Berita Religi
Ziarah Lahir Batin ke Replika Kota Betlehem Nelle, Yuk Ikuti Perjalanan Intan Nuka Ini
Inilah Bukit Iligai, tempat pembangunan Replika Kota Betlehem di Desa Nelle Wutung, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka.
Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
PANAS terik siang itu. Tak ada bunyi berisik knalpot kendaraan. Angin sepoi-sepoi, menyentuh kulit, menyejukan suasana. Gapura selamat datang tak terlihat lagi. Sudah terlalu jauh di bawah.
Sejauh mata memandang hanyalah hamparan Kota Maumere yang terlihat jelas. Pemandangan cantik dari atas bukit ini baru bisa dinikmati usai meniti ratusan anak tangga.
Perjumpaan dengan patung Yohanes Pembaptis memegang tongkat, patung Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, dan patung Maria mengunjungi Elizabeth pun tak kalah menarik.
Baca: Begini Aksi Mahasiswa FKIP Undana Saat Gelar Student Day 2018
Inilah Bukit Iligai, tempat pembangunan Replika Kota Betlehem di Desa Nelle Wutung, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka.
Di atas puncak, saya terperangah. Bangunan berbentuk menara salib dan kuba dengan bintang di atasnya terpampang di depan mata.
Ada patung bayi Yesus di palungan didampingi Maria dan Yosef, tiga raja dari Timur, para gembala dan domba.
Damai, batin saya.
Romo Wilfrid Valiance, Pr, inisiator pembangunan Replika Kota Betlhemen, menjelaskan awal mula kisah pembangunan tempat wisata religi itu.
Hari itu, 23 Desember 2011, Romo sedang membuat tower bintang Natal setinggi 12 meter di halaman gereja Paroki Roh Kudus Nelle. Iseng, ia melempar pertanyaan,
"Kalau Natal orang ramainya kok ke pantai. Mengapa kita tidak bisa menghadirkan sebuah tempat wisata Natal?" Ibarat memancing, umpan kail dimakan ikan. Ia diajak oleh sejumlah katekis gereja menuju Bukit Iligai.
"Oh my God. Mengapa puncak seindah ini hanya sekitar 15 menit berkendaraan dari Kota Maumere, tidak dimanfaatkan sebagai tempat wisata?"
Begitulah kira-kira ucapan spontan Romo Wilfrid saat berwisata ke Bukit Iligai.
Suguhan Kota Maumere dan pulau-pulau di teluk Maumere tertangkap dengan jelas dari ketinggian. Rasa kagumnya akan hamparan bukit yang indah itu menimbulkan tekad.
Baca: Rayakan HUT ke-42, KKSS NTT Anjangsana ke Empat Panti Asuhan di Kupang
"Tempat-tempat wisata yang ada sudah terlalu umum. Mari kita hadirkan sesuatu yang beda dan unik," katanya mengakhiri obrolan. 1 Januari 2012.
Tahun yang Penuh Kejutan
Kabar tentang niat membangun suatu tempat wisata di atas bukit tersebar dengan cepat. Romo pun mempresentasikan ide di hadapan Dewan Pastoral Paroki (DPP), Orang Muda Katolik (OMK), pengurus stasi, lingkungan, dan Komunitas Umat Basis (KUB) dalam acara Natal dan Tahun Baru bersama, 15 Januari 2012.
"Romo, dana dari mana untuk membuat ide sebesar ini?" tanya seorang ibu dengan senyum pesimis.
"Dana dari Tuhan dan dari hati kita umat paroki Roh Kudus Nelle," jawab Romo.
Maret 2012, rapat pembentukan panitia. Konsepnya masih samar-samar. Betlehem. Menurut hasil rapat, ada lima poin penting yang harus disampaikan ke tengah umat.
Pertama, tempat wisata berada di bawah tanggung jawab pengelolaan Paroki Roh Kudus Nelle.
Kedua, spirit pembangunan adalah solidaritas umat. Ketiga, pembangunan akan dimulai pada Mei 2012 dengan solidaritas umat berupa sumbangan dana umat. Jumlah sumbangan disesuaikan dengan pekerjaan umat. Kelompok petani sebesar Rp 100.000 per tahun, PNS golongan I-II sebesar Rp 300.000 per tahun, dan PNS golongan III-IV serta wirausahawan sebesar Rp 500.000 per tahun.
Baca: Mengadabkan Kota dengan Seni
Selain mengumpulkan dana, umat bekerja secara bergotong-royong dengan membawa tukang yang bekerja secara sukarela. Umat berkoordinasi dengan pengurus KUB, lingkungan dan stasinya masing-masing untuk mengatur transportasi dan konsumsi.
Keempat, anak-anak harus bertumbuh dalam semangat solidaritas. Oleh karena itu, perlu sesekali waktu melibatkan siswa SD, SMP, SMA, dan OMK ikut bergotong-royong.
Kelima, hari libur menjadi 'Hari Gotong Royong' guru, PNS, dan pegawai swasta.
Kisah berlanjut, Romo bertemu Yohanes Rahmat, laki-laki kelahiran Jawa yang tinggal di Maumere. Ia piawai dalam mengerjakan patung sesuai dengan keinginan. Romo pun menyebutnya 'seniman besar'.
Baca: Pengemudi Ojek Online Dianiaya Gara-gara Tebang Pepaya di Depan Kosnya
November 2012, tujuh bulan berlalu. Romo baru memberitahu Uskup Maumere, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD. "Proficiat ya. Lanjutkan dan bangunlah tempat wisata rohani yang bagus, yang bisa membuat orang bisa bertahan lama untuk berdoa dan berwisata," kata uskup memberi dukungan.
Ia pun akan berkunjung dan melihat dari dekat proses pembangunan.
Tepat 22 November 2012, ribuan umat memenuhi punggung bukit iligai. Musik tradisional Gong Waning dan tarian menyambut tamu istimewa, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD. Uskup terpukau dan tak menyangka akan hal luar biasa yang telah dilakukan oleh Romo Wilfrid.
"Saya mendengar kabar dari Romo Wilfrid bahwa kamu kelelahan. Jangan menyerah," pesan Uskup Kherubim.
Tepuk tangan, riuhnya sorak-sorai umat bergabung dengan tabuhan musik gong waning dan tarian massal. Uskup berjanji akan merayakan Natal tahun itu bersama mereka.
Baca: Via Vallen Bantah Memperkaya Diri dengan Lagu SDTA Milik SID
25 Desember 2012, natal perdana di Betlehem Nelle yang dipimpin oleh Uskup Maumere. Di bawah derasnya hujan yang mengguyur bukit hari itu, Uskup berkata, "Saya hadir di sini untuk mengapresiasi semangat solidaritas pastor dan seluruh umat. Kamu telah membuka mata banyak umat di keuskupan kita bahwa hal luar biasa ini bisa terjadi karena solidaritas."
Ziarah ke Holy Land Inspirasi nama Replika Betlehem
Romo Wilfrid berziarah ke Holy Land sesuai dengan janji Uskup. Mendapatkan kesempatan berharga itu, romo membawa intensi doa agar Tuhan memberi dirinya bersama panitia dan seluruh umat inspirasi, solidaritas, dan kesanggupan untuk menghadirkan sebuah holy land. Holy Land bagi jutaan umat sederhana yang terbatas biayanya sehingga tak mampu pergi ke tempatnya berada saat itu, agar Tuhan memberi dirinya dan semua orang lain kesempatan menghadirkan sebuah tempat dimana umat Katolik bisa merenungkan kisah kelahiran Tuhan Yesus, nun jauh dari tempat ia dilahirkan.
Sebuah nama ia dapatkan. Replika Kota Betlehem.
Menurutnya, nama tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan sebenarnya. Holy Land sendiri adalah sebuah hamparan sejarah hidup para nabi dan Yesus sang nabi terakhir di kawasan Yordania, Israel, Palestina, Mesir, dan sekitarnya.
Sementara Replika Betlehem merupakan ekspresi seni atas secuil kisah hebat itu di atas punggung sebuah bukit yang terhampar hanya sepanjang 1,8 kilometer.
Ia berkeyakinan suatu saat nanti, Replika Kota Betlehem akan menjadi kota kecil bernuansa Holy Land di kawasan pertanian di kaki bukit Iligai.
Menurut rencana, Replika Kota Betlehem akan dilengkapi dengan sejumlah bangunan. Selain pintu gerbang, ada enam patung dan gereja yang akan dibangun yakni Patung dan Gereja Yohanes Pembaptis, Patung dan Gereja Maria Menerima Kabar Gembira Malaikat Gabriel, Patung dan Gereja Maria Mengunjungi Elizabeth, Patung dan Gereja Padang Gembala, Patung dan Gereja Kelahiran serta Patung dan Gereja Gua Susu.
Replika Kota Betlehem akan memiliki 20 patung berukuran 5 meter, 15 patung malaikat berukuran 1,50 meter, dan 30 patung malaikat berukuran satu meter. Di sepanjang hamparan bukit akan diletakan patung keledai, unta, dan domba yang berjumlah 30 ekor. Ada 200 anak tangga yang akan dibangun menuju puncak.
Beberapa bangunan lainnya yaitu rumah retret, kafe rohani, restoran, parkiran, dan taman.
25 Desember 2013, sekali lagi Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD merayakan misa Natal di Replika Kota Betlehem.
Long Distance Relationship Semakin
Banyak Orang Mengenal Betlehem. Ibarat sepasang kekasih, tentu hubungan jarak jauh adalah hal yang menyedihkan. Hal itulah yang dialami Romo Wilfrid. Ia dikirim ke Jakarta untuk melanjutkan studi master Sosiologi di Universitas Indonesia (UI) pada September 2014. Awal perkuliahan terasa berat karena ia belum bisa move on dari nostalgia indahnya berkarya di desa. Ditambah lagi beban studi di universitas ternama dan rumitnya koordinasi jarak jauh ihwal pembangunan Betlehem. Berkat untuknya, hidup di Jakarta membawanya bertemu dengan orang-orang yang berkehendak baik.
"Komunitas Sahabat Nelle-Jakarta terdiri dari 10 volunteer muda. Mereka orang Jakarta yang bergabung dalam komunitas ini untuk membantu memperkenalkan Replika Kota Betlehem," jelasnya. Komunitas itu melakukan kerjasama dengan berbagai gereja untuk menggalang dana membantu pembangunan Replika Kota Betlehem.
Romo Wilfrid melanjutkan studi ke Amerika pada Januari 2017. Galau berat dirasakannya karena jutaan mil jauh jarak antara dirinya dan Replika Kota Betlehem. Namun, koordianasi terus berjalan sementara wewenang pembangunan gereja saat itu berada di tangan Pastor Paroki Nelle, Rm. Albinus Rupa, Pr.
Proyek Multi Years Replika Kota Betlehem
Membangun sebuah tempat wisata dengan ide besar seperti itu tidaklah gampang. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan pun tak dapat ditentukan. Hal ini berkaitan dengan dana yang terkumpul.
Namun semangat tak pernah pudar. Sedikit demi sedikit pekerjaan dirampungkan. Gereja Yohanes Pembaptis, misalnya. Kemajuan fisik pekerjaan gereja itu sudah mencapai 60%. Gereja Visitasi (Maria Mengunjungi Elisabeth) pun sedang dikerjakan.
Bantuan dana dan tenaga terus mengalir bagi pembangunan Replika Kota Betlehem. Mahasiswa Universitas Nusa Nipa (UNIPA) Maumere, pasukan TNI/AD Sikka, Kelompok Warga Rutan Maumere, siswa/i SMK Bina Maritim, dan SMAK ST. Gabriel adalah beberapa kelompok yang pernah terlibat dalam pembangunan.
Dukungan dana pun datang dari berbagai pihak. Pemerintah provinsi NTT mendanai pembangunan parkiran senilai Rp 500 juta. Selain itu yang lainnya datang dari pemerintah Kabupaten Sikka, Bank NTT Cabang Maumere, Keluarga Besar Nelle di Timika-Papua, dan Koperasi Kredit Tuke Jung Nelle.
Tidak dapat disebutkan satu per satu-ratusan umat Katolik di wilayah Keuskupan Maumere telah memberi sumbangan dana secara pribadi.
Salah satu hal baik di tahun 2018 ini adalah pemilik tanah menyetujui pelebaran jalan menuju Betlehem dari 4 meter menjadi 6 meter. Ini merupakan salah satu berkat yang harus disyukuri oleh semua orang.
Semakin banyak orang yang mengenal tempat itu. Meski belum rampung, pengunjung tetap berdatangan dari berbagai pelosok Flores dan luar NTT. Selain berdoa dan berziarah, ada pula yang datang untuk menikmati indahnya pemandangan dari atas Bukit Replika Kota Betlehem itu.
"Kiranya berkat Tuhan terus berlimpah melalui hati dan kasih semua orang yang berkehendak baik," kata Romo Wilfrid mengakhiri percakapan. (*)