Renungan Kristen Protestan, 7 Februari 2019: “Buta Jasmani Tak Berarti Buta Rohani”

Bartimeus secara fisik ia mengalami buta jasmani, tetapi ini ternyata tidak membuatnya juga menjadi buta rohani

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA 

Tuhan Yesus memanggil Bartimeus yang buta itu, yang cacat secara fisik, yang membuat hidupnya tidak normal. Hal ini penting bagi kita bahwa jika Tuhan memanggil kita semua, baik yang sehat secara fisik maupun cacat secara fisik. Tuhan memanggil kita dalam keadaan apapun untuk dipakainya maupun untuk menyembuhkan luka-luka batin kita, ia memanggil kita untuk diampuni, ditolong, ditegur dan dihibur.

Menarik kata Yunani phoneo mirip dengan kehidupan kita dalam era digital ini. Kita bisa berkomunikasi karena telephone atau handphone. Ketika Yesus katakan panggilah dia sebetulnya Tuhan Yesus mengatakan pada orang banyak bahwa beritakan atau komunikasikan padanya bahwa aku peduli padanya, katakan padanya bahwa aku akan menolongnya.

Ini sekaligus ajakan bahwa kita juga harus menolong dan peduli, jika kita mampu melakukannya. Kita harus menjadi saluran berita gembira bagi orang lain dan bukan saluran berita buruk bagi orang lain. Kita harus menjadi pembawa kabar baik dan bukan pembawa kabar gosip bagi orang lain.

Mendapat kabar baik itu Bartimeus segera melakukan yang terbaik untuk menemui Kristus, ia menanggalkan jubahnya (ay 50); ia menanggalkan segala sesuatu yang bisa membahayakan dirinya dengan membuatnya jatuh, atau menghalangi dia untuk menemui Kristus, atau bisa memperlambat gerakannya.

Apakah maknanya bagi kita? Setiap orang yang mau datang pada Kristus harus menanggalkan "jubahnya", menanggalkan setiap beban, dan setiap dosa yang ada dalam dirinya seperti jubah panjang, yang begitu merintanginya (band  Ibr, 12:1 dan 2: “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Bapa Pencipta”). Orang-orang di sekitar kita adalah para saksi Kristus yang membantu memeriksa hidup kita supaya tetap berjalan ke depan dengan baik tanpa hambatan.

Jika kita naik sepeda dan mendengar bunyi letusan dari salah satu ban sepeda, maka pasti kita akan turun dan segera memeriksanya. Lalu kita akan mencari upaya untuk menambal ban itu. Kalau sepeda tetap dinaiki dalam keadaan ban kempis, maka felek roda sepedanya pun akan rusak.

Jikalau kita tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan rohani kita, karena disebabkan oleh dosa, maka kita harus segera datang kepada Yesus, agar Ia melalui Firmannya dapat membetulkannya, kalau tidak kerusakan batin kita akan tambah parah.  Kita hanya dapat bertemu Yesus jika kita rela menanggalkan beban kita.

Bartimeus rela membuang jubah yang dapat menghambat jalannya kepada Yesus untuk mendapatkan berkat dan kasih karunia dari Yesus. Dalam hal ini Paulus benar ketika ia berkata: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (lihat Roma 6:1-2).

Ilustrasi ban sepeda yang pecah di atas saya kira juga punya makna. Bahwa perjalanan hidup tidak selalu mulus adakala mengalami hambatan “ban pecah”. Kita harus mengambil waktu untuk memperbaikinya.

Begitu juga dalam hidup dan kita pekerjaan kita, tidak mulus, ada yang tidak benar dalam pekerjaan kita. Dan Tuhan memakai orang-orang tertentu menegur kita. Jangan kita membenci mereka atau mendelete (menghapus orang itu dari kehidupan kita).

Justru kita bersyukur bahwa Tuhan memakainya untuk menegur kita untuk stop “mendayung sepeda”, stop bekerja dengan cara yang tidak benar dan menjurus pada dosa. Stop tipu-tipu. Stop meraih jabatan dan pangkat terhormat dengan cara yang tidak benar. Karena kerusakan sepeda akan tambah parah. Kerusakan kehidupan rohani kita akan tambah parah kalau kita tidak rela mengambil waktu untuk memperbaiknya seturut dengan Firman Tuhan dan KehendakNya.

Bartimues hanya mengharapkan agar ia dapat melihat, supaya ia dapat bekerja dan tidak lagi menjadi beban bagi orang lain. Ia ingin menghasilkan makanan bagi hidupnya sendiri. Sangat memalukan bagi seseorang , bila karena kemalasan dan kebodohannya , ia membuat dirinya menjadi “buta dan lumpuh”; menjadi tak berdaya, menjadi malas, membuang-buang waktu, padahal Tuhan sendiri telah mengaruniakannya anggota badan dan indra untuk bekerja bagi kehidupan dirinya sendiri.

Banyak orang muda yang menyia-yiakan hidupnya karena jauh dari Tuhan. Tetapi saya kira bukan hanya orang muda, tetapi juga banyak orang tua yang hidup secara percuma, dengan kemabukan, perjudian, dan pelisiran yang percuma dan sia-sia, etc. Ia tidak menggunakan kesempatan yang Tuhan beri untuk jadi berkat, tetapi malahan menjadi beban bagi orang lain.

Jika anda dipanggil Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan apa saja di gereja atau Yayasan pengembangan swadaya masyrakat, terimalah panggilan itu, buanglah segala sesuatu yang dapat menghambat anda untuk menerima panggilan itu.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved