Berita NTT

Semua Izin Tambang Mineral di NTT Dicabut

usaha tambang telah membuat wajah NTT menjadi bopeng. Usaha tambang tidak layak dilakukan di NTT sebab pulau ini kecil

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
pos kupang.com, oby lewanmeru
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi. 

Laporan  Wartawan   Pos-kupang.com,  Eginius Moa

POS-KUPANG.COM, MAUMERE---Janji  Gubenur dan  Wakil Gubernur NTT, Viktor  Laiskodat dan  Josef  Nae  Soi,  mencabut   izin  usaha semua  jenis   tambang mineral segera dilakukan  ketika  mereka sudah  beraktivitas.  Tidak  ada toleransi  untuk  izin  usaha  pertambangan.

“Izin yang sudah  ada  dan masih berlaku akan  kami  cabut. Izin  yang sementara  proses akan  dihentikan. Seberapa  banyak,  saya  akan akan  panggil kadisnya  (pertambangan)  kalau sudah  masuk kerja,” tegas   Josef kepada  wartawan  ketika   melakukan  kunjungan pribadi kepada  Uskup Maumere, Mgr. Gerulfus  Kherubim Parera, SVD,  Sabtu   (8/9/2018) di Pulau  Flores. 

Baca: Markas Polres Kupang Kota Jadi Wilayah Bebas Korupsi

Baca: Ramalan Zodiak, Apa Yang Akan Kamu Alami Sepanjang Bulan September 2018?

Baca: LIVE STREAMING : Sanggar Moramasa Asal Ngada Sambut Gubernur Laiskodat dan Wagub Soi di DPRD NTT

Baca: 2.554 Atlet Rebut 1.650 Medali dalam Porprov NTT 2018

Ia   belum  tahu  jenis  usaha  tambang mineral. Sempat didengarnya  ada  usaha  tambang  mangan dan  tambang besi. 

Menurut Josef, usaha  tambang  telah  membuat wajah   NTT menjadi  bopeng.  Usaha tambang  tidak  layak dilakukan di NTT, sebab pulau  ini kecil tak seperti  Pulau  Kalimantan. 

“Wajah kita  (pulau)  ini  sudah  cantik, tidak  boleh  rusak  lagi. Tambang bikin  bopeng wajah kita.   Kalau  sudah  bopeng, dikasih bedak  berulang  kali tetap  bopeng. Kita  akan kosentransi pada pariwisata,” kata  Josef.

Josef mengakui  keputusan pencabutan  izin  usaha pertambangan  akan mengundang perlawan yang keras  dari  para  pemilik  usaha.Gugatan ke  pengadilan akan dilakukan oleh pengusaha  yang dirugikan usahanya.

“Kami  tidak disukai  ketika kami putuskan untuk kembali ke NTT.  Tidak  apa-apa,  yang penting  rakyat suka  kami. Tidak perlu  pengusaha atau  aparat  yang suka  kami,” tandas  Josef.

Dukung Moratorium

Direktur lembaga PADMA Indonesia (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia), Gabriel Goa mengatakan PADMA sangat mendukung langkah Gubernur NTT untuk moratorium tambang di Wilayah NTT.

Hal tersebut dijelaskan saat dihubungi POS-KUPANG.COM, Sabtu (8/9/2018) melalui layanan WhatsApp (WA).

Gabriel mengatakan, yang perlu dimoratorium, terutama tambang berskala besar seperti tambang mangan, tambang emas dan biji besi.

"Yang perlu dimoratorium itu tambang berskala besar. Sedangkan tambang tipe C, seperti tambang pasir di Naru, Kabupaten Ngada tidak perlu moratorium!" jelasnya.

Ia menegaskan, saat ini Gubernur NTT perlu memanggil dan meminta pertanggungjawaban Kadis Pertambangan, Kadis Kehutanan dan Lingkungan Hidup beserta OPD terkait lainnya untuk mengevaluasi, sekaligus menertibkan IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang sudah dikeluarkan oleh Gubernur maupun Bupati2 di NTT.

Selain itu, lanjut Gabriel, perusahaan-perusahan tambang yang sudah melakukan pertambangan di NTT agar dituntut tanggungjawabnya melakukan recovery lokasi yang sudah rusak ekologisnya.

Ia juga meminta Gubernur NTT untuk tertibkan HGU-HGU (Hak Guna Usaha) di NTT yang merampas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Adat Flobamora. 

309 Tambang

Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga awal tahun 2018 masih dikepung 309 izin tambang. Dari jumlah tersebut 70 izin yang sudah habis masa berlakunya berpeluang dilelang ulang oleh pemerintah daerah.

Dalam keterangannya kepada Pos Kupang, Rabu (14/3/2018), Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Melky Nahar menjelaskan, sebanyak 309 izin tambang itu tersebar di 17 kabupaten di NTT.

Melky mengatakan, hampir seluruh perusahaan tambang tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Yang terjadi malah merusak hutan dan sumber air, pengelola melakukan intimidasi dan melanggar hak asasi manusia (HAM).

Fakta semacam ini, lanjut Melky Nahar, belum menjadi perhatian serius para elit politik serta calon kepala daerah yang sedang berkompetisi di ajang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT tahun 2018.

Melky Nahar mengatakan Pilgub NTT tampaknya hanya dimanfaatkan untuk merebut kuasa dan jabatan bagi segelintir elit dan politisi. Bahka ada kecenderungan ditunggangi para pemodal yang bermain di balik setiap kandidat yang berkontestasi demi melanggengkan bisnisnya di NTT.

Hal ini, kata dia, cukup beralasan mengingat Provinsi NTT hingga kini terus dikepung oleh berbagai investasi berbasis lahan skala besar seperti pertambangan dan perkebunan.

Kehadiran pertambangan ini merampas lahan dan merusak hutan, mencemari air dan pesisir pantai, bahkan tak sedikit warga dikriminalisasi hingga berujung dipenjara karena membela tanah dan airnya.

Selain pertambangan, kata Melky Provinsi NTT juga dikepung investasi perkebunan skala besar seperti di Sumba dan Ngada. Di Sumba Timur ada tiga perusahaan masing-masing bergerak di perkebunan tebu, perkebunan pohon sejenis jarak dan tanaman sisal family kaktus. Investasi perkebunan lainnya hadir di Kabupaten Ngada.

Berikut Izin Pertambangan yang bertebaran di berbagai kabupaten di NTT. 

BELU                                      84  izin

TIMOR TENGAH UTARA     70

KABUPATEN KUPANG       34

ENDE                                      20

MANGGARAI                          18

TIMOR TENGAH SELATAN   16

ROTE NDAO                            15

NAGEKEO                                14

ALOR                                          12

MANGGARAI TIMUR                 7

NGADA                                        5

PROVINSI NTT                            5

SABU RAIJUA                               2

SUMBA BARAT DAYA                2

SUMBA TENGAH                        2

MANGGARAI BARAT                  1

SUMBA BARAT                             1

SUMBA TIMUR                              1

Sumber: Jaringan Advokasi Tambang

(pos-kupang.com)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved