VIDEO: Aksi Heroik Petugas Puskesmas Inbate Selamatkan Warga yang Hamil dari Terjangan Banjir
para petugas kesehatan dan warga sekitar melanjutkan tugasnya menerjang banjir menyeberangi kali itu demi menyelamatkan ibu hamil itu.
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Bebet I Hidayat
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi
POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU - Keberanian para petugas kesehatan di Puskesmas Inbate dan warga di sekitar Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Ninulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) patut diacungi jempol.
Betapa tidak, mereka rela menerjang banjir di Kali Inbate demi menyelamatkan seorang wanita hamil yang tengah mengalami pendarahan hebat untuk dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten TTU.
Aksi heroik dari para petugas kesehatan dan warga di Desa Inbate itu dilakukan pada, Kamis (14/2/2019) sore sekitar pukul 16:00 Wita.
Saat itu, sebelum menerjang banjir, wilayah Desa Inbate dan sekitarnya diguyur hujan lebat sehingga terjadi banjir besar di Kali Inbate.
Sementara pada saat yang bersamaan, di Puskesmas Inbate, terdapat seorang pasien bernama Imelda Toi yang usia kehamilannya baru lima bulan, mengalami pendarahan hebat sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Kondisi itu memaksa para petugas kesehatan berinisiatif untuk segera menyelamatkan wanita hamil itu.
• Ini Data Penerbangan Pesawat Lion Air JT714 yang Tergelincir di Bandara Supadio Pontianak
• Pesawat Lion Air Tergelincir, Beredar Foto-Foto Evakuasi Para Penumpang, Begini Kondisinya!
• Sepekan Menghilang, Pria Ini Ditemukan Tak Bernyawa di Dasar Jurang, Sepeda Motor Jadi Petunjuk
Menggunakan mobil ambulans, para petuga kesehatan mengantarkan wanita hamil itu ke tepi kali. Sampai di tepi kali, para petugas kesehatan dan warga sekitar melanjutkan tugasnya menerjang banjir menyeberangi kali itu.
Menggunakan tandu, aksi para petugas kesehatan mengangkat wanita hamil itu, menerjang banjir, dan membawanya sampai ke seberang kali di Wilayah Desa Sungkaen.
Perjuangan mereka harus belanjut. Dari tepi sungai wanita hamil itu langsung dilarikan ke RSUD Kefamenanu menggunakan mobil ambulance yang sebelumnya sudah menunggu di seberangan sungai.
"Sebelumnya kita sudah berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Nunpene, akhirnya mereka siap ambulance di seberang kali. Ketika kami berhasil menyeberang kali, pasien langsung diterima di ambulance dan dibawa ke RSUD Kefamenanu," kata Kepala Puskesmas Inbate, Petrus Lalu Asuat kepada Pos Kupang, Sabtu (16/2/2019).
Petrus mengatakan, usia kehamilan pasiennya itu sudah memasuki bulan kelima. Meski baru berusia bulan kelima, namun kehamilan itu divonis tidak cukup bulan untuk melahirkan serta mengalami pendarahan yang hebat. Oleh dokter, pasien itu disarankan untuk segera di rujuk ke RSUD Kefamenanu.
Pada, Rabu (13/2/2019), kata Petrus, pihaknya berencana untuk segera merujuk pasien hamil itu ke RSUD Kefamenanu. Namun karena hujan mengguyur desa Inbate dan sekitarnya membuat proses rujukan tertunda karena di Kali Inbate mengalami banjir besar.
Keesokan harinya, Kamis (14/2/2019), tambah Petrus, hujan masih mengguyur wilayah Desa Inbate dan sekitarnya. Namun karena pasien sudah tak dapat menahan rasa sakit, petugas kesehatan akhirnya terpaksa menerjang banjir untuk merujuk pasien hamil itu.

"Banjir cukup besar, kami akhirnya minta bantuan dari warga sekitar kali untuk membantu kami seberangi kali. Beruntungnya, ada warga yang bersedia mau membantu kami, sehingga kami bisa sebrangi kali itu dengan selamat," ungkapnya.
Setelah mampu menerjang banjir di Kali Inbate, lanjut Petrus, pasien itu langsung diangkut menggunakan mobil ambulance milik Puskesmas Nunpene yang sudah menunggu di seberang kali Inbate menuju ke RSUD Kefamenanu.
Petrus mengungkapkan, sejak tahun 2010, saat dirinya pertama kali dipercayakan bertugas sebagai kepala puskesmas, di Puskemas Inbate, setidaknya terdapat empat kejadian serupa, dimana harus menerjang banjir untuk merujuk pasien yang emergensi.
"Bahkan, ada kejadian dimana kami harus menerjang banjir pada malam hari, karena kalau tidak di rujuk pada malam itu juga, nyawa pasien terancam. Mau tidak mau, kami harus menerjang sungai itu malam-malam," jelasnya.
Petrus mengatakan, kejadian tersebut bukan hal baru di wilayah Desa Inbate karena sebelumnya sering terjadi kejadian yang sama. Penyebabnya, akses transportasi yang masih sulit karena ketiadaan jembatan.
Karena itu Petrus berharap, Pemerintah daerah Kabupaten TTU, Provinsi NTT, maupun pemerintah Pusat segera memperhatikan akses transportasi di wilayah Kecamatan Bokomi Ninulat terutama jembatan di Kali Inbate.
"Kami minta hanya satu saja kepada pemerintah, supaya bisa bangun jembatan di Kali Inbate ini supaya ketika hujan ada pasien gawat darurat, kita bisa rujuk pasien dengan cepat. Kalau tidak, kita harus menerjang banjir lagi," ungkapnya.
Petrus menambahkan, pembangunan jembatan di Kali Inbate tersebut menjadi sangat penting, mengingat kali tersebut menghubungkan tiga desa terisolir di Kecamatan Bikomi Ninulat yakni Desa Inbate, Sungkaen, dan Nainaban.
"Jadi kita minta supaya pemerintah Kabupaten TTU bangun jembatan. Bukan hanya untuk pasien tapi juga bisa di manfaatkan oleh masyarakat, khususnya anak-anak yang mau pergi ke sekolah. Selama ini mereka harus menerjang banjir untuk pergi ke sekolah," ungkapnya.
Selain pembangunan jembatan penghubung di Kali Inbate, Petrus juga meminta kepada pemerintah agar dapat menambah ambulance yang setiap saat bisa menunggu di seberang kali, sehingga ketika terjadi masalah yang sama, tidak perlu ada koordinasi lagi dengan pihak Puskesmas Nunpene. (*)