Berita Tamu Kita

Wenefrida Tulit Ina : Kembangkan Hobi Jadi Profesi

"Saya mengajarkan merangkai bunga akrilik karena peluangnya di Kota Kupang cukup besar jika dijadikan home industri," katanya.

Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Wenefrida Tulit Ina :  Kembangkan Hobi Jadi Profesi
ISTIMEWA
Wenefrida Ina Tulit, ST, MT

Wenefrida Tulit Ina, ST, MT
Kembangkan Hobi Jadi Profesi

KESIBUKAN menjadi pengajar atau akademisi di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang tidak menghentikan hobi dan niat untuk menjadi seorang penjahit.

Hobi menjahit sejak kecil yang ditekuninya menjadi profesi yang tidak boleh disepelekan. Dan, dengan menjahit ia bisa menjadi sukses seperti saat ini. Ia juga memiliki keterampilan lain yang tidak kalah penting dan mendatangkan banyak uang, seperti memasak, merangkai bunga akrilik. Dan, hobinya ini membawanya menerima merek dagang sendiri dari pemerintah saat Expo Sunda Kecil Tahun 2016 di Kupang.

Bagaimana ia memotivasi mahasiswa dan kaum perempuan agar menekuni hobi yang ada menjadi sebuah profesi dan menjdikanya sebagai usaha industri rumah tangga yang mendatangkan penghasilan? Ikuti wawancara wartawati Pos Kupang, Apolonia Matilde Dhiu, dengan Wenefrida Tulit Ina, ST, MT, di kediamannya Perumahan Putra Naimata Nomor 4, Kelurahan Naimata, Selasa (24/7/2018).

Anda seorang akademisi tetapi memiliki usaha home industri, yakni menjahit. Bisa ceritakan bagaimana Anda menjalani dua profesi sekaligus?
Terima kasih. Yah, dasarnya saya memang ingin sekolah menjahit karena saya suka menjahit. Tetapi karena ayah saya seorang guru, dia tidak ingin saya prestasi di sekolah dari SD sampai SMA, tapi hanya menjadi penjahit. Di kampung dulu, melihat penjahit belum menjadi profesi karena menurut mereka orang tidak sekolah juga bisa menjahit.

Kedua orangtua berpikir saya punya kemampuan di bidang akademik dan tamat SMK hanya duduk menjahit tidak akan berkembang. Saya mengikuti saja kemauan orangtua, tetapi setiap hari saya belajar menjahit secara sembunyi di kamar. Di rumah, mama saya menjahit sehingga saya belajar menjahit dengan mesin jahitnya mama tetapi sembunyi. Karena, mama juga tidak mengijinkan saya menjahit, kuatir mesinnya rusak.

Dulu di kampung jarum jahit harganya mahal, sehingga kalau rusak biasanya susah untuk mendapatkan lagi. Saya menunggu waktu ayah dan ibu keluar rumah dan saya mulai latih mendayung mesin.

Mama juga kaget kok saya bisa dayung mesin. Ketika tahu saya bisa mejahit, mereka menguji saya dengan menjahit buku dan ikut garis-garis buku. Kalau dibuku sudah lurus jahitnya barulah menjahit di kain. Saya melatih menjahit dengan membongkar baju sendiri sambil menghafal polanya, ini bentuk lengan, ini leher dan sebagainya. Pertama menjahit kain spanduk saat perayaan HUT Proklamasi 17 Agustus, dan kain ini dijadikan baju kemeja untuk adik saya yang masih TK. Sejak itu, saya terus belajar menjahit baju. Setelah agak mahir mulai menjahit baju putih SMP. Rok saya jahit lurus saja segi empat dan pingganya saya kasi karet. Itulah kenapa saya menjahit sampai saat ini.

Bagaimana Anda memulai menjahit sesuai dengan mode fashion yang berkembang pesat saat ini?
Dari belajar dan berkembang dengan sendirinya. Saat SMA saya mendapat beasiswa. Uang beasiswa atau uang dari keluarga yang kasih, saya ke toko buku membeli buku tentang menjahit. Saya biasa menggunting pola di asrama dan menjahit di rumah keluarga. Saya jahit baju dan rok seragam.
Saat kuliah, kebetulan tinggal dengan keluarga yang memiliki mesin jahit, tetapi tidak pernah digunakan sehingga saya memanfaatkan mesin tersebut untuk menjahit.
Mulai memiliki mesin sendiri saat kuliah di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sain dan teknologi (FST) Undana Kupang. Saya membelinya menggunakan beasiswa dengan harga Rp 500.000. Mesin jahit dikasih oleh keluarga yang saya tinggal dan ketika menikah disuruh bawa mesin tersebut dan masih ada sampai sekarang. Sedangkan mesin obras saya beli pakai uang beasiswa. Karena, saat itu saya menjahit baju teman-teman kuliah. Pertama kali saya menjahit baju pengantin salah satu teman punya kakak yang menikah di Gereja Katerdal Kupang. Awalnya saya tidak mau karena kuatir salah, tetapi karena dipaksa teman saya coba saja dan jahit dalam waktu satu malam dan jadi. Sejak saat itu saya mulai percaya diri untuk menerima pesanan dalam jumlah yang agak banyak.

Anda akhirnya bisa mencari uang sendiri saat kuliah?
Yah, saya dapat beasiswa dari kampus dan uang dari hasil jahitan dan bisa menghidupi diri sendiri saat kuliah di Kupang. Saat itu orangtua lepas tangan karena saya punya penghasilan sendiri. Kalau mau pulang libur, saya tidak perlu menunggu kiriman uang dari orang tua, karena memiliki uang sendiri. Kapan saja saya bisa pulang dan pergi. Karena punya duit sendiri.

Kapan Anda menjadi dosen di Undana Kupang?
Tahun 2003 saya lulus CPNS dan ditempatkan menjadi dosen di Undana Kupang. Awalnya setelah lulus kuliah tahun 2002 di Undana Kupang, saya dipanggil bekerja di Larantuka di Dinas PDE Flotim selama enam bulan, tetapi ketika cek formasi CPNS di Kabupaten Flotim ternyata belum ada formasi untuk jurusan Teknik Elektro. Kebetulan saya ke Kupang dan teman-teman menyampaikan kalau Undana membuka penerimaan dosen. Saya mencoba mendaftar dan lulus dan menjadi dosen Teknik Elektro hingga saat ini.

Pernakah Anda memimpikan menjadi dosen sebelumnya?
Tidak. Kebetulan saya dulu maunya kuliah di luar NTT dan ketika ikut PMDK di beberapa perguruan tinggi negeri saya lulus. Tetapi, karena ayah saya sedang ada hajatan di kampung dan tidak mengijinkan saya melanjutkan kuliah di luar NTT mengingat biaya, sehingga saya berpikir kalau stop rugi. Saya memilih kuliah di Undana Kupang, dan saya tes di Jurusan Teknik Sipil karena suka menggambar tetapi lulus di Jurusan Teknik Elektro. Nah, saya berpikir saat semster dua bisa transfer ke Jurusan Teknik Sipil, tetapi karena nilai saya bagus, saya tidak diijinkan oleh dekan untuk pindah. Dia sampaikan kalau saya harus tetapi di Jurusan Teknik Elektro karena ketika tamat harus menjadi dosen di sana. Dan, ternyata bukan kebetulan juga saat tamat tes dan saya lulus menjadi dosen di Teknik Elektro. Yah begitulah kira-kira ceritanya. Saya percaya, apapun yang kita rencanakan di dunia ini, tentu ada rencana indah dari Tuhan yang luar biasa untuk hidup saya. Heheheh...

Anda ini menjahit, menjadi dosen dan saat ini ada usaha membuat bunga akrilik. Bagaimana ceritanya?
Heheh. Saya mulai belajar merangkai bunga akrilik saat melanjutkan studi S2 di Makasar. Enam bulan pertama berat badan saya naik karena tidak ada aktivitas lain selain kuliah. Sehingga, saya bingung dengan kondisi tersebut, karena saya tidak pikir keluarga. Anak-anak ikut suami saat bekerja di Kalimantan. Mereka larang tidak boleh beli mesin jahit di Makasar, karena kalau sudah ada mesin jahit praktis kuliah S2 berantakan. Sehingga saya dilarang ambil S2 di Yogyakarta.
Tetapi, syukur ada teman dari Makassar yang melihat hobi saya. Saya diajak oleh teman ke rumahnya dan melihat ibunya mengerjakan usaha merangkai bunga akrilik. Memang untuk ke rumahnya membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, saya berpikir bagaimana saya mencari cara membuat bunga akrilik di internet. Dan ternyata ada. Saya mulai membeli bahan-bahan dan membuat bunga tersebut dan jadi. Saya dan teman menjual bunga akrilik setiap hari minggu ketika usai misa di gereja. Dan menyenangkan. Ketika pulang di Kupang belum ada bunga Akrilik. Saya berusaha mengembangkan buga tersebut dan ternyata laku. Saya juga diajak oleh Dinas Perindustrian membuka pameran dan mengikuti Expo Sunda Kecil Tahun 2016.

Kerajinan tangan merangkai bunga akrilik membawa Anda menerima merek dagang. Bisa diceritakan?
Saya dapat merek dagang saat Expo Sunda Kecil tahun 2016 dengan nama Akrilik CKM. Banyak seklai permintaan untuk beli dan saya mencari orang untuk membantu produksi. Sudah dua tahun stop karena ketiadaan karyawan untuk membantu memproduksi bunga akrilik. Saya kalah di tenaga. Yah, saya selalu punya stand sendiri saat pameran pembangunan dengan Dinas Perindustrian Propins NTT.

Halaman
123
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved