Berita Kabar Radiasi Cahaya Cosmic
LAPAN Tegaskan Hoax Atas Beredar Pesan Radiasi Cahaya Cosmic Dini Hari Nanti
Kabar hoax terkat gerhana bulan terlama ini dalam sebuah pesan yang beredar di sosial media, termasuk whatsapp.
Penulis: Bebet I Hidayat | Editor: Bebet I Hidayat
POS-KUPANG.COM - Gerhana bulan terlama bakal menghiasi langit Indonesia dini hari nanti.
Beredar kabar terkait fenomena alam gerhana bulan terlama ini.
Kabar hoax terkat gerhana bulan terlama ini dalam sebuah pesan yang beredar di sosial media, termasuk whatsapp.
Dalam pesan yang beredar itu disebutkan akan ada radiasi tertinggi yang muncul akibat pancaran cahaya kosmis.
Berikut bunyi pesan tersebut:
Baca: Live Streaming Gerhana Bulan Total Terlama Abad Ini Mulai Pukul 01.24 WIB Malam Ini
Baca: Gerhana Bulan Terlama - Inilah Waktu-waktu Yang Tepat untuk Menikmatinya
Baca: Coba Lihat Langit Malam Ini! Hujan Meteor Juga Akan Hiasi Gerhana Bulan Terlama 28 Juli 2018
"Malam ini antara jam 00.30 pagi hingga 03.30 pagi pastikan off HP, laptop dan lain-lain dan jauhkan dari badan anda. TV Singapore telah mengumumkan berita tersebut. Tolong beritahu keluarga dan sahabat-sahabat anda. Malam ini antara jam 00.30 pagi hingga 03.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yang paling tinggi.
Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dengan bumi. Oleh itu off HP dan lain-lain dan jauhkan dari badan anda sebab akan menyebabkan kita mendapat efek radiasi yang berbahaya....
Boleh lihat di Google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kepada orang-orang lain yang penting bagi keluarga, teman, sahabat, dan juga anak-istri anda. Anda boleh menyelamatkan nyawa banyak orang dengan berbuat demikian...
Semoga bermanfaat. Amiin..."
Pesan berantai WhatsApp ini seringkali muncul ketika ada fenomena alam gerhana.
Seperti yang terjadi di tahun 2017 lalu.
Tribunsumsel.com mengonfirmasi ke Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jasyanto menegaskan informasi berantai yang tersebar melalui watshapp.
Soal mematikan alat elektronik sehubungan radiasi tinggi malam ini adalah hoax atau tidak benar.
Hal itu dijawab Jasyanto melalui pesan singkat whatshapp dari Tribunsumsel.com, Senin (16/10/2017).
"Itu hoax, tidak benar," jawabnya singkat.
Kini kabar itu kembali tersebar.
LAPAN pun kembali menegaskan bahwa kabar itu hoax.
"Itu hoax," ujar Kabag Humas LAPAN
Sebelumnya, tersebar melalui pesan whatshapp tentang mematikan alat elektronik seperti laptop dan smartphone.
Dikarenakan malam ini, antara 00.30 sampai 03.30 akan terjadi radiasi tinggi disebabkan pancaran cosmic akan melintas dekat dengan bumi.
Oleh sebab itu sebaiknya menjauhkan benda tersebut agar terhindari dari radiasi tersebut.
Baca: Duh, Member BTS Bakal Ikut Wamil, Siapkah Army Ditinggal Oppa-oppa Ganteng Ini Selama 2 Tahun Lebih?
Ada Ribuan Asteroid di Dekat Bumi
Sementara itu, beberapa kali asteroid dengan berbagai ukuran melintas di dekat orbit Bumi.
Ini membuat mereka masuk dalam katergori "berpotensi bahaya".
Bahkan, di antara asteroid-asteroid itu, ada yang luput dari pantauan dan memasuki atmosfer Bumi.
Namun, pernahkah Anda bertanya, sebenarnya ada berapa asteroid yang melintas di dekat Bumi?
Badan Antariksa AS ( NASA) mencoba memetakan semua asteroid dekat Bumi (NEA).
Asteroid yang termasuk golongan NEA berjarak sekitar 50 juta kilometer dari orbit planet kita.
Untuk memudahkan pemetaan, NASA membuat animasinya. Peta ini didasarkan pada data dari tahun 1999 hingga Januari 2018, atau dalam kurun waktu 19 tahun.
Terlihat perbedaan yang mencolok dalam kurun waktu tersebut. Pada 1999 misalnya, NEA yang teridentifikasi adalah bintik-bintik tipis dalam tata surya.
Sedang pada 2009, mulai ditemukan banyak NEA. Bahkan, dalam video berdurasi 55 detik itu memperlihatkan seberapa padatnya area di dekat Bumi.
Setidaknya, para astronom telah mendeteksi 18.000 obyek dekat Bumi (NEO), yang juga mencakup komet.
Hingga kini, populasi obyek-obyek tersebut diperkirakan berjumlah jutaan. Kabar baiknya, para ilmuwan NASA telah menemukan bahwa 95 persen obyek tersebut tidak berpotensi bahaya bagi Bumi.
Sebagai informasi, program pengamatan NEO milik NASA bekerja untuk menemukan dan melacak 90 persen dari NEO yang paling tidak berukuran lebar 140 meter pada tahun 2020.
Pusat penelitian dan analisis data dari program ini adalah Pusat Studi Objek Dekat-Bumi (CNEOS), yang berlokasi di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.
"Kami menghitung orbit presisi tinggi untuk semua asteroid dan komet dan memetakan posisi mereka di tata surya, baik ke depan dalam waktu untuk mendeteksi dampak potensial, dan mundur untuk melihat di mana mereka berada di langit," kata Direktur CNEOS Paul Chodas dikutip dari Space.com, Selasa (24/07/2018).
"Kami menyediakan peta orbit terbaik untuk semua benda kecil yang dikenal di tata surya," sambungnya.
Tak hanya di dekat Bumi, video yang baru dirilis ini juga memetakan semua asteroid yang diketahui di sabuk utama antara Mars dan Jupiter.
Baca: 7 Drama Korea Wajib Kamu Tonton Drakor Lovers, Recommended!
Hujan Meteor
Proses gerhana bulan terlama di abad ini tersebut dimulai ketika piringan bulan mulai memasuki penumbra Bumi pukul 00.13 WIB (01.13 Wita).
"Di malam itu, Mars sedang mencapai puncaknya purnama atau oposisi Mars dengan cahayanya yang merah terang (berada) di dekat Bulan yang sedang gerhana," ujar Mutoha Arkanuddin, astronom amatir sekaligus pendiri Jogja Astro Club dihubungi Kompas.com, Kamis (26/7/2018).
Selain Mars yang sangat dekat dengan bulan, tepatnya di selatan bulan, sebenarnya langit malam besok juga dihiasi hujan meteor Piscis Austrinids.
Menariknya, ini adalah puncak dari hujan meteor Piscis Austrinids.
Astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan, hujan meteor Piscis Austrinids tergolong sebagai hujan meteor periodik.
"Peristiwa ini terjadi setiap tahun dengan jadwal kemunculan relatif sama dari tahun ke tahun, yakni pada rentang waktu antara 15 Juli sampai 10 Agustus, dan puncaknya pada 28 Juli," jelasnya melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Kamis (26/7/2018).
Hujan meteor Piscis Austrinids merupakan meteor yang berasal dari rasi Piscis Austrinus atau Piscis Australis yang ada di langit selatan. Sehingga, saat hujan meteor Piscis Australis muncul akan lebih mudah disaksikan di belahan Bumi selatan.
"Salah satu anggota rasi Piscis Austrinus yang terkenal adalah bintang Formalhaut," imbuhnya.
Sayang, hanya kecil kemungkinannya kita dapat menikmati fenomena ini.
Menurut Marufin, hujan meteor Piscis Austrinids tergolong lemah. "Pada puncaknya, ia hanya menghasilkan maksimum lima meteor per jam. Itu sedikit sekali," ujar Marufin.
"Ketimbang hujan meteor Piscis Austrinids, ada hujan meteor lain yang kuantitasnya sedikit lebih banyak dan berlangsung di saat bersamaan. Namanya hujan meteor Southern Delta Aquarids (SDA)," papar Marudin.
Hujan meteor SDA berasal dari rasi Aquarius dengan meteoroid-meteoroidnya bersumber dari remah-remah komet periodik 96 P/Machholz.
Baca: Dulunya Penari Latar Penyanyi KPop Lain Kini Jadi Member Boyband Korea Terkenal, Siapa Mereka?
Hujan meteor SDA adalah hujan meteor periodik yang muncul setiap tanggal 12 Juli sampai 23 Agustus, dan puncaknya di tanggal 30 Juli.
Bila hujan meteor Piscis Austrinids di selatan, hujan meteor SDA akan muncul di langit sebelah timur.
"Saat puncak hujan meteor SDA, akan ada 25 meteor yang jatuh setiap jamnya. Meteornya juga lebih terang ketimbang meteor Piscis Austrinids. Jadi saya lebih favoritkan yang SDA," ujarnya.
Dengan kuantitas hujan meteor Piscis Austrinids yang sangat sedikit, Marufin mengatakan kecil kemungkinan kita dapat melihat fenomena benda langit ini.
Hal yang sama pun terjadi saat fenomena hujan meteor SDA. Mungkin, kita dapat melihat hujan meteor itu bila kita berada di pinggiran kota dan cuaca langit benar-benar gelap, tidak ada polusi cahaya yang mengganggu. (kompas.com/tribunsumsel)