Camat Lamboya Barat, Sumbar, Warga Tiga Desa Butuh PLTS

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, petrus piter

POS-KUPANG.COM/WAIKABUBAK---Camat Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Daud Eda Bora, mengatakan, masyarakat Tiga desa dari empat desa di wilayah pemerintahannya sangat membutuhkan penerangan listrik. Empat desa tersebut adalah desa Saat ini baru satu desa Weetanah, Gaura dan Patiala Dete.

Sedangkan Desa Haronakala sudah mendapat pelayanan penerangan listrik yang secara resmi dikukuhkan Gubernur NTY, Viktor Bungtilu Laiskodat, Senin (25/2/2019).

Saat ini terdapat 200 rumah penduduk telah teraliri penerangan listrik PLTS. Ke-200 rumah penduduk itu tersebar di kampung Malisung, kampung Kabali Rama, Tohale, Kahale dan Moto Dau. Meski baru diresmikan hari ini, sesungguhnya masyarakat telah menikmati penerangan listrik PLTS selama dua minggu terakhir ini.

Camat Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Daud Eda Bora menyampaikan hal itu diselah-selah menghadiri acara peresmian 5 PLTS di Desa Lolo Wano, Kabupaten Sumba Barat, Senin (25/2/2019).

• Ini Harapan Danlantamal VII Kupang terhadap 36 Casis

Menurutnya, kehadiran listrik sangat membantu masyarakat di kampung-kampung. Anak-anak bisa belajar dengan baik dan orang tua bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya tanpa menunda keesokan harinya.

Dalam kesempatan, ia berharap, pemerintah propinsi NTT bisa memperjuangkam lagi untuk pembangunan PLTS di tiga desa lainnya agar mendapatkan pelayanan penerangan listrik pula.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H dalam sambutannya mengatakan, NTT memiliki potensib energi baru terbarukan sangat luar biasa. Karena itu ke depan akan berupaya membangun energi terbarukan seperti tenaga matahari, angin dan air untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi rakyat NTT termasuk Sumba.

Karena itu, setiap potensi yang ada harus dikelolah dengan baik demi kesejahteraan rakyat daerah ini. Apalagi Sumba yang memiliki potensi energi matahari dan angin sangat baik sehinngga ke depan terus diupayakan demi pemenuhan listrik bagi rakyat daerah imi. (*)