Renungan Harian Kristen Protestan
Renungan Harian Kristen Protestan, Minggu 17 Februari 2019: Kata-kata itu Dasyat
Renungan Harian Kristen Protestan, Minggu 17 Februari 2019: Kata-kata itu Dasyat
Jadi disini terdapat sebuah dialektika yang logis. Jadi ada semacam dialektika yang terus menerus, mengenai Allah dan dunia, Allah dan manusia, mengenai Kerajaan Allah dan gereja yang kelihatan, tentang Firman Allah dan kata-kata manusia. Perbedaan-perbedaan ini harus disadari, dan karena perbedaan itu kita membutuhkan jembatan, sehingga rumusan dialektik dari Barth ini suatu sumbangan besar bagi ilmu theologia. Allah ada dalam dunia, tetapi dunia bukan Allah. Dalam gereja yang kelihatan harus dihadirkan tanda-tanda kerajaan Allah, tetapi gereja itu bukanlah kerajaan Allah. Dalam gereja diberitakan firman Allah. Tetapi tidak semua kata-kata dalam gereja otomatis adalah Firman Allah. Pemikiran Barth ini menolong kita untuk tidak memakai mimbar sebagai sarana balas dendam pada jemaat, atau mimbar sebagai alat politis dan corong partai tertentu saja. Gereja adalah tempat bagi kita semua manusia berdosa bertemu dengan Allah dan tempat dimana kita saling mengampuni dan berbagi dalam segala hal yang dikehendaki Tuhan, tanpa memandang dari mana kita datang, tuan tanah atau pendatang, pribumi atau orang asing.
Kata-kata yang keluar dari mulut Allah, membuat segala yang kacau balau menjadi teratur sebagaimana tercermin dalam kisah awal penciptaan. Penulis kitab Kejadian (pasal 1:1-3) mengatakan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Firman yang tadi ada dalam penciptaan dan turut dalam penciptaan sekarang menurut penulis Yohanes telah menjelma menjadi manusia: Dan Kata atau Firman yang menjadi manusia itu, yaitu Kristus membawa keselamatan bagi umat manusia. Yohanes menulis (Injil Yoh. 1:1-4, 14: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Lantas bagaimana dengan kata-kata yang kita manusia keluarkan, apakah juga membawa keselamatan, membawa keteraturan, atau justru sebaliknya.
Kata-kata atau Firman Tuhan dapat dipegang, tetapi kata-kata manusia sulit dipegang. Hari ini seseorang bisa berkataa A, tetapi esok ia bisa berkata B. Seorang suami mungkin bisa berkata cinta pada istrinya, waktu cinta menggebu, tetapi kata cinta bisa berganti dampratan dan cacimaki, hanya gara-gara cemburu dan masalah sepele lainnya.
Ketika masih pacaran, kalau ceweknya terantuk rasa-rasanya batu kecil yang membuat terantuk mau dihancurkan, tetapi setelah menikah: lu pung mata lu taruh di mana?
Kata-kata yang anda keluarkan bisa menyejukan, tetapi juga bisa menghancurkan sesama anda, tetangga anda. Mzr 44:17 berkata: „karena kata-kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh dan pendendam.“ Amsal mengajak umat Tuhan mengejar hikmat dan mengucapkan kata-kata yang bermaknya (Amsal 1:2).
Bentuk komunikasi manusia adalah Verbal dan non Verbal, artinya bahwa manusia dapat mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata dan perbuatannya. Sekumtum bunga bagi istri atau kekasih, adalah seribu kali kata cinta yang tak terucap.
Di sisi lain kita tidak bisa mengatakan bahwa kehidupan kita sebagai orang-orang Kristen hanya sebatas pada kata-kata atau dibibir saja, sebab kekristenan kita harus berwujud dalam tindakan. Anda tidak bisa mengatakan anda mengasihi sahabat anda, tetapi pada saat yang sama anda menikamnya dari belakang.
Brutus melakukan hal yang sama pada Julius Caesar sahabatnya. Oleh sebab itu antara kata-kata dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Anda dan kita semua mungkin bisa pandai menulis di koran atau pandai berkhotbah, dan membawa seminar dimana-mana, tentang keadilan dan kebenaran, tetapi jika perbuatan kita tidak sesuai dengan itu, maka itu adalah omong kosong dan dusta. Kita hanya mampu mengucapkan kata-kata indah, tetapi sebetulnya semu adanya. Amsal 17:7 berkata „Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus, apalagi orang mulia mengucapkan kata-kata dusta.“
Apapun kata-kata yang anda saya keluarkan hendaknya mengacu kepada karakter dan spiritulitas kisah penciptaan dan kisah penyelamatan Allah dalam Kristus, baik yang tergambar dalam Kitab Kejadian pasal 1 maupun Injil Yohanes pasal 1, yang mengubah wajah dunia yang kacau menjadi teratur dan harmonis, dan Kata atau Firman (yaitu Kristus), yang membawa keselamatan dan pembebasan. Akhirnya saya juga harus mengakhiri kata-kata saya sebab kitab pengkhotbah (6:11) berkata „Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia?
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/mesakh-ap-dethan.jpg)