Berita Kabar Radiasi Cahaya Cosmic

LAPAN Tegaskan Hoax Atas Beredar Pesan Radiasi Cahaya Cosmic Dini Hari Nanti

Kabar hoax terkat gerhana bulan terlama ini dalam sebuah pesan yang beredar di sosial media, termasuk whatsapp.

Penulis: Bebet I Hidayat | Editor: Bebet I Hidayat

Setidaknya, para astronom telah mendeteksi 18.000 obyek dekat Bumi (NEO), yang juga mencakup komet.

Hingga kini, populasi obyek-obyek tersebut diperkirakan berjumlah jutaan. Kabar baiknya, para ilmuwan NASA telah menemukan bahwa 95 persen obyek tersebut tidak berpotensi bahaya bagi Bumi.

Sebagai informasi, program pengamatan NEO milik NASA bekerja untuk menemukan dan melacak 90 persen dari NEO yang paling tidak berukuran lebar 140 meter pada tahun 2020.

Pusat penelitian dan analisis data dari program ini adalah Pusat Studi Objek Dekat-Bumi (CNEOS), yang berlokasi di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.

"Kami menghitung orbit presisi tinggi untuk semua asteroid dan komet dan memetakan posisi mereka di tata surya, baik ke depan dalam waktu untuk mendeteksi dampak potensial, dan mundur untuk melihat di mana mereka berada di langit," kata Direktur CNEOS Paul Chodas dikutip dari Space.com, Selasa (24/07/2018).

"Kami menyediakan peta orbit terbaik untuk semua benda kecil yang dikenal di tata surya," sambungnya.

Tak hanya di dekat Bumi, video yang baru dirilis ini juga memetakan semua asteroid yang diketahui di sabuk utama antara Mars dan Jupiter.

Baca: 7 Drama Korea Wajib Kamu Tonton Drakor Lovers, Recommended!

Hujan Meteor

Proses gerhana bulan terlama di abad ini tersebut dimulai ketika piringan bulan mulai memasuki penumbra Bumi pukul 00.13 WIB (01.13 Wita).

"Di malam itu, Mars sedang mencapai puncaknya purnama atau oposisi Mars dengan cahayanya yang merah terang (berada) di dekat Bulan yang sedang gerhana," ujar Mutoha Arkanuddin, astronom amatir sekaligus pendiri Jogja Astro Club dihubungi Kompas.com, Kamis (26/7/2018).

Selain Mars yang sangat dekat dengan bulan, tepatnya di selatan bulan, sebenarnya langit malam besok juga dihiasi hujan meteor Piscis Austrinids.

Menariknya, ini adalah puncak dari hujan meteor Piscis Austrinids.

Astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan, hujan meteor Piscis Austrinids tergolong sebagai hujan meteor periodik.

"Peristiwa ini terjadi setiap tahun dengan jadwal kemunculan relatif sama dari tahun ke tahun, yakni pada rentang waktu antara 15 Juli sampai 10 Agustus, dan puncaknya pada 28 Juli," jelasnya melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Kamis (26/7/2018).

Hujan meteor Piscis Austrinids merupakan meteor yang berasal dari rasi Piscis Austrinus atau Piscis Australis yang ada di langit selatan. Sehingga, saat hujan meteor Piscis Australis muncul akan lebih mudah disaksikan di belahan Bumi selatan.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved