.

"Ada yang sedang sekolah. Dua orang SMK dan satu orang kuliah. Kalau habis jualan ketemu mereka pasti minta uang. Untuk bisa jualan seperti ini," ujarnya.

Ia mengatakan setiap Jumat dalam seminggu pasti datang ke Kota Mbay untuk jualan keliling memikul sapu ijuk. Harga sapu ijuk Rp. 30.000.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved