Berita Kota Kupang
Begini Serunya Aktivitas Para Sahabat Noah dan Slanker di Kota Kupang
Beberapa fans klub grup musik di Kota Kupang yang dikenal yaitu Komunitas Noah dan Slank Fans Club
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Penggemar artis dan grup musik ternyata ada banyak di Kota Kupang. Mereka membentuk fans klub. Tidak saja dimotori anak-anak muda, melainkan juga oleh orangtua. Dengan memiliki ciri khas, kehadiran fans klub dengan beragam aktivitas.
Fans klub bernilai positif. Selain sebagai wadah menyalurkan kegemarannya kepada sang idola, fans club menjalin persahabatan dan persaudaraan. Anggota fans klub juga menghindari hal negatif seperti minuman keras (miras), menjauhi narkoba dan seks bebas.
Banyak anggota fans klub grup musik maupun artis adalah orang muda yang religus dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Alhasil, mereka menginisiasi berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti bakti sosial, donor darah, dan peduli lingkungan dengan menanam anakan pohon.
Baca: OTT Pejabat Pemkab Bekasi Diduga Terkait Perizinan Properti
Baca: Masih Bingung Mendaftar CPNS? Daftarkan Secara Online Melalui Situs Ini: sscn. bkn.go.id
Baca: Kamu Mau Diet? Yuk Intip Cara Diet Terbaik Berdasarkan Zodiak Biar Gak Gagal
Baca: BTS Kalahkan 19 Boyband Dalam Peringkat Reputasi Brand Boyband Korea Selatan Bulan Oktober 2018
Beberapa fans klub grup musik dan artis di Kota Kupang yang dikenal, yaitu Komunitas Noah (penggemar grup musik Noah), Slank Fans Club (penggemar grup band Slank) dan Komunitas Rock or Die (penggemar musik Rock). Khusus Slank Fans Club dibedakan berdasarkan tempat seperti Slank Fans Club Kupang dan Slank Fans Club Adonara (SFCA).
Sebagaimana diketahui, Noah yang sebelumnya bernama Peterpan adalah grup musik pop/rock dari Bandung. Grup musik yang dibentuk tahun 2000 ini diawaki Ariel (vokal), Uki, Lukman dan David. Penggemar Noah biasa disebut dengan Sahabat Noah.
Slank adalah grup musik yang dibentuk tahun 1983. Slank yang mengusung musik rock dan blues dengan anggota Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ridho (guitar) dan Abdee (guitar). Penggemar Slank dikenal sebagai Slankers.
Sejumlah anggota fans klub mengaku senang bisa menjadi penggemar salah satu band musik atau artis. Menurut mereka, menjadi anggota fans klub grup musik dan artis ada positif dan negatif. Terkadang ikut dicap negatif karena mengidolakan artis yang berperilaku negatif, pola hidup glamour serta kerap tersandung kasus narkoba.
Namun, ada pula grup musik dan artis patut dicontohi karena kehidupan yang baik, sudah bertobat dan kembali menjadi manusia baru yang berguna bagi orang lain.
Pembina Komunitas Noah Kupang, Dra. Balkis Soraya Tanof mengatakan, ia menanamkan semangat goton- royong dan toleransi dalam Komunitas Noah.
Semangat itu diwujudnyatakan dalam banyak kegiatan sosial bagi masyarakat.
"Dalam komunitas mereka suka dan fans dengan Noah lewat hal-hal yang positif dan mereka lintas iman," jelas Balkis saat ditemui di Kampus Undana Penfui, Kamis (11/10/2018).
Komunitas Noah Kupang, katanya, melakukan aksi gotong royong, mengunjungi panti asuhan, melakukan gerakan literasi dengan mengumpulkan buku dan berencana membuat taman baca bagi anak-anak. Hal itu merupakan wujud kecintaan mereka bermusik.
Balkis juga mengembangkan kearifan lokal dalam Komunitas Noah Kupang, dimana hal itu merupakan satu proses transmisi kebudayaan. Dia menekankan kecintaan pada seseorang haruslah objektif, dalam artian mengagumi karya-karya musik yang berdampak positif tanpa melihat pada unsur subjektif dari band atau sosok individu dalam band.
Balkis mengungkapkan, saat vokalis Noah, Ariel datang ke Kupang, Komunitas Noah Kupang bergotong-royong mengumpulkan cenderamata dan mempromosikan budaya NTT kepada Ariel dan personel Noah lainnya.
Koordinator Komunitas Slank Fans Club Kupang, Eman Bangke, mengatakan Komunitas Slank Club Kupang telah berdiri hampir 13 tahun di Kota Kupang. Sejak berdiri pada 5 Desember 2006, Slank Fans Club Kupang tetap mengibarkan bendera di tiang walau bukan tanpa badai.
Eman Bangke, mengatakan pada mulanya orang-orang melihat komunitas ini dengan sebelah mata. Banyak pandangan negatif yang dilekatkan di tubuh komunitas mereka.
"Orang mungkin melihat Slank pernah hidup dalam dunia narkoba, sehingga mengira kami pun seperti itu. Kami ingin berbuat sesuatu untuk mengubah cara pandang mereka itu," ujarnya.
Walaupun personel Slank pernah menjalani hidup di bawah pengaruh obat-obat terlarang, Eman mengaku, justru Slank yang mengubah cara pandangnya menjadi lebih baik.
"Saya gabung dengan komunitas Slankers (sebutan untuk penggemar Slank), karena Slank bisa mengubah cara pandang saya terhadap dunia. Contohnya, menghargai orang. Jika ada bencana alam, kita berikan bantuan sosial atau menghargai perempuan," katanya.
Eman berharap agar kaum muda tetap menjadi diri sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain. Tidak perlu ada pemaksaan dalam melakukan sesuatu. Karena jika ada pemaksaan, akan makin terjerumus.
Ditemui terpisah, Koordinator Umum Slank Fans Club Adonara (SFCA), Adrianus Kia Beda menjelaskan, SFCA terbentuk pada tanggal 29 April 2015 di Kota Kupang. "Komunitas Slank Fans Club adalah nama umum. Biasanya, kami menambahkan nama tempat pada bagian akhir, menunjukkan asal komunitas kami," ujar Adrianus.
Menurutnya, kehadiran SFCA membawa pesan perdamaian. "Dalam Slank, menyebutnya dengan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Ini adalah sebuah nilai yang kami pelajari dari Grup Band Slank, yakni kepekaan sosial," ujarnya.
Adrianus mengatakan, dengan spirit PLUR sehingga SFCA melaksanakan berbagai kegiatan sosial, di antaranya melakukan pembersihan pantai, membersihkan tempat- tempat ibadat seperti gereja dan masjid serta memberikan bantuan kepada panti asuhan di Kelurahan Oesapa.
"Kami memaknai ajaran Slank tersebut dengan memberikan amal kepada orang-orang yang membutuhkan," ucapnya. Aksi kepedulian tidak hanya di Kota Kupang, melainkan SFCA juga telah melakukan penghijauan di beberapa sumber air di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Anggota SFCA, Trifonianus menambahkan, beberapa personel grup band Slank pernah hidup dan bersentuhan dengan narkoba. Pengaruhnya tentu buruk. Namun, mereka mampu keluar dari pengaruh obat terlarang itu. "Keinginan kuat para personel Slank untuk keluar dari pengaruh narkoba merupakan keunikan dan daya tarik bagi para Slankers," kata Trifonianus.
Ia mengungkapkan, pengaruh Slank terhadap anak muda, terkhusus anggota Komunitas SFCA cukup besar. "Di Adonara, kami mendirikan satu sekretariat. Tiap kali liburan, kami kumpul bersama. Teman-teman yang dulunya bermusuhan datang dan mereka akur kembali," ujar mahasiswa Faperta Undana itu.
Baginya, nilai-nilai kehidupan yang dipelajarinya dari Slank cukup banyak, seperti kesederhanaan dan kepekaan sosial. Hal itulah yang akan diterapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Komunitas Rock or Die lain lagi. Koordinator Rock or Die, Rocky menjelaskan, Rock or Die terbentuk 17 November 2014. Meski memiliki nama Rock, anggota Komunitas Rock or Die Rocky tidak saja penyuka aliran musik rock. Melainkan, penyuka aliran musik punk dan metal.
Menurut Rocky, anggota Rock or Die biasa berkumpul di Taman Nostalgia, bernyanyi dan berbagi pengalaman tentang musik cadas. Walaupun banyak orang menilai musik cadas membawa pengaruh negatif, tapi bagi Rocky dan kawan-kawannya, musik cadas bisa pula membawa pengaruh positif.
"Banyak pandangan negatif mengenai komunitas dan musik cadas, tapi kami percaya musik cadas membawa pengaruh positif. Musik cadas bisa menguatkan karakter seseorang," ujar Rocky saat ditemui di Taman Nostalgia.
Rocky menegaskan, musik cadas memengaruhi karakter seseorang untuk memiliki jiwa pemimpin. Khusus musik Metal, ada nilai tersendiri yang mereka petik dari aliran musik ini.
Menurutnya, metal merupakan musik perlawanan. Lirik-liriknya juga sangat realistis. Sebagai sebuah komunitas, Rock or Die pun pernah melakukan kegiatan-kegiatan sosial. "Kami pernah melakukan kegiatan sosial menggalang dana untuk pembangunan gereja dan sekolah," ucap Rocky. (ii/jj/aca)