Opini Pos Kupang

Kota Terkotor, Media Massa dan Pembangunan, Catatan RD Maxi Un Bria

Masyarakat tentu juga berharap bahwa pendekatan dan penataan kebersihan berbasis keluarga, lingkungan

Editor: Dion DB Putra
ilustrasi

Oleh RD Maxi Un Bria
Moderator Pemuda Katolik  Komda NTT

"Magnaest vis consuetudinis; pengaruh sebuah kebiasaan itu kuat" (Cicero)

POS-KUPANG.COM - Berkat publikasi media massa, masyarakat NTT umumnya dan Kota Kupang khususnya tahu bahwa Kota Kupang termasuk kota sedang terkotor di Indonesia.

Berita pada media cetak juga melahirkan sikap respon dari pemerintah Kota Kupang yang hanya dalam 24 jam diikuti pemberitaan lanjutan bahwa Pemerintah Kota Kupang pada tahun 2019 mengalokasikan anggaran yang besar untuk kegiatan mengurus Kota Kupang menjadi Kota yang bersih, indah dan nyaman.

Tampil di Rising Star Indonesia RCTI, R&D: Kita Ingin Tunjukkan Potensi NTT

Ramalan Kesehatan Zodiak Sabtu, 19 Januari 2019, Scorpio Butuh Istirahat, Zodiak Lain?

Kenakan Celana Model Seksi Saat Manggung, Fans Jimin BTS Protes: Khawatir Bagian Tertentu Nampak!

Masyarakat tentu juga berharap bahwa pendekatan dan penataan kebersihan berbasis keluarga, lingkungan dan komunitas diikuti pula dengan sanksi-sanksi penalti tertentu agar masyarakat menjadi insaf tentang pentingnya peduli kebersihan.

Pendekatan berbasis komunitas juga dapat menjadi salah satu model pendekatan dalam membangun Kota Kupang menjadi Kotabersih, indah dan nyaman.

Sampai di sini penulis secara pribadi memberi apresiasi kepada media massa Pos Kupang dan media-media lain baik cetak maupun elektronik yang terus mengawal pembangunan di NTT.

Jakob Oetama dalam KompasWay (2016), menulis bahwa Jurnalisme Pembangunan, selalu memberikan kontribusi yang nyata bagi pemberitaan-pemberitaan kemajuan pembangunan dan pada saat yang sama Jurnalisme pembangunan juga memberikan masukan-masukan dan catatan kritis yang menggugah dan menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif dalamgerak pembangunan.

Menurut Jakob Oetama, "Hubungan segitiga antara Pers, pemerintah dan masyarakat dapat dibeda-bedakan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan". Ada relasi yang erat yang saling mempengaruhi satu yang lain dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Hubungan Pers dengan masyarakat dan pemeritah selalu dikaitkan dengan pembangunan yang strategis-posetif. Pers mengungapkan berita tentang pergerakan dan kemajuan pembangunan kepada publik dengan tujuan utama memperbaiki, membangkitkan kemampuan, menghidupkan harapan dan merealisasikannya (Jakob Oetama, 2016. P.38).

Berita media cetak tentang Kota Kupang yang kotor terarah pada perbaikan penataan kota, pengelolaan sampah dan membangkitkan harapan bahwa masyarakat Kota Kupang dan pemerintah pada masa ini dan masa depan dapat menampilkan Kota Kupang sebagai Kota bersih dan indah yang menarik untuk dipandang dan dikunjungi.

Dalam Jurnalisme Pembagunan, Pers memberikan kontribusi pemberitaan dengan motif perbaikan kearah yang lebih baik seraya menjaga kedaulatan dan independensi Pers sebagai salah satu aktor penting yang ikut mengawal jalannya pembangunan.

Pers menghadirkan diri sebagai mitra Pemerintah dan Masyarakat dalam mendorong gerak perubahan, pencerahan masyarakat, membangun perspektif termasuk mengispirasi masyarakat untuk mencintai yang benar dan baik dalam hidup bermasyarakat dan berbagsa.

