Berita Tsunami Anyer

Pasca Bencana Tsunami Anyer dan Lampung, Begini Kondisi Terakhir Gunung Anak Krakatau

Pasca terjadinya bencana tsunami yang melanda Anyer dan Lampung, begini kondisi terakhir aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

istimewa
Korban tsunami hingga Minggu (23/12/2018) pukul 10.00 WIB, tercatat 62 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 20 orang hilang. Data tersebut akan terus bertambah mengingat belum semua wilayah belum dapat di data. 

POS KUPANG.COM - Pasca terjadinya bencana tsunami yang melanda Anyer dan Lampung, begini kondisi terakhir aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

Aktifitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda masih meningkat pasca terjadinya bencana tsunami yang melanda Anyer dan Lampung. 

Lebih dari 300 nyawa menjadi korban dan lainnya mengalami luka-luka.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau diduga jadi pemicu tsunami tersebut. Namun sejauh ini pemerintah masih mendalami apa penyebab sebenarnya terkait bencana ini.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM mengeluarkan rilis terkait kondisi terkini Gunung Anak Krakatau.

Bandung 23 Desember 2018 bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Jl. Diponegoro No. 57 Bandung diadakan konferensi pers berkaitan dengan aktivitas erupsi G. Anak Krakatau, konferensi pers dillakukan oleh Kepala PVMBG.

 
Gunungapi Anak Krakatau terletak di Selat Sunda adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau.

Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunungapi masih di bawah permukaan laut.

Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 2013.

Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).

Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018).

Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava.

Pada tahun2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian.

Tahun 2018, kembali meletus sejak tanggal 29 Juni 2018 sampai saat ini berupa letusan strombolian.

Letusan pada tahun 2018, precursor letusan 2018 diawali dengan munculnya gempa tremor dan penigkatan jumlah gempa Hembusan dan Low Frekuensi pada tanggal 18-19 Juni 2018.

Jumlah Gempa Hembusan terus meningkat dan akhirnya pada tanggal 29 Juni 2018 Gunung Anak Krakatau meletus.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved