Renungan Harian
Renungan Kristen Pendeta Dr Eben Nuban Timo, 28 Januari 2019: Berfirman Tuhan Kepada Abraham
"Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu"
Kedua, Ilah-ilah lokal tadi adalah dewa-dewi yang suka disuap dan menerima suap.
Tanpa sesajen dari manusia mereka menjadi lemah, kekurangan gizi, terserang busung lapar dan akhirnya mati.
Ketiga, ilah-ilah yang berhala itu hanya ada dalam ritus dan mitos.
Dinamika kehidupan politik, sosial, ekonom, kebudayaan sangat asing bagi ilah-ilah tadi. Ilah-ilah ini tidak memiliki daya untuk membaharui masyarakat.
Mereka justru melanggengkan struktur dan sistem yang sudah ada, betapa pun bersifat feodalistis, eksploitatif dan diskriminatif.
Dalam suasana kekecewaan yang mendalam terhadap ilah-ilah teritorial, konsumtif dan gemar pada suap Abram mendengar suara yang lain, suara Allah yang kehadirannya lintas teritorial, Allah yang bertindak dalam sejarah dan yang memberi makan kepada segenap ciptaan (Maz. 104).
Kerinduan mengenal lebih jauh Allah yang satu ini yang membuat Abram berkemas. Ia membongkar tendanya.
Ketika sang istri, Sarai bertanya jawaban yang diberikan Abram singkat saja.
"Kita pergi." Di kemudian hari, setelah keluar dari kenyamanan hidupnya Abram mengenal nama dari pemilik suara yang memikat hatinya itu. Nama itu adalah Elohim.
Secara tata bahasa Elohim adalah bentuk jamak dari El, nama ilah-ilah bangsa Timur Tenggah kuno.
Tetapi Elohim yang dikenal Abram bukanlah gabungan dari el-el.
Akhiran im yang ditambahkan kepada kata El untuk Allah yang memanggil Abram hendak menunjuk kepada kepenuhan keseluruhan karakter ilahi di dalam diri sang Elohim.
Abram merindukan Allah yang di dalamnya berdiam keseluruhan karakter ilahi dan karena itu Allah bisa diandalkan sebagai sumber dari mana mengalir berkat-berkat kehidupan, bukan sebaliknya ilah-ilah yang kosong sehingga manusia bertugas mengisi kehidupan ilah-ilah itu dengan berbagai pemberian.
Kerinduan Abram terpuaskan. Elohim yang memanggil dia nyatanya bukan ilah teritorial, tetapi pencipta langit dan bumi.
Betapa Abram terkejut karena ketika dia tiba di Kanaan, Elohim sudah lebih dulu hadir di situ.
Abraham melanjutkan perjalanan ke Mesir, Elohim mengawasi tingkah lakunya di sana.
Tidak ada yang lebih menenangkan hari seorang musafir dari kenyataan bahwa ke mana saja di pergi, di mana saja dia berada Allah yang di dalamnya berdiam segala kepenuhan ilahi mengawasi dan menyertainya.
Inilah yang membedakan Allah yang memanggil Abram dengan ilah-ilah sembahan Abram di masa mudanya. (*)