Berita NTT Terkini

Rikardus Ubah Limbah Tenunan Khas NTT Jadi Suvenir Bernilai Ekonomis

ikardus Outniel Yunatan (53), warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT), begitu bersemangat saat menceritakan usaha yang digelutinya.

Editor: Ferry Ndoen
KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE
Rikardus Outniel Yunatan (53), saat berada di tempat usahanya di Centra UKM C & A, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (3/1/2019) 

Harus bisa tabah, lihat evaluasi terus di mana kelemahan, dari situlah membuat kita bisa berkembang," ucapnya.

Baca juga: Heboh Pernikahan Crazy Rich Surabayan, Ini Kata Keluarga soal Suvenir Emas dan Doorprize Jaguar

Di tempat usahanya yang baru ini, Rikardus bukan hanya menjual suvenir, tapi juga barang lainnya yang bernuansa NTT, seperti kain, pakaian, sasando dan makanan hingga ukiran. Rikardus bahkan menggandeng sejumlah pengusaha kuliner.

Untuk usaha suvenir ini, Rikardus telah mempekerjakan puluhan orang orang sebagai karyawannya.

Bukan hanya itu saja, Rikardus juga bekerja sama dengan ratusan perajin suvenir, bahkan dengan penghuni lembaga pemasyarakatan di Kupang, yang selalu memasok suvenir ke tempat usahanya.

"C & A ini konsepnya membuka diri kepada semua perajin yang produknya bernuansa NTT baik itu suvenir, tekstil, pakaian, tenunan, cenderamata maupun makanan," ucap Rikardus.

Rikardus menjamin, semua produk yang bernuansa NTT, termasuk makanan tersedia dan dijamin berkualitas tinggi dan halal.

Tempat usahanya itu dibuka mulai pukul 7.00 Wita hingga pukul 23.00 Wita. Rikardus bahkan berencana, akan membuka dalam waktu 24 jam.

"C & A tidak pernah berhenti untuk terus melakukan sejumlah inovasi dan kreatif, serta melihat peluang di mana itu bisa kita gunakan dan menghasilkan nilai ekonomis," katanya.

Menurut Rikardus, banyak pengunjung lebih tertarik membeli tenunan dan suvenir. Sedangkan makanan, pengunjung selalu mencari dendeng, sei sapi, dan emping jagung.

"Tapi cemilan yang berciri khas NTT itu semuanya disukai oleh warga luar NTT yang berkunjung ke sini," ujar dia.

Khusus untuk suvenir kalung khas NTT, lanjut Rikardus, dia menyiasati dari sisa limbah kain tenunan, kemudian dicampur dengan pernak pernik sehingga menjadi indah. Semuanya itu dikerjakan oleh dia dan karyawannya sendiri.

"Barang yang dilihat tidak berguna, kemudian kita rancang dengan baik dan menghasilkan uang," ucapnya.

Rikardus yang pernah menjadi dosen di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang itu pun mengaku, sebagai pengusaha kecil dia tidak pernah berpikir untuk mendapat bantuan dari pemerintah, tapi sebaliknya apa yang akan dibuatnya untuk membantu pemerintah Kota Kupang.

Dari hasil usahanya itu, Rikardus telah mampu membeli sejumlah rumah, mobil dan menyekolahkan tiga orang anaknya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved