Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Selasa 19 Februari 2019 'Nikmati Hidup Menurut Kata Tuhan Bukan Kata Orang'
Renungan Harian Kristen Selasa 19 Februari 2019 'Nikmati Hidup Menurut Kata Tuhan Bukan Kata Orang'.
Dengan membatasi kitab suci hanya kepada lima kitab Musa (Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), maka hidup orang Saduki adalah jauh lebih gampang dari pada kelompok-kelompok Yahudi yang lain (misalnya Farisi, Zelot, Essene dan lain sebagainya).
Mereka dengan mudah dapat bekerja sama dengan pemerintah penjajahan Romawi, dan menikmati kekuasaan dan keuntungan politik lainnya pada zaman Tuhan Yesus.
Mereka memahami diri sebagai orang yang sangat setia dan memegang teguh kepada Taurat Musa itu.
Orang-orang Saduki tidak mempercayai adanya kebangkitan orang mati pada akhir zaman (band. Mk 12:18, Kis 23:8).
Oleh sebab menurut mereka dalam kelima kitab Musa, juga tertutama dalam 10 perintah Allah tidak menyebutkan sedikit pun tentang kebangkitan.
Bagi mereka keyakinan pada peristiawa kebangkitan hanya perumusan kemudian oleh para nabi setelah kematian Musa.
Misalnya dalam teks-teks eperti Yes 26:19; Dan 12:2 dyb (Lihat juga 2 Makk 7:1-2, 7a, 9-14, yang menceritakan tentang kisah Martyr seorang keluarga Yahudi).
Orang-orang Saduki kurang menghargai kitab para nabi dan kitab-kitab lainya, selain dari kelima kitab Musa itu.
Oleh sebab itu adalah suatu ironi sebab walaupun mereka tidak percaya kepada hal kebangkitan, namun mereka berusaha menjebak Yesus dengan hal itu.
Orang-orang Saduki berusaha sekuat tenaga untuk menjebak Yesus dengan sebuah pertanyaan yang dihubungkan dengan kitab Ulangan 25:5-10 mengenai perkawinan ipar atau perkawinan levirat (yaitu pernikahan dengan kakak atau adik suami almarhum).
Dengan mengajukan pertanyan itu orang Saduki mau memancing para penonton atau orang-orang banyak yang mengikut Yesus untuk tertawa atau menertawakan dan mengolok-olak Yesus dengan cerita lelucon yang mereka rekayasa dan ajukan kepadaNya.
Dengan cara itu mereka bukan saja ingin membuat Yesus terperangkap dan malu, tetapi juga target lain dari mereka adalah mau menyindir orang-orang Farisi yang juga getol menafsirkan perkatan dan tulisan para nabi mengenai perihal kebangkitan.
Dengan kisah rekayasa mengenai perempuan dengan tujuh suami itu orang-orang Saduki seakan berkata kepada Yesus: mengenai kebangkitan tentu saja kami tidak mempercayainya, tetapi coba anda pikir kegilaan apa yang terjadi atau muncul kalau perempuan itu bersama ketujuh suaminya bangkit pada akhir zaman?
Dengan siapa wanita itu akan menikah nanti?
Jadi seakan-akan menurut kaum Saduki soal kebangkitan adalah kebodohan yang hanya memancing tawa saja.