Paus Fransiskus
Kunjungan Paus - Vatikan dan Dunia Arab Sepakat: Berhenti Bawa-bawa Tuhan dan Agama
Paus Fransiskus melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UAE), 3-5 Februari 2019. Dia disambut dengan antusias di Abu Dhabi
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM - Paus Fransiskus melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UAE), 3-5 Februari 2019. Ini merupakan kunjungan perdana Paus asal Argentina itu sejak memangku jabatan pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI.
Dia disambut dengan antusias oleh Presiden UAE, Syeikh Khalifa bin Zayed al-Nahyan dan komunitas Katolik di negara tersebut.
Banyak hal yang dilakukan kedua pemimpin dalam pertemuan itu, yang diharapkan bisa mengubah kondisi dunia menjadi lebih baik pada masa-masa mendatang.
Di antaranya Imam Masjid Al-Azhar dan Paus Fransiskus mendatangani Dokumen Persaudaraan Manusia.
Laporan Lengkapnya disampaikan oleh Pastor Markus Solo Kewuta SVD, penasihat Paus untuk Urusan Dialog Antar Agama, asal Flores Timur, NTT, berikut ini.
(Laporan ini beredar melalui grup WhatsApp sejak Jumat (8/2/2019).
VATIKAN DAN DUNIA ARAB SEPAKAT: BERHENTI MEMBAWA-BAWA TUHAN DAN AGAMA*
Markus Solo
Sebuah kunjungan dan pertemuan bersejarah antara Petinggi Gereja Katolik Roma dan dunia Arab telah terjadi. Paus Fransiskus dan Paus-paus sebelumnya pernah melakukan kunjungan ke beberapa negara dan tempat dengan kekentalan Islam Arab tinggi, misalnya Mesir, Marokko, Tunisia, Palestina dan Libanon, tetapi belum pernah terjadi dengan jazirah Arab yang dikenal sebagai tempat lahir agama Islam.
Tanggal 3 Pebruari 2019 malam hari, Paus Fransiskus yang sudah cukup lama mengiyakan undangan Presiden Uni Emirat Arab (UAE), Syeikh Khalifa bin Zayed al-Nahyan dan komunitas Katolik di negri ini, terbang menuju Abu Dhabi, ibu kota (UAE). Tiba di bandara kepresidenan UAE malam hari pkl. 22.00 waktu Abu Dhabi dan diterima secara sangat hangat dan protokoler. Dari situ, kegiatan demi kegiatan berlangsung dengan sangat rapih, indah dan mengesankan hingga beliau tiba kembali di Vatikan, Selasa, 5 Pebruari pkl. 17.00 waktu Roma dalam keadaan selamat, dengan hati puas dan bahagia.
Tak disangkal. Lawatan ini diklaim bersejarah dan oleh berbagai alasan, mendapat entusiasme sangat besar di seantero jagat. Di berbagai TV dan surat kabar serta jalur-jalur media sosial, berseliweran berita-berita kehadiran Paus dan berbagai kegiatan sejak tiba di bandara, dijemput dengan musik khas Arab, salut para serdadu, penjemputan di istana kepresidenan dengan atraksi jet-jet tempur di langit UAE dengan semburan asap berwarna kuning dan putih melambangkan bendera Vatikan, hingga pertemuan dialog lintas agama di Masjid “Founder’s Memorial”, kunjungan pribadi ke Katedral hingga Misa raya di Zayed Sports City yang menghadirkan lebih dari 130.000 umat Katolik dan 4.000 umat Islam, hingga acara pamitan untuk kembali ke Vatikan.
Oleh karena kehistorisan lawatan Sri Paus ini, bukan saja untuk beliau dan Gereja Katolik di belakang beliau, tetapi juga untuk pihak UAE, Semenanjung Arab, dunia Arab dan umat Islam sedunia, setiap moment dan peristiwa pertemuan yang sudah diagendakan di atas program menjadi moment-moment sangat istimewa dan berarti. Setiap tatapan mata, setiap rangkulan, setiap gandengan tangan, setiap kata, setiap isyarat, setiap simbol menjadi tanda istimewa syarat makna, syarat pesan.
Ada banyak klimaks selama kunjungan ini berlangsung. Tergantung dari konteks mana. Tak dipungkiri bahwa misi perdamaian dunia adalah salah satu tujuan utama Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Semenanjung Arab kali ini. Konsernnya tentang perdamaian dunia, tentang dunia yang beradab, dunia yang lebih berperikemanusiaan, dunia yang bebas dari rasa sakit dan tetes-tetes air mata sudah beliau perjuangkan dari awal pontifikatnya tahun 2013 lalu. Di berbagai kesempatan beliau serukan keadilan sosial, pemerataan, pembangunan „jembatan“ dan bukan „tembok“, kerukunan, perdamaian, dan berbagai opsi kemanusiaan lainnya.
Paus Fransiskus tidak hanya berwacana. Dia juga melakukan aksi-aksi nyata untuk itu; mulai dari mencium kaki para pengungsi dan nara pidana dari berbagai latar belakang agama saat upacara Misa Kamis Putih setiap tahun, hingga membawa pengungsi Muslim masuk Vatikan dan makan bersama di satu meja makan dalam rumah kediamannya yang sangat privat. Berapa miliar umat Katolik ingin makan semeja makan dengan Paus, dan mereka tidak bisa. Jangankan makan bersama. Bersalaman saja sulit bukan main.
Ajaran Kasih Yesus Kristus Paus Fransiskus simpulkan secara sangat to the point melalui cara hidupnya yang sederhana, lugas dan korekt. Inilah jalan hidup yang tepat untuk seorang pemimpin yang datang untuk melayani dan membawa kebahagiaan untuk semua orang, dan bukan sebaliknya untuk dilayani dan untuk bermegah-megah di atas kekayaan yang sering merupakan hasil curian dan rampasan dari keringat rakyat jelata. Dengan roh dan semangat kesahajaan, seorang pemimpin lebih bisa bersolider dengan manusia-manusia yang ia pimpin. Dengan semangat itu pula, dia lebih mudah mengosongkan diri seraya memberi ruang terlebih dahulu kepada kepentingan umum daripada kepentingan ego.