Berita Kota Kupang
Tragedi Kapal Multi Prima 1, Keyakinan Pendoa Hingga Seorang Ayah
Walau suara dan kabar para korban telah tak terdengar hampir lebih dari sepuluh hari, pihak keluarga yakin bahwa mereka masih bernafas.
Penulis: Lamawuran | Editor: Rosalina Woso

POS-KUPANG.COM | KUPANG --Tragedi tenggelamnya Kapal Motor (KM) Multi Prima 1 di Perairan Selat Alas Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sampai saat ini masih menyimpan duka dan misteri.
Dalam pencarian yang dilakukan pihak Basarnas sampai tanggal 3 Desember kemarin, belum ada kejelasan tentang keberadaan enam korban tenggelamnya kapal Multi Prima 1 ini.
Walau suara dan kabar para korban telah tak terdengar hampir lebih dari sepuluh hari, pihak keluarga yakin bahwa mereka masih bernafas.
Apalagi dengan ditemukannya seorang korban hidup, Nahum Naibahas alias Riski, di utara lokasi tenggelamnya kapal di dekat Pulau Kapoposan.
Geradus Geo Pari, ayah dari Pelipus Kopong (48), merasa yakin bahwa anaknya itu masih hidup. Pelipus sendiri adalah seorang korban dari kisah naas itu, yang sampai sekarang masih dicari keberadaannya.
"Kami sudah lakukan pencarian dan bertanya ke banyak orang pintar dan pendoa. Mereka semua menyakinkan bahwa mereka masih hidup. Bahkan saya sebagai orang yang melahirkannya, merasa dalam hati kecil bahwa mereka masih hidup," kata Geo sewaktu dihubungi POS-KUPANG.COM, Selasa (4/12/2018).
Sebagai ayah, kisah naas ini tak pernah terlintas dalam pikirannya. Bahkan setelah terjadinya kisah naas ini sekalipun, dia masih memegang teguh keyakinannya.
• Sekretaris BKKPD kota Kupang, Poulce Amalo : Menilai Perencanaan Mutasi Tidak Matang
• Kapal Komodo Sempat Kandas Saat Perjalanan Rinca-Labuan Bajo, Semua Penumpang Aman
• Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat: Kalau Demo Bikin Rusak, Saya Lipat !
• BREAKING NEWS: Kadis PU Kabupaten TTS dan Anggota DPRD NTT Tersangka Kasus Korupsi Embung Mnela Lete
"Sekarang ini kan sudah ditemukan seorang korban hidup. Awalnya mereka tujuh orang, tapi satu sudah selamat. Kalau mereka sudah meninggal, jasad mereka pasti sudah ditemukan. Tapi kan tidak," katanya lagi.
Dengan ditemukannya seorang korban hidup ini, ada harapan yang kian membesar di hati para keluarga korban.
Opin Bahi, adik bungsu Pelipus Kopong Beni, memiliki keyakinan itu, apalagi ditambah dengan kisah dari Riski.
Opin bercerita, Riski waktu itu melompat ke arah tengah lautan. Riski, juga semua yang ada di atas kapal itu, melompat atas arahan dari Pelipus.
"Menurut Riski, mereka semua telah siap melompat, mengenakan pelampung. Atas arahan kakak saya, Pelipus, mereka melompat. Riski mengatakan dia melompat ke arah tengah laut," kata Opin kepada POS-KUPANG.COM sewaktu dihubungi lewat telepon, Selasa (4/12).
Setelah melompat, lanjut Opin, seluruh kapal akhirnya tenggelam. Riski melihat keenam orang lainnya dihempaskan gelombang ke arah daratan.
"Kalau kapal ingin tenggelam keseluruhan, arus laut akan ditarik ke dalam. Setelah itu akan dihempaskan kembali. Riski melihat mereka dihempaskan ke arah daratan. Karena itulah dia yakin kalau mereka masih hidup. Karena dia yang di tengah saja masih hidup. 'Saya di tengah lautan saja selamat, apalagi mereka yang lebih dekat dengan daratan'," kata Opin menirukan Riski.
Komunikasi terakhir Opin dengan kakak sulungnya, Pelipus, terjadi melalui SMS.
Senin (19/11), di desa Watoone ada kedukaan sehingga mengharuskan Opin melayat di desa kelahiran mantan gubernur Frans Lebu Raya itu.
"Saya mengabarkan padanya (Pelipus) bahwa ada kematian di desa Watoone. Dia sempat bertanya soal kematian itu. Setelah saya jelaskan via SMS dan menanyakan posisinya, dia tidak balas lagi," ujar Opin.
Setelah itu, Opin tidak merasakan adanya firasat akan adanya kisah naas itu. Karena tidak ada informasi baik dari perusahaan kapal maupun orang lain.
Naasnya, kisah tenggelamnya kapal itu diketahui Opin dan keluarga pada Sabtu (24/11), dua hari setelah kapal itu ditelan laut.
"Kami dapat kabar tenggelam juga hari Sabtu. Sementara kapal tenggelam hari Kamis. Kami dapat informasi juga dari catatan kaki di Metrotv. Setelah itu saya telpn istrinya (Pelipus), Sri Handayani. Dia juga tidak tahu," terang Opin.
Seorang narasumber lain yang berhasil dihubungi POS-KUPANG.COM adalah Florentina Waton. Florentina adalah istri dari Nahkoda KM Multi Prima 1 kapten Tarsisius Dusi Atulolong (38).
Florentina mengatakan, komunikasi terakhir dengan suaminya terjadi pada Selasa (20/11) sewaktu kapal tengah berlayar.
"Waktu itu suami saya mengirimkan pesan suara kepada si kecil," kata Florentina, Selasa (4/12).
Dia kaget dengan kejadian itu, lantaran tak ada firasat buruk yang diterima jelang kejadian itu.
"Dengar kabar itu awalnya kaget karena tidak punya firasat apa-apa. Yang kita tahu mereka baik-baik pergi kerja kan. Berlayar," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ambuga Lamawuran)