Berita NTT Terkini

KOMPAK dan CIS Ajak Kaum Muda Perangi Hoaks dan Ujaran Kebencian

KOMPAK dan Circle Imagine Society (CIS) Timor mengajak anak-anak muda NTT perangi hoaks dan ujaran kebencian.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Laus Markus Goti
Pemimpin Redaksi Pos Kupang, Dion DB Putra menjelaskan bagaimana mengidentifikasi berita hoaks dan ujaran kebencian di Ballroom Hotel Neo Kupang, Selasa (11/12/2018). 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Komunitas Peacemaker Kupang  (KOMPAK) dan Circle Imagine Society (CIS) Timor mengajak anak-anak muda perangi hoaks dan ujaran kebencian.

Ajakan itu dikemas dalam talkshow yang diadakan pada Selasa (11/12/2018 di Ballroom Hotel Neo Kupang.

Dalam talkshow ini hadir sejumlah tokoh penting memberikan berbagai masukan dan pandangan bagaimana anak muda tidak mudah termakan hoaks dan ujaran kebencian dan peran mereka memerangi hoaks.

Terjerat Kasus Korupsi, Kadis PU TTS Tunjuk Lorens Mega Man Sebagai Pengacara

Dalam sesi pertama talkshow tersebut, Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Provinsi NTT, Abraham Maulaka, mewakili Gubernur NTT, Viktor Laiskodat menegaskan, pemuda NTT mesti menjadi garda terdepan memerangi hoaks dan ujaran kebencian.

Pemuda NTT, kata dia, punya kewajiban menciptakan perdamaian di tengah masyarakat NTT yang plural baik agama maupun budaya dan bahasa. Untuk itu, hindari segala sikap, tutur kata dan perilaku diskriminatif yang bisa menyembulkan benih kekacauan.

Simulasi PKD di Bandara Frans Sales Lega Ruteng Gegerkan Warga, Ini Penyebabnya

Pater Dr. Gregorius Neonbasu, SVD, menjelaskan, kultur budaya, kehidupan sosial dan agama yang beragam mesti dipandang sebagai kekayaan dan potensi untuk menciptakan damai.

Menurutnya, anak muda harus punya kesadaran bahwa perbedaan sesungguhnya tidak menghalangi siapapun yang bergaul akrab atau bersosialisasi dengan siapapun. Untuk itu, ia meminta anak muda meruntuhkan segala konsep yang keliru tentang perbedaan.

"Jangan repot dengan mayoritas-minoritas, faktanya lingkungan kita memang lingkungan yang plural, bergaul akrablah dengan sesama, berbuat baik dan tidak diskriminatif. Itu yang penting," tegasnya.

Pendeta Dr. Ira Mangililo menegaskan, agama punya peran penting mendidik pemuda NTT untuk menjalankan tugas kenabian. Tugas seorang nabi, kata dia adalah mewartakan kebenaran dan berani mengatakan mana yang benar dan mana yang salah.

"Kalau ada berita atau informasi, di medsos misalnya, lakukan verifikasi dengan teliti. Kalau itu salah atau hoaks, berani katakan itu salah," tegasnya.

Zarniel Woleka, SH, menjelaskan keakraban antar pemuda mesti dirawat dengan baik. Senada dengan pater Gregorius, Zarniel menegaskan, perbedaan mesti disyukuri dan bisa menjadi jalan bagi kita untuk menjalin komunikasi, keakraban dan persatuan.

Sesi kedua, talkshow ini, secara khusus membahas bagaimana peran pemuda memerangi hoaks dan ujaran kebencian. Dion DB Putra, Pimpinan Redaksi Harian Pagi Pos Kupang mengulas bagaimana cara mengidentifikasi informasi-berita hoaks dan ujaran kebencian.

Sebagai pengantar, Dion menjelaskan, manusia zaman ini tengah diterpa arus 'new media' yang mana siapa saja, dimana dapat saling berhubungan, mudah mengakses informasi lewat media sosial.

Sayangnya, informasi yang diperoleh, tidak selalu positif, malah kebanyakan negatif. Informasi negatif (hoaks, ujaran kebencian, SARA), kata dia mudah merasuki cara pandang dan perilaku seseorang.

Ia menegaskan, pemuda NTT, harus lebih teliti dan jelih menyaring informasi. Dion lalu menguraikan bagaimana mengidentifikasi berita hoaks atau ujaran kebencian.

Menurutnya, judul berita hoaks seringkali bombastis, agar pembaca tertarik, lalu klik. Namun, sama sekali tidak berimbang, sumber tidak jelas dan seringkali mendiskreditkan pihak lain atau diskriminatif.

Peran pers, jelasnya, adalah memberikan informasi yang akurat, sesuai fakta dan berimbang. Tidak hanya itu, lanjutnya, kalau ada berita hoaks beredar dan meresahkan masyarakat media akan mencari tau, verifikasi secara jelih dan teliti lalu menginformasikan kepada khalayak.

Senada dengan Dion, Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Jules Abraham Abast, kembali menegaskan, ketelitian dan kejelian menyaring informasi sangat dibutuhkan agar pembaca tidak mudah termakan oleh hoaks.

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB),  Muhammad Zainul Majdi, yang turut hadir menjadi narasumber dalam sesi kedua talkshow tersebut, mengapresiasi para pemuda yang terlibat dalam acara tersebut itu.

Ia bahagia melihat pemuda yang hadir beragam. Dari berbagai agama dan suku. Para pemuda ini ada yang tergabung dalam organisasi mahasiswa di antaranya GMNI, HMI, PMKRI, Kompak dan sebagainya.

Ia menjelaskan, hoaks dan ujaran kebencian, isu SARA merupakan hal buruk pertumbuhan hidup bersama. "Kalian mau Indonesia ini persatuannya melemah dan terpecah-pecah," ungkap Zainul kepada para muda-mudi yang hadir.

Zainul menguraikan, salah satu cara merawat kerukunan dan persatuan ialah menghidupkan kembali sistem nilai, tatakrama, nilai-nilai budaya yang sudah diwariskan oleh leluhur.

Di tengah carut-marutnya dinamika politik yang diwarnai kekacauan, dan permusuhan para pemuda harus tetap konsisten membangun persatuan dan persaudaraan. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved