Tips dan Trik

6 Senjata Rahasia Anda untuk Mempertahankan Karyawan Secara Efektif, Evaluasi Kinerja yang Adil

Kesetaraan dan keragaman di tempat kerja dapat mempengaruhi hubungan antara karyawan dan atasan, baik hanya satu maupun ada seratus karyawan.

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Kompas.com
Ilustrasi karyawan 

POS-KUPANG.COM - Kesetaraan dan keragaman di tempat kerja dapat mempengaruhi hubungan antara karyawan dan atasan, baik hanya satu maupun ada seratus karyawan di perusahaan.

Kesetaraan dan keragaman di tempat kerja tercapai ketika karyawan dapat menikmati reward, manfaat, peluang, dan sumber daya yang sama tanpa memandang jenis kelamin, ras, kelompok etnis, usia, agama atau perbedaan lain.

Kebijakan tempat kerja yang mendukung kesetaraan gender dan keragaman adalah faktor penting untuk mempertahankan karyawan yang berkualitas.

Tingkat turnover yang tinggi tidak hanya menyebabkan hilangnya pengetahuan dan pengalaman, biaya untuk perekrutan dan pelatihan karyawan baru juga sangat tinggi.

Lalu, bagaimana meningkatkan keragaman di tempat kerja Anda? JobStreet.com berbagi 6 hal yang dapat dilakukan perusahaan:

1. Memperluas talent pool Anda
Bisnis tidak dapat terus tumbuh jika setiap orang dalam perusahaan memiliki minat yang sama, dengan karyawan yang berpikir dan bertindak sama. Pengusaha tidak seharusnya memilih karyawan yang dibentuk dari cetakan yang sama dan mengharapkan perusahaan untuk tumbuh di masa depan.

Jika tujuan Anda adalah membangun tempat kerja yang beragam, talent pool Anda harus beragam. Perusahaan akan melihat peningkatan kreativitas karena karyawan dari latar belakang yang berbeda akan melihat masalah dengan sudut pandang yang berbeda.

2. Tinjaulah proses rekrutmen Anda
Untuk mengurangi prasangka dan bias dalam proses rekrutmen dan seleksi, perusahaan disarankan untuk memiliki tim wawancara dengan latar belakang dan gender yang beragam ketika mewawancarai kandidat. Sampai batas tertentu, elemen bias (sadar dan tidak sadar) lebih jelas dalam pewawancara ketika mengevaluasi kandidat secara individu.

Namun, ketika pewawancara menghadapi kandidat di dalam sebuah tim, mereka akan cenderung mengevaluasi kandidat secara adil dan obyektif, dengan lebih fokus pada kinerja dan pengalaman kerja kandidat.

Trafik Layanan Data Diprediksi Melonjak 20% di Akhir Tahun, Telkomsel Siapkan Bandwith 4,2 Tbps

BREAKING NEWS: Lopo di Rujab Bupati Lembata Ludes Dilahap Api, Diduga Bersumber dari Petasan

Prabowo Subianto Bakal Hadiri Perayaan Natal Partai Gerindra di Atambua-Belu Besok

Kenyataannya, bagi banyak pewawancara, biasnya begitu terasa sehingga mereka sendiri tidak menyadarinya. Perusahaan dapat menghindari hal ini dengan menyusun proses wawancara menjadi satu set kuesioner yang dirancang sebelumnya untuk menilai kandidat. Para pewawancara diharapkan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang sama kepada semua kandidat untuk menghindari, misalnya pertanyaan yang bias gender.

3. Perhatikan keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi
Perusahaan yang, sebagai contoh, mendukung kebijakan keragaman gender, menerapkan kondisi kerja yang fleksibel, memberikan dukungan dan peduli kepada karyawan beserta keluarga adalah jembatan menuju keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi. Hal ini bisa menjadi faktor penting dalam menarik talent terbaik di industrinya.

Organisasi perlu lebih fleksibel, yang memberikan karyawan (dalam hal gender) untuk memiliki kontrol lebih besar atas jadwal kerja mereka dan tidak memprioritaskan waktu di kantor dibanding kinerja.

4. Lingkungan pelatihan yang inklusif
Untuk menunjukkan praktik yang baik, perusahaan perlu menciptakan budaya dan lingkungan yang mendukung keragaman. Semua karyawan harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapat pelatihan dan pengembangan.

Perusahaan dapat menunjukkan kepedulian terhadap pengembangan karier karyawan mereka dengan menyediakan sumber daya untuk bertumbuh, menyediakan coach untuk karier dan menawarkan program pengembangan yang dapat diikuti oleh semua level staf. Selain pelatihan umum untuk semua staf, perusahaan juga dapat menawarkan kesempatan untuk melatih kembali karyawan yang berprestasi tanpa memandang jenis kelamin.

 5. Evaluasi kinerja yang adil
Pengukuran obyektif adalah pondasi untuk proses evaluasi kinerja yang efektif. Orang yang melakukan evaluasi perlu mengesampingkan emosi, hanya mengukur substansi, bukan cara kerja, atau metode ketika melakukan penilaian; mereka harus memastikan bahwa semua karyawan diukur berdasarkan perilaku kerja mereka, bukan kepribadian.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved