Ikatan Alumni SMAN 1 Kupang Gelar Lomba Literasi Karya Ilmiah “NTT Menulis”
Ikatan Alumni SMAN 1 Kupang (IASMANSAKOE) menggelar Lomba Literasi Karya Ilmiah bertema “NTT Menulis”.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Agustinus Sape
“Secara teknis, sosialisasi lomba ini dilaksanakan mulai 22-27 Januari 2019. Penyerahan naskah lomba mulai tanggal 27 Januari hingga 5 Februari 2019, lalu pengumuman pemenang pada 16 Februari 2019 dan penyerahan hadiah pada 23 Februari 2019,” ujar Adrianus.
Ia menjelaskan, naskah karya dibatasi pada 4.000 karakter hingga 5.000 karakter dengan outline penulisan meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, landasan teori, serta pembahasan, kesimpulan dan saran.
Mekanisme lomba, lebih lanjut akan disampaikan di media cetak, elektronik maupun media sosial oleh panitia dan untuk setiap peserta wajib menyerahkan satu naskah orisinil berupa naskah hard copy dan soft copy yang disimpan di media CD.
Direktur Institut Kebijakan Publik dan Pembangunan itu menjelaskan, dalam lomba ini dituntut orisinalitas ide yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah sehingga dalam penilaian oleh juri, tingkat orisinalitas karya dari peserta pun menjadi perhatian.
“Kita juga fokus untuk memperkecil plagiarisme dalam tulisan itu untuk menjamin hasil pikiran dan gagasan asli dari penulis sehingga standar penilaian juri akan memakai penilaian relevansi 10%, orisinalitas 40%, argumentasi 40% dan kebahasaan 10%,” tambahnya.
Dalam lomba ini, panitia mengupayakan penjurian secara teknis, independen dan profesional untuk menghindari kecurangan baik oleh peserta maupun penyelenggara. Tim juri yang akan menilai hasil karya peserta terdiri dari Ir Adi Dami Msi yang merupakan koordinator lomba, Prof dr Frans Bustan (Undana), Dr Wiwi Costa (Litbang Pertanian Provinsi NTT), serta Iptu Bobby Jacob Mooynafi SH, M.Hum (Kasat Reskrim Polres Kupang Kota).
Akademisi Universitas Nusa Cendana, Prof dr Frans Bustan yang membagi pengalaman dalam menulis mengatakan kualitas hidup manusia empiris ditakar dari kepemilikan dan penggunaan bahasa sehari hari termasuk dalam menghasilkan tulisan.
Oleh karena itu, ia menggugah masyarakat NTT untuk mengimplementasikan kecakapan menulisnya dalam lomba ini. Baginya, fakta telah berbicara bahwa NTT memiliki segudang potensi literasi, hanya saja belum ada peluang dan ruang untuk mengimplementasikan secara maksimal.
Dengan mengimplementasikan kecakapan dalam menulis, seorang penulis dapat menghidupkan ide dan pikirannya di mana-mana.
“Dari NTT menangis menuju NTT menulis, saya ingin mengajak generasi muda NTT untuk melepas air mata yang mengisyaratkan keterbelakangan dengan mulai menulis. Karena hidup tanpa bahasa ibarat hidup tanpa makna,”katanya.
Menurutnya bahasa adalah pakaian yang memberikan makna dalam kehidupan manusia. Bahasa membuat hidup lebih hidup, karena bahasa tanpa makna adalah tunamakna.
Selain anggota alumni, hadir pula para pejabat yang mewakili Kadis Pendidikan NTT, Kadis Perindag NTT, Kadis Pariwisata NTT, serta Kepala Pusat Bahasa NTT. (*)