Renungan Harian

Renungan Kristen Pendeta Dr Eben Nuban Timo, 28 Januari 2019: Berfirman Tuhan Kepada Abraham

"Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu"

Editor: Ferry Jahang
zoom-inlihat foto Renungan Kristen Pendeta Dr Eben Nuban Timo, 28 Januari 2019: Berfirman Tuhan Kepada Abraham
DOK POS-KUPANG.COM
Eben Nuban Timo

"Berfirmanlah Tuhan kepada Abram.." (Kej. 12:1)

Oleh : Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Abram berasal dari Ur-khasdim.

Letak negeri itu adalah di Irak saat ini.

Masyarakat di mana Abram tinggal hidup dalam penyembahan terhadap patung-patung buatan tangan manusia, yang menurut Habakuk 2:18 dipahat oleh pembuatnya.

Patung tuangan seperti itu bukan Allah pengajar kebenaran tetapi ilah pengajar dusta itu karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya. Di lingkungan inilah Abram hidup.

Lalu datanglah moment Abram memutuskan mengakhiri kesia-siaan tadi.

Abram pergi karena sebuah suara, yang dia yakini sebagai suara Allah yang hidup.

Abram mengalami kekecewaan mendalam terhadap konsep Allah dari masyarakat Ur-khasdim, Allah orang Babel dan Asyur, Allah bangsa Mesir.

Konsep Allah mereka tidak menjawab tiga pertanyaan eksistensial Abram.

Pertama, Allah bangsa-bangsa tadi tidak lebih dari ilah-ilah mati.

Mereka hanyalah ilah-ilah lokal.

Wilayah kedaulatannya terbatas hanya pada satu teritori.

Ruang lingkup kuasa mereka pun bersifat segmentaris, hanya berdaulat untuk satu urusan.

Abram merindukan seorang Allah yang berdaulat atas alam dan sejarah, bersifat omni presence, melampaui batas-batas geografi, lintas budaya dan geo-politik.

Kedua, Ilah-ilah lokal tadi adalah dewa-dewi yang suka disuap dan menerima suap.

Tanpa sesajen dari manusia mereka menjadi lemah, kekurangan gizi, terserang busung lapar dan akhirnya mati.

Ketiga, ilah-ilah yang berhala itu hanya ada dalam ritus dan mitos.

Dinamika kehidupan politik, sosial, ekonom, kebudayaan sangat asing bagi ilah-ilah tadi. Ilah-ilah ini tidak memiliki daya untuk membaharui masyarakat.

Mereka justru melanggengkan struktur dan sistem yang sudah ada, betapa pun bersifat feodalistis, eksploitatif dan diskriminatif.

Dalam suasana kekecewaan yang mendalam terhadap ilah-ilah teritorial, konsumtif dan gemar pada suap Abram mendengar suara yang lain, suara Allah yang kehadirannya lintas teritorial, Allah yang bertindak dalam sejarah dan yang memberi makan kepada segenap ciptaan (Maz. 104).

Kerinduan mengenal lebih jauh Allah yang satu ini yang membuat Abram berkemas. Ia membongkar tendanya.

Ketika sang istri, Sarai bertanya jawaban yang diberikan Abram singkat saja.

"Kita pergi." Di kemudian hari, setelah keluar dari kenyamanan hidupnya Abram mengenal nama dari pemilik suara yang memikat hatinya itu. Nama itu adalah Elohim.

Secara tata bahasa Elohim adalah bentuk jamak dari El, nama ilah-ilah bangsa Timur Tenggah kuno.

Tetapi Elohim yang dikenal Abram bukanlah gabungan dari el-el.

Akhiran im yang ditambahkan kepada kata El untuk Allah yang memanggil Abram hendak menunjuk kepada kepenuhan keseluruhan karakter ilahi di dalam diri sang Elohim.

Abram merindukan Allah yang di dalamnya berdiam keseluruhan karakter ilahi dan karena itu Allah bisa diandalkan sebagai sumber dari mana mengalir berkat-berkat kehidupan, bukan sebaliknya ilah-ilah yang kosong sehingga manusia bertugas mengisi kehidupan ilah-ilah itu dengan berbagai pemberian.

Kerinduan Abram terpuaskan. Elohim yang memanggil dia nyatanya bukan ilah teritorial, tetapi pencipta langit dan bumi.

Betapa Abram terkejut karena ketika dia tiba di Kanaan, Elohim sudah lebih dulu hadir di situ.

Abraham melanjutkan perjalanan ke Mesir, Elohim mengawasi tingkah lakunya di sana.

Tidak ada yang lebih menenangkan hari seorang musafir dari kenyataan bahwa ke mana saja di pergi, di mana saja dia berada Allah yang di dalamnya berdiam segala kepenuhan ilahi mengawasi dan menyertainya.

Inilah yang membedakan Allah yang memanggil Abram dengan ilah-ilah sembahan Abram di masa mudanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved