Berita Kota Kupang

Begini Serunya Aktivitas Para Sahabat Noah dan Slanker di Kota Kupang

Beberapa fans klub grup musik di Kota Kupang yang dikenal yaitu Komunitas Noah dan Slank Fans Club

Editor: Dion DB Putra
istimewa
Komunitas Slankers Lembata Kupang 

"Saya gabung dengan komunitas Slankers (sebutan untuk penggemar Slank), karena Slank bisa mengubah cara pandang saya terhadap dunia. Contohnya, menghargai orang. Jika ada bencana alam, kita berikan bantuan sosial atau menghargai perempuan," katanya.

Eman berharap agar kaum muda tetap menjadi diri sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain. Tidak perlu ada pemaksaan dalam melakukan sesuatu. Karena jika ada pemaksaan, akan makin terjerumus.

Ditemui terpisah, Koordinator Umum Slank Fans Club Adonara (SFCA), Adrianus Kia Beda menjelaskan, SFCA terbentuk pada tanggal 29 April 2015 di Kota Kupang. "Komunitas Slank Fans Club adalah nama umum. Biasanya, kami menambahkan nama tempat pada bagian akhir, menunjukkan asal komunitas kami," ujar Adrianus.

Menurutnya, kehadiran SFCA membawa pesan perdamaian. "Dalam Slank, menyebutnya dengan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Ini adalah sebuah nilai yang kami pelajari dari Grup Band Slank, yakni kepekaan sosial," ujarnya.

Adrianus mengatakan, dengan spirit PLUR sehingga SFCA melaksanakan berbagai kegiatan sosial, di antaranya melakukan pembersihan pantai, membersihkan tempat- tempat ibadat seperti gereja dan masjid serta memberikan bantuan kepada panti asuhan di Kelurahan Oesapa.

"Kami memaknai ajaran Slank tersebut dengan memberikan amal kepada orang-orang yang membutuhkan," ucapnya. Aksi kepedulian tidak hanya di Kota Kupang, melainkan SFCA juga telah melakukan penghijauan di beberapa sumber air di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.

Anggota SFCA, Trifonianus menambahkan, beberapa personel grup band Slank pernah hidup dan bersentuhan dengan narkoba. Pengaruhnya tentu buruk. Namun, mereka mampu keluar dari pengaruh obat terlarang itu. "Keinginan kuat para personel Slank untuk keluar dari pengaruh narkoba merupakan keunikan dan daya tarik bagi para Slankers," kata Trifonianus.

Ia mengungkapkan, pengaruh Slank terhadap anak muda, terkhusus anggota Komunitas SFCA cukup besar. "Di Adonara, kami mendirikan satu sekretariat. Tiap kali liburan, kami kumpul bersama. Teman-teman yang dulunya bermusuhan datang dan mereka akur kembali," ujar mahasiswa Faperta Undana itu.

Baginya, nilai-nilai kehidupan yang dipelajarinya dari Slank cukup banyak, seperti kesederhanaan dan kepekaan sosial. Hal itulah yang akan diterapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Komunitas Rock or Die lain lagi. Koordinator Rock or Die, Rocky menjelaskan, Rock or Die terbentuk 17 November 2014. Meski memiliki nama Rock, anggota Komunitas Rock or Die Rocky tidak saja penyuka aliran musik rock. Melainkan, penyuka aliran musik punk dan metal.

Menurut Rocky, anggota Rock or Die biasa berkumpul di Taman Nostalgia, bernyanyi dan berbagi pengalaman tentang musik cadas. Walaupun banyak orang menilai musik cadas membawa pengaruh negatif, tapi bagi Rocky dan kawan-kawannya, musik cadas bisa pula membawa pengaruh positif.

"Banyak pandangan negatif mengenai komunitas dan musik cadas, tapi kami percaya musik cadas membawa pengaruh positif. Musik cadas bisa menguatkan karakter seseorang," ujar Rocky saat ditemui di Taman Nostalgia.

Rocky menegaskan, musik cadas memengaruhi karakter seseorang untuk memiliki jiwa pemimpin. Khusus musik Metal, ada nilai tersendiri yang mereka petik dari aliran musik ini.

Menurutnya, metal merupakan musik perlawanan. Lirik-liriknya juga sangat realistis. Sebagai sebuah komunitas, Rock or Die pun pernah melakukan kegiatan-kegiatan sosial. "Kami pernah melakukan kegiatan sosial menggalang dana untuk pembangunan gereja dan sekolah," ucap Rocky. (ii/jj/aca)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved