Opini Pos Kupang
Belajar dari Para Gembala
Bukankah justru para gembala yang harus belajar? Ini mungkin saja benar kalau konteksnya adalah kurikulum pendidikan
Sebuah kesaksian iman yang dilakonkan secara total, dalam roh penyerahan diri yang utuh dan ketaatan yang penuh pada berita ilahi selalu menimbulkan pesona pada pihak si penerima kesaksian. Inilah juga Lukas tulis tentang nilai yang para gembala peroleh karena kesaksian mereka. Nilai itu ditulis dalam ayat 18: "Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka." Ibu dan bapak, saudara dan saudari, apakah kira-kira menurutmu, hal mengherankan yang banyak orang alami dengan kehadiran gembala-gembala itu?
Saya pernah tanyakan ini di kelas kuliah. Ada mahasiswa menjawab: "Gembala-gembala memberi kesaksian tentang kasih Allah." Ada juga yang berkata: "Gembala-gembala bercerita tentang malaikat, atau tentang indahnya nyanyian bala tentara sorga di Efrata." Saya bilang: "Itu bukan kesaksian unik dari para gembala karena Zakaria juga ngomong tentang malaikat, Maria dan Yohanes pembaptis juga ngomong tentang kasih Allah. Kalau orang banyak heran, mestinya kesaksian para gembala benar-benar baru, tidak mengulang apa yang dibilang Zakaria, Yohanes Pembaptis, dll. Nah, yang benar-benar baru dari para gembala itu kira-kira apa? Ayo, siapa lagi yang mau ngomong?"
Baik. Lukas katakan tempat penampakan malaikat kepada para gembala adalah di Efrata. Itu di padang, luar kota, kawasan pinggiran, daerah yang tidak bergengsi dan karena itu tak dianggap. Para gembala datang dari daerah pinggiran, ke Betlehem.
Mereka masuk ke kota membawa cerita perjumpaan dengan Allah, menyampaikan kesaksian tentang kelahiran Juruselamat. Ini namanya mission from the margin. Akh, ini fenomena yang benar-benar baru, membuat terkejut dan heran. Orang biasa berkata-kata tentang Misi, Pekabaran Injil atau kesaksian Kristen sebagai yang bergerak dari kota ke desa, dari orang percaya kepada mereka yang kafir, dari komunitas yang kuat dan kaya kepada yang lemah dan miskin, dari pusat kepinggiran. Pusat paling tahu segala hal, orang kaya adalah penyelamat si miskin.
Pemahaman misi seperti ini memang sah tetapi seringkali pesan yang disebarluaskan dan berita yang diwartakan bukan pembebasan manusia oleh Injil tetapi pelanggengan kekuasaan, pelestarian struktur dan tradisi kehidupan kota, serta iklim kebergantungan kepada kaum kaya.
Misi dengan rute kota ke desa, yang kuat kepada lemah seringkali justru berpotensi kehilangan energi perubahan dan pembaharuan dari Injil, karena yang lebih banyak ditampilkan adalah kuasa, tahta dan jubah kebesaran.
Para gembala datang dari daerah pinggiran ke Betlehem, tempat Yesus lahir. Kesaksian mereka membuat orang banyak heran karena mereka bicara dari perspektif orang-orang yang terabaikan, terpinggirkan. Mission from the margin, lebih berpotensi menampilkan Injil sebagai berita pembebasan, sebab orang-orang yang mengalami marginalisasilah yang paling tahu dan bahkan bisa menunjukkan dengan jelas kekurangan bahkan dosa-dosa di sekitar istana, tahta dan kekuasaan yang sifatnya memiskinkan dan membawa penderitaan orang kecil.
Inilah juga strategi misi yang Yesus lakoni, yang membuat banyak orang takjub karena pengajarannya dan menemukan kuasa dalam pemberitaanNya (Mat.7:28). Misi yang Yesus hadirkan mulai dari Galilea, dari pinggiran, bukan dari Yerusalem yang adalah pusat. Yesus sendiri yang adalah pusat dunia (Mat. 28:18-20), memilih menjadi orang pinggiran dan selalu hidup bersama kaum yang diremehkan. Yesus mau tunjukkan bahwa bagi iman kepada Allah, ibadah yang sejati terjadi saat orang-orang pinggiran diberi ruang untuk berceritatentang kekurangan, bahkan kebobrokan dari sistem sosial yang dibangun pihak-pihak yang berkuasa.
Mission from the margin menyingkapkan keselamatan yang menjadi impian banyak orang kecil, kaum hina dina terjadi karena adanya ketidak persesuaian antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh pemimpin dan penguasa.
Dalam pertemuan-pertemuan si nyonya suka bicara tentang keberpihakan kepada petani, pelayanan sepenuh hati kepada orang kecil, tetapi lihat saja. Bagus dalam pidato, mentereng dalam konsep, tetapi justru merampas keuntungan si penjual telur ketika hendak berbelanja.
Dalam pidato bicara tentang anak, kandang, palungan dan kain lampin, tapi yang dikerjakan adalah berebut jabatan, tinggal di istana, duduk di tahta dan mengenakan jubah kebesaran.
Kesaksian para gembala yang membuat orang banyak heran adalah karena mereka mengingatkan orang-orang yang mendengar kesaksian kelahiran Yesus untuk konsisten, menjaga persesuaian antara apa yang dikatakan saat berdiri di hadapan Allah dan apa yang dilakukan saat bertemu sesama, terutama mereka yang kecil dan terpinggirkan. *