Catatan Sepakbola

Menuju Keabadian Sepanjang Masa

Keberhasilan Kroasia lolos ke final Piala Dunia 2018 adalah kali pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Dunia sejak melakoni

Penulis: dion db putra | Editor: Dion DB Putra
Johannes EiseLE/AFP
Pemain Kroasia, Luka Modric (kanan) merayakan golnya ke gawang Argentina di Nizhny Novgorod Stadium pada 21 Juni 2018. 

Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM  –  Kasihan Inggris. Bagi mereka yang memujanya meluncur lirik keluhan, bahkan sekadar meraih juara III pun tak sanggup. Kesebelasan Tiga Singa dua kali menggelepar menghadapi lawan yang sama. Belgia meraih kehormatannya sebagai juara tiga Piala Dunia 2018. Hasil yang pantas untuk Eden Hazard dan kolega. Salut!

Walau kalah dua kali dunia mestinya tidak serta merta kehilangan respek buat tim minenial Gareth Southgate. Inggris tetap yang terbaik sejauh ini setelah kisah heroik para senior mereka tahun 1966 dan 1990.

Cuma begitulah watak kebanyakan awak media Britania. Nyinyirnya tak berkesudahan. Mirip sebagian politisi Indonesia zaman now. Sebelum melawan Krosia di semifinal, pers Inggris merendahkan Luka Modric dan kawan-kawan. Pasukan dari negeri mungil di Semenanjung Balkan melawan spartan mengunci Inggris berhenti di empat besar.

Setelah Harry Kane dkk hanya meraih posisi keempat, media Inggris lagi-lagi berkicau. Riuh menyembul nada minor. Untung Southgate sudah biasa menghadapinya sehingga masih bisa tersenyum di ujung pesta Rusia 2018. Inggris itu negeri selebritis dengan bumbu gosip dan rumor yang rancak. Termasuk di ladang sepakbola.

Baiklah. Lupakan sudah Inggris vs Belgia. Hari ini 15 Juli 2018 dunia menanti dalam beragam rasa menyongsong laga puncak Prancis vs Kroasia. Dua finalis mengejar tujuan yang sama yaitu keabadian sepanjang masa.

Usia kejuaraan sepakbola Piala Dunia hampir satu abad tapi baru delapan negara yang pernah meraih juara. Uruguay, Brasil, Argentina, Jerman, Italia, Inggris, Prancis dan Spanyol. Tiga negara asal benua Amerika dan lima dari Eropa.

Seusai menyingkirkan Inggris 2-1 di semifinal, Kroasia hanya berjarak sejengkal lagi menuju sejarah yang akan dikenang sepanjang masa. Kemenangan atas Prancis malam ini di Stadion Luzhniki Moskwa akan mengabadikan nama Kroasia sebagai negara kesembilan yang meraih trofi FIFA World Cup.

Lebih dari itu kemenangan atas Prancis menuntaskan misi balas dendam atas kekalahan para senior mereka di babak semifinal Piala Dunia 1998 yang saat itu berakhir 1-2 bagi Les Bleus.

Optimisme menyala-nyala di dada pemain Kroasia menyambut laga final. "Setelah hari ini, semua orang di Kroasia dan seluruh dunia akan berpikir bahwa kami telah membuat sejarah. Sekarang hanya tersisa satu laga lagi bagi kami untuk membuat prestasi yang akan dikenang selamanya," kata bek Kroasia, Dejan Lovren seusai pertandingan melawan Inggris, sebagaimana dikutip BolaSport.com.

Keberhasilan Kroasia lolos ke final Piala Dunia 2018 adalah kali pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Dunia sejak melakoni debut tahun 1998 sebagai negara baru pecahan Yugoslavia. Statistik tujuh pertandingan sebelumnya yang meraih hasil 100 persen memungkinkan tim asuhan Zlatko Dalic boleh bercita-cita menjadi juara dunia.

Danijel Subasic, Ivan Strinic, Domagoj Vida, Dejan Lovren, Sime Vrsaljko, Ivan Rakitic, Luka Modric, Ivan Perisic, Ante Rebic, Andrej Kramari, Mario Mandzukic memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan harapan tersebut.

Dua puluh tahun lalu Zinedine Zidane Cs mencabik-cabik perasaan Davor Suker dan kolega. Kini giliran Luka Modric dan Ivan Rakitic memberi pelajaran bagi Antoine Griezmann dan rekan. Resepnya konsisten dan disiplin serta tidak terbuai sindrom over percaya diri. Bursa taruhan dunia dalam 48 jam terakhir tidak lagi sepenuhnya memilih Prancis. Kroasia memetik simpati luar biasa. Banyak yang berani menyebutnya sebagai juara baru.

Namun, Kroasia perlu menyadari bahwa lawannya adalah Prancis asuhan pelatih bertangan dingin, Didier Deschamps yang kinerjanya stabil selama dua tahun berlakangan ini. Tim Ayam Jago adalah runner-up Piala Eropa 2016 dan kini sudah di final Piala Dunia. Prancis adalah negara yang paling banyak masuk final Piala Dunia dalam dua dekade terakhir.

Sama seperti Kroasia, Prancis pun mengejar keabadian sepanjang masa sebagai peraih trofi Piala Dunia untuk kedua kalinya. Didier Deschamps tentu tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan istimewa ini.

Buku sejarah Piala Dunia baru mencatat dua orang yang pernah memenangi Piala Dunia dalam perannya sebagai pemain dan pelatih, yaitu Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Beckenbauer (Jerman). Deschamps berpeluang menjadi orang ketiga bila tahun 2018 ini sukses membawa Prancis meraih trofi Piala Dunia.

Peluang tersebut terbuka luas. Tren kinerja kepelatihan Didier Deschamps bersama pasukan mudanya menjulang positif. Mereka berada di babak final Piala Dunia 2018 setelah menyingkirkan tim-tim yang lebih diunggulkan sekelas Uruguay dan Argentina.

Prancis 2018 dapat mengulang sukses 1998. Banyak pemain hebat di tim Deschamps. Sebut misalnya Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, Benjamin Pavard dan Nabil Fekir. Mereka merupakan talenta muda berbakat yang bakal bersinar.

Prancis dan Krosia sama mencetak rekor tak terkalahkan dalam Road to Final Piala Dunia 2018. Prancis hanya ditahan imbang tanpa gol oleh Denmark di babak penyisihan grup. Sisanya mulus sampai semifinal tanpa adu tendangan penalti. Kemengan Les Bleus tercapai dalam waktu normal 90 menit.

Dari tujuh pertandingan yang sudah mereka jalani, Kroasia selalu menang. Bedanya Kroasia harus melewati drama adu tendangan penalti untuk lolos dari babak 16 besar dan perempatfinal. Kroasia mengalahkan Denmark 3-2 (1-1) di babak 16 besar dan melumat tuan rumah Rusia 4-3 (2-2) di perempatfinal.

Kebugaran fisik milik Prancis. Masa istirahat dan relaksasinya lebih lama ketimbang Kroasia yang harus memeras keringat selama 120 menit untuk mengalahkan lawan dalam tiga laga terakhir.

Prancis total mencetak 10 gol dan kebobolan 4 gol sejak fase grup. Sedangkan Kroasia mengoleksi 12 gol (tidak termasuk hasil adu penalti) dan kemasukan 5 gol. Statistik ini memperlihatkan dua finalis memiliki kinerja yang sama bagusnya dan pantas memperebutkan trofi Piala Dunia 2018.

Dengan komposisi tim yang relatif seimbang di semua lini, wajar bila Prancis sedikit lebih diunggulkan banyak analis bola. Namun, mereka tak lupa mengingatkan fans Les Bleus bahwa Kroasia akan tampil tanpa beban dan siap memberikan kejutan. Lahirnya juara baru bukan mustahil.

Prancis bakal berusaha mencetak gol lebih dahulu guna memberi tekanan mental kepada lawan yang terkenal pekerja keras. Kroasia mungkin memilih tidak terburu-buru mengingat kecepatan dan power pemain muda Les Bleus. Berharap laga final malam ini berakhir dalam waktu normal 90 menit dengan gol lebih dari satu agar tidak menjadi antiklimaks pesta bola sejagat.  Selamat menonton. *

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved