Sambil Bawa Sesuatu di Tangan, Bocah Ini Berlari Datangi Paus Fransiskus Kala di Uni Emirat Arab

Mengenakan baju putih berwarna putih dan celana pink, video yang beredar di media sosial memperlihatkan bocah itu berlari sambil membawa sesuatu

Editor: Bebet I Hidayat
Reuters via Gulf News
Paus Fransiskus memberkati seorang bocah yang berasal dari Kolombia saat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Selasa (5/2/2019). Bocah itu sengaja datang ke Abu Dhabi untuk bertemu dengan Paus. 

POS-KUPANG.COM  - Hari terakhir kunjungan Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab pada Selasa (5/2/2019) menjadi kisah tersendiri bagi seorang perempuan.

Dia menjadi pusat perhatian ketika berlari ke arah mobil Paus Fransiskus yang tiba di Stadion Olahraga Zayed, Abu Dhabi, untuk memberi misa terbuka bagi umat Katolik di sana.

Mengenakan baju putih berwarna putih dan celana pink, video yang beredar di media sosial memperlihatkan bocah itu berlari sambil membawa sesuatu di tangannya.

Gulf News memberitakan Rabu (6/2/2019), bocah itu diidentifikasi bernama Gabriela, dan datang ke Abu Dhabi bersama keluarganya.

Dalam wawancara video dengan Virgin Radio, Gabriela mengatakan dia dan keluarganya sengaja menempuh jarak 13.500 km hanya untuk bertemu Paus Fransiskus.

Ayu Ting Ting Dekat dengan Pria Turki, Tulis Status Seni çok seviyorum, Iis Dahlia: Udah Chat-Chatan

Lagi Tren, Main Earth Day Quiz Lihat Karakter Hewan yang Sesuai denganmu, Jadikan Status WA

Nokia 5.1 Plus, Hape Murah dengan Design Kekinian

Seraya digendong oleh petugas keamanan, Gabriela memberikan benda yang ternyata merupakan surat kepada Paus Fransiskus.

Bocah itu mengaku sudah mempersiapkan surat untuk diberikan kepada Paus asal Argentina tersebut. "Saya ingin beliau membaca surat saya," ujar dia. 

Dalam video yang kemudian viral tersebut, Paus Fransiskus meminta sopir Mobil Kepausan untuk berhenti, di mana dia kemudian memberikan berkat kepada Gabriela.

Saat perjalanan kembali ke Vatikan, Paus Fransiskus memuji tekad yang ditunjukkan oleh Gabriela untuk berlari ke arahnya.

"Anak ini mempunyai masa depan!" kata Paus 82 tahun itu bersemangat kepada awak media sepanjang perjalanan pulang.

"Saya menyukainya. Anda harus mempunyai keberanian untuk melakukannya," ujar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik tersebut.

Kehadiran anak-anak kepada Paus Fransiskus bukanlah hal baru.

Pada 2015, bocah lima tahun di Amerika Serikat (AS) juga berlari, dan memberikan gambar dari krayon kepada dia.

Ulama dan pakar tafsir Al-Quran asal Indonesia Quraish Shihab berjabat tangan dengan Paus Fransiskus dalam pertemuan Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019).
Ulama dan pakar tafsir Al-Quran asal Indonesia Quraish Shihab berjabat tangan dengan Paus Fransiskus dalam pertemuan Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019). (Majelis Hukama via Kompas.com)

Quraish Shihab Bertemu Paus Fransiskus

Pada Senin (4/2/2019), dunia menyaksikan momen bersejarah bagi ditandatanganinya Deklarasi Abu Dhabi oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Alzhar, Dr Ahmed At-Tayyeb.

Ini kali pertama bagi seorang pemimpin Gereja Katolik Roma menginjakkan kaki di Uni Emirat Arab, negara di Semenanjung Arab.

Sebelum memimpin misa kudus yang dihadiri 150.000 umat Katolik di UEA, Paus Fransiskus menandatangani deklarasi "Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidu Berdampingan".

Forum tersebut turut dihadiri oleh 400 pemimpin agama, termasuk dari Indonesia.

Dia adalah ulama dan pakar tafsir Al-Quran Quraish Shihab, dalam kapasitasnya sebagai anggota Majelis Hukama’ Al-Islam atau Moslem Elders Councils.

Organisasi tersebut bertujuan untuk menghindarkan kekerasan dalam bentuk apapun, dan mengedepankan dialog serta menegaskan tentang penghormatan terhadap perbedaan pendapat.

Quraish Shihab juga tak melewatkan sebuah momen istimewa ketika dia bersalaman dengan Paus Fransiskus.

Dalam rilis dari Pusat Studi Al-Quran yang diterima Kompas.com, Rabu (6/2/2019), menyebutkan Quraish Shihab juga memberikan ceramah yang berjudul Persaudaraan Manusia: Tantangan dan Kesempatan.

"Agama dan kemanusiaan berdampingan untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmoni," demikian ceramahnya di hadapan para pemimpin keagamaan.

Quraish Shihab menilai, tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan persaudaraan manusia adalah peradaban modern yang terlalu mementingkan aspek material dan mesin, disertai dengan sifat rakus, egoisme dan mengesampingkan kemanusiaan.

Di sisi lain, dia optimistis soal kesempatan untuk melaksanakan persaudaraan manusia masih terbuka luas.

Semua itu dapat diwujudkan dengan sejumlah langkah, termasuk hubungan yang baik antara tokoh agama, saling tukar pikiran antarsesama, dan gagasan yang mencerahkan untuk kebaikan umat manusia dan kedamaian dunia.

Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb, saling menyambut saat keduanya bertukar dokumen dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019).
Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb, saling menyambut saat keduanya bertukar dokumen dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019). (AFP/VINCENZO PINTO)
Misa Terbuka  

Momen bersejarah terjadi di Uni Emirat Arab (UEA) di mana Paus Fransiskus menggelar misa massal untuk sekitar 170.000 umat Katolik di sana.

Paus melambai di antara kerumunan yang membawa spanduk maupun bendera Vatikan ketika dia sampai di Stadion Olahraga Zayed.

Dilaporkan AFP Selasa (5/2/2019), altar dengan salib besar didirikan untuk menggelar misa secara terbuka yang belum pernah terjadi di UEA.

Paus Fransiskus yang menjangkau komunitas Muslim sebagai landasan kepausannya, mengakhiri kunjungan selama tiga hari dengan menghelat misa.

"Betapa membahagiakannya bagi saudara sekalian bisa bersatu di langit ini," kata pemandu acara dalam bahasa Arab saat Paus tiba pukul 10.00 waktu setempat.

Paus Fransiskus memberkati seorang anak ketika dia tiba di Stadion Olahraga Zayed, Uni Emirat Arab, untuk memimpin jalannya misa terbuka pada Selasa (5/2/2019).
Paus Fransiskus memberkati seorang anak ketika dia tiba di Stadion Olahraga Zayed, Uni Emirat Arab, untuk memimpin jalannya misa terbuka pada Selasa (5/2/2019). (AFP/KARIM SAHIB via Kompas.com)

Selama di Abu Dhabi, pernyataan publik Paus Fransiskus menjurus kepada adanya upaya perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Dalam homilinya, paus berusia 82 tahun itu mengarahkan fokus kepada ribuan pekerja migran yang menghuni negara teluk tersebut.

Paus Fransiskus berkata, pasti merupakan momen yang berat bagi mereka untuk bekerja dengan keluarga mereka berada di seberang lautan.

"Kalian kehilangan kasih sayang dari keluarga, dan menghadapi tantangan masa depan yang tak berubah. Namun Tuhan itu Pemurah dan tak akan meninggalkan umat-Nya.

Kunjungan Paus Fransiskus disambut hangat umat Katolik dari India dan Filipina. Ada sekitar satu juta umat Katolik di UEA.

Sebagai putra migran Italia yang lahir dan besar di Argentina, Paus Fransiskus sangat menaruh perhatian pada isu migran dan pengungsi.

Di dalam stadion, 50.000 umat Katolik yang membawa tiket melambai, dengan salah satu kelompok kecil membentangkan spanduk "Kami Umat Katolik Yaman Mengasihimu".

Sementara 120.000 orang sisanya memilih mengikuti misa dari luar stadion dengan panitia menyediakan layar besar.

Paroki di seluruh UEA menyatakan, mereka sudah membagikan sekitar 135.000 tiket bagi umat. Sementara 4.000 diberikan bagi Muslim yang ingin datang.

UEA mengundang Paus Fransiskus sebagai bagian dari "Tahun Toleransi" 2019 dengan Menteri Toleransi Sheikh Nahyan bin Mubarak menyambut umat.

Pada Senin (4/2/2019), Paus dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio menyerukan berhentinya konflik di Timur Tengah saat pertemuan lintas agama.

Di hadapan rabi dan sheikh ternama, dia menuturkan setiap pemimpin keagamaan mempunyai tugas menolak setiap kalimat yang bisa menjurus kepada perang.

Meski tidak mendiskusikan politik dia meminta adanya "pengakuan utuh" bagi seluruh kelompok masyarakat yang ada di Timur Tengah.

"Saya melihat masyarakat dari berbeda keyakinan mempunyai hak kewarganegaraan yang sama, dengan kekerasan harus dihapuskan," tegasnya. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved