Kepala BBPP Kupang Ingin Seluruh Drainase Kantor Jadi Kolam Ikan Lele
pihaknya menginginkan seluruh drainase di kantor tersebut dijadikan kolam ikan Lele.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Kepala BBPP Kupang Ingin Seluruh Drainase Kantor Jadi Kolam Ikan Lele
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang, Dr. Ir. H. Adang Warya, MM mengatakan, pihaknya menginginkan seluruh drainase di kantor tersebut dijadikan kolam ikan Lele.
Hal tersebut disampaikannya saat ditemui POS-KUPANG.COM di ruang kerjanya di Jln Timor Raya Km 17 Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Rabu, (23/1/2019).
Adang yang telah memimpin di BBPP Kupang kurang lebih dua tahun tersebut mengungkapkan, hal tersebut merupakan salah satu bentuk inovasi dan memaksimalkan segala potensi yang ada di kantor tersebut.
Tidak hanya sekedar membudidayakan ikan Lele, lanjut Adang, ikan Lele tersebut juga memberikan tambahan penghasilan untuk lembaga karena dijual kepada masyarakat umum.
"Kami sudah panen tiga kali dengan harga satu kilogram ikan Lele sebesar Rp 30 ribu," ujarnya.
Ia mengaku, pihaknya baru memanfaatkan drainase yang ada di bagian depan kantor dengan membudidayakan lebih dari 2000 ikan Lele.
• Dua Hari Terakhir, Kabupaten Lembata Alami Krisis BBM
• Peringati Hari Gizi Nasional dengan Bazaar, Pameran Olahan Pangan Lokal dan Konseling Gizi
Dijelaskannya, sekitar 500 meter drainase yang mengelilingi kantor BBPP Kupang sesuai rencana akan dimanfaatkan untuk membudidayakan ribuan ikan Lele.
Sementara itu, pantauan POS-KUPANG.COM pada drainase yang disulap menjadi kolam ikan Lele tersebut tampak sangat rapi.
Pada bagian atas drainase ditutupi besi dan jaring.
Terlihat beberapa petugas tengah membersihkan kolam dan akan memberikan pakan bagi ikan Lele yang berada pada sisi kiri pintu masuk kantor BBPP kupang.
Selain pembuatan kolam ikan Lele, pada bagian tengah area kantor BBPP tengah dibangun aula serba guna BBPP Kupang.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang, Dr. Ir. H. Adang Warya, MM memaparkan tiga kebijakan yang dilakukan dalam pelatihan peternakan.
• Bupati Timor Tengah Utara Raymundus Fernandes Imbau Pelaku Pasar Perhatikan Kebersihan
• Ramalan Zodiak Hari Ini, Sabtu 26 Januari 2019, Leo Sedikit Konflik dalam Bisnis
Kebijakan itu diambil dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BBPP Kupang dalam menyelenggarakan pelatihan peternakan sehingga meningkatkan kompetensi para petugas dan para peternak.
Kebijakan pertama yang diambil pihaknya yakni kebijakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
"Bagaimana kita melakukan upaya-upaya agar kompetensi para petugas yang ada di Balai Besar Pelatihan Peternakan ini bisa meningkat sesuai dengan perkembangan jaman," katanya.
Kebijakan kedua, lanjut Adang, melakukan pengembangan peningkatan sumber daya, sarana dan prasarana.
• Valentine Day Makin Dekat, Inilah 10 Drama Korea yang Cocok Kalian Tonton Pas Hari Kasih Sayang!
• Jadwal Liga Italia Pekan 21 di BeIn Sports, AC Milan vs Napoli dan Juventus vs Lazio
"Kami kembangkan di sini sarana untuk pembelajaran, sarana bekerja termasuk juga sarana untuk prakteknya. kita membuat kandang ternak, aula untuk pertemuan yang representative, memperbaiki rumah kelas dan tahun ini kita akan membuat Rumah Pemotongan Hewan (RPH). RPH akan dijadikan outlet rumah potong hewan dan unit pengolahan hasil," ungkapnya.
Lebih lanjut, kebijakan ketiga yakni akan mengembangkan metodologi pelatihan bagi para peternak dan petugas peternakan.
Kebijakan ini diambil agar materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh para peternak.
"Karena sekarang memang tugas kita adalah bagaimana kita menyampaikan materi-materi ini dengan benar sehingga materi tersebut mudah di dengar dan diterima oleh peserta pelatihan," paparnya.
Tiga kebijakan ini akan ditindaklanjuti masing-masing oleh eselon tiga dan dilaksanakan oleh eselon empat.
Selain itu, ia juga menjelaskan, tantangan yang dihadapinya sesuai dengan karakteristik wilayah dibawah BBPP Kupang.
BBPP Kupang selama ini mempunyai wilayah kerja 11 provinsi dan 143 kota.
Provinsi di wilayah kerja BBPP Kupang yakni Provinsi Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara.
"Tentu saja setiap wilayah mempunyai kondisi yang berbeda, termasuk juga ada dia wilayah NTT ini yang mempunyai iklim dan daerah yang spesifik," imbuhnya.
Untuk NTT, pihaknya melihat, curah hujan yang sedikit dimana hanya berkisar tiga bulan dan berpengaruh dalam dunia pertanian.
Dijelaskannya, saat musim hujan seperti saat ini merupakan waktu yang tepat bagi para petani untuk menabung dengan memelihara tanaman sebaik mungkin di panen dan hasil panen ini dapat disimpan untuk musim kemarau nanti.
"Keadaan kita saat musim kemarau pakan sangat sulit dan saat itulah dibutuhkan manajemen pakan yang baik untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak," katanya.
Ia menambahkan, permasalahan yang terjadi saat musim hujan yakni para peternak melepas ternaknya secara bebas dan para petani harus menjaga ekstra tanamannya.
Selain itu, permasalahan lainnya adalah upaya pengembangan peternakan di NTT diperlukan Inseminasi buatan (IB) sehingga pertumbuhan ternak dapat bertambah.
"Jadi jangan dibiarkan ternak ini kawin secara alami karna jika ternak kawin secara alami ternyata berdampak negatif terhadap ternak. Karena kawin sedarah dan hasilnya tidak lebih baik dari induknya sehingga sapi-sapi kita bentuknya semakin kecil," ujarnya.
Dirinya berharap, semakin banyak IB yang dilakukan sehingga pertumbuhan ternak di NTT semakin berkualitas dan bertambah.
"Jadi yang kita khawatirkan populasi sapi kita banyak tetapi sapinya kecil-kecilan," ungkapnya.
Pihaknya juga tengah melatih masyarakat itu bagaimana memelihara indukan sapi dan pedet (anak sapi) karena ditemukan banyak kematian sapi dan anak sapi di NTT.
"Kita latih di sini para masyarakat dan penyuluh bagaimana memelihara indukan dan pedet anda agar pertumbuhannya ini menjadi lebih baik," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan formulasi pakan dan latihan asistensi reproduksi karena banyak gangguan reproduksi pada sapi di NTT
"Ditambah pengolahan hasil ternak seperti olahan daging menjadi abon dan sei," katanya.(Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Gecio Viana