Pertanyaan kita hari ini adalah akankah Julukan Kupang sebagai Kota Kotor tahun ini dapat membagunkan hati kita agar ikut berpikir dan berbuat sesuatu bagi kota Kupang? Apakah kita semua peduli untuk ikut memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempat yang tepat? Bukankah kebersihan itu indah dan penting untuk kesehatan? Bukankah kita semua menyukai kebersihan?

"Bersih Pangkal sehat" Demikian bunyi pepatah tua. Bersih itu mendukung kesehatan, hadirkan kedamaian, kenyamanan hidup bersama. Semua manusia suka akan kebersihan. Persoalannya adalah apakah setiap manusia memiliki niat baik untuk menciptakan kebersihan dan keindahan lingkungan? Pos Kupang Rabu 16 Januari 2019, memurunkan berita utama yang berkaitan dengan Kota Terkotor di Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menobatkan Kota Kupang sebagai kota sedang terkotor di Indonesia. Selain Kupang, Waikabubak -Sumba Barat, Ruteng (Manggarai) dan Bajawa (Ngada) juga disebut sebagai Kota kecil terkotor di Indonesia. Penganugerahan ini menjadi moment untuk introspeksi diri dan refleksi di tahun 2019, agar ada gerakan perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik.

Dengan terpublikasinya kota-kota kecil terkotor di NTT ini, memicu dan memacu pemerintah setempat untuk berbenah sebagai langkah maju dalam mendukung Program Gubernur Provinsi NTT yang mendorong sektor pariwisata sebagai kekuatan dalam meningkatkan kesejahteraaan masyarakat NTT.

Mengingat Kota Kupang adalah Barometer Provinsi NTT maka persoalan kotornya kota ini, mesti mendapat perhatian dan perlakuan yang khusus dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat, agar Kota Kupang kembali menegaskan diri sebagai Kota Kasih yang bersih dan nyaman. Kita berharap masyarakat memiliki kepedulian dan kesadaran untuk membuang sampah pada tempat yang benar dan tidak hanya membiarkan persoalan ini ditangani oleh pemerintah Kota semata.

Keluarga-keluarga yang hidup di kota dengan kebiasaan berbelanja yang tinggi dapat juga menjadi penyubang sampah yang besar bila tidak diurus dengan baik. Karena itu kesadaran tentang membuang dan mengurus sampah secara benar dan sehat kiranya dimulai dari keluarga masing-masing. Keluarga dapat membungkus sampah rumah tangga secara rapih dan menempatkannya pada tempat yang telah ditentukan agar dengan mudah dapat diambil petugas kebersihan.

Bersih itu KebutuhanManusiawi

Bila kita mengikuti pemberitaan pada media juga menurut Mercer Health and Sanitation Index, World Health Organization (WHO) dan the Blacksmith Institute (2018) terdapat 10 kota terkotor di dunia berkaitan dengan faktor sanitasi buruk, kualitas udara dan polusi industri. Kota paling kotor adalah Meksiko dan diikuti dengan Kota Ludhiana-India. Kita bersyukur dari 10 kota terkotor di dunia, tidak termasuk satu kota pun dari Indonesia. Namun di kawasan ASIA Indonesia masuk dalam urutan ke 5.

Julukan itu menggugah hati kita untuk terus berupaya menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman bagi hidup kita sebagai pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dalam debat calon Presiden yang Pertama (17 Januari 2019) memang belum ada program dan bahasan yang mendalam tentang lingkungan hidup utamanya tentang persoalan sampah.

Namun seiring perjalanan waktu manusia patut merefleksikan hidupnya di planet bumi ini, agar memperoleh budi yang arif dalam menata dan mengelola sampah secara baik dan benar.

Hari ini berbagai elemen masyarakt dunia berpikir dan berdiskusi tentang sampah karena persoalan sampah menjadi momok bagi keberlanjutan program pemeliharaan lingkungan hidup dan bumi demi kepentingan dan hidup manusia generasi mendatang. Semoga kita semua ikut peduli memperhatikan kebersihan lingkungan mulai dari keluarga dan komunitas kita masing-masing. Marilah kita mulai membiasakan diri peduli kebersihan dan mengurus sampah dengan arif.*

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved