Berita Regional
Kisah 8 Gubernur NTT Sejak Tahun 1960, Dari Pemulung, Penjual Makanan, Tentara Hingga Dokter
Kisah hidup 8 Gubernur NTT sejak tahun 1960 hingga 2018, dari pemulung, penjual makanan, tentara hingga dokter.
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
4. GUBERNUR Brigjen TNI DR ALOYSIUS BENEDICTUS MBOI, M.P.H (1978 -1983, 1983 -1988)

Gubernur NTT ketiga ini lahir dengan nama lengkap Aloysius Benedictus Mboi atau disaba dengan Ben Mboi, di Ruteng, Manggarai, tanggal 22 Mei 1935.
Saat menjadi Guebernur, Ben Mboi didampingi wakil Gubernur, G. Boeky (1986–1991).
Istrinya adalah dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H. Anak Tridia Sudirga, Gerardus Majela Mboi, Hendrik A.W. Mboi
Ben Mboi adalah Dokter lulusan Universitas Indonesia yang mengawali karier di dua bidang, bidang kesehatan dan militer yang dijalani dalam waktu yang bersamaan. Ia tercatat pernah ikut dalam Operasi Trikora.
Meskipun verasal dari keluarga yang berada, sejak kecil Ben Mboi sudah diajar untuk berdisiplin oleh orangtuanya, Mathias Mboi dan Yohanna.
Ia diajarkan menjual makanan dari rumah ke rumah sambil bersekolah. Ayahnya wafat pada tahun 1949, setelah Ben Mboi menyelesaikan sekolah dasar di SD Katolik Belanda (1942-1949).
Ia melanjutkan pendidikannya ke sebuah SMP di Kupang. Setamat dari SMP, ibunya mengirim Ben Mboi untuk bersekolah di SMA Katolik di kota Malang (Sekarang menjadi SMAK St. Albertus (Dempo) Malang.
Dari Malang, ia melanjutkan sekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di UI ia sempat menjabat ketua Perhimpunan Mahasiswa Kedokteran FKUI. Enam tahun kemudian, ia dikirim ke pusat militer dan menjadi dokter militer.
Pada 1962, ia mendarat menggunakan parasut di hutan belantara Papua Selatan di bawah Komandan Benny Moerdani. Berkat kinerja yang bagus, Letnan dokter Mboi dipromosikan menjadi Kapten. Ia-pun mencatatkan dirinya sebagai satu-satunya dokter dalam operasi tersebut.
Pada 1964, ia menikah dengan Nafsiah Mboi. Setelah menikah dengannya, keduanya dikirim ke Ende, Flores sebagai dokter. Nafsiah Mboi mengelola rumah sakit lokal berkapasitas 100 tempat tidur dan melayani 30 sampai 50 pasien sehari.
Ia juga mendirikan klinik-klinik desa yang dikelola oleh perawat-perawat dan bidan. Untuk mengatasi keuangan klinik-klinik yang mereka bangun tersebut, ia memperkenalkan sistem program pra-bayar di tiap klinik dengan dukungan tahunan dalam bentuk komoditas yang sulit rusak seperti kacang dan jagung dsb. Cara ini kemudian menjadi asuransi kesehatan pedesaan yang mungkin pertama di Indonesia.
Pada 1978, ia dipilih menjadi Gubernur NTT menggantikan El Tari. Beberapa program unggulannya diantaranya adalah: ONM (Operasi Nusa Makmur), Operasi Nusa Hijau (ONH) dan Operasi Nusa Sehat (ONS).
Salah satu hasil kepemimpinannya di bidang industri besar pertama di NTT adalah hadirnya PT Semen Kupang.
Istrinya, dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H., Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II menggantikan Endang Rahayu Sedyaningsih yang meninggal dunia. Ia dikaruniai tiga anak, Dr. Tridia Sudirga, Capt. Gerardus Majela Mboi dan Hendrik A.W. Mboi.