Breaking News

Gaji 'Hanya' Rp 76 Juta, Yudi Latif Mundur dari Kepala BPIP. Ini Kata Para Netizen!

Pengumuman tersebut ia tulis melalui akun Facebook pribadinya di Yudi Latif Dua, Jumat (8/6/2018) sebagai berikut.

Editor: Bebet I Hidayat
(ANTARA Foto/Rosa Pangabean)
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) memberi selamat kepada Kepala UKP-PIP Yudi Latif (kiri) usai pelantikan Dewan Pengarah dan Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/6/2016). 

POS-KUPANG.COM - Yudi Latif mendadak mundur dari jabatannya sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Pengumuman tersebut ia tulis melalui akun Facebook pribadinya di Yudi Latif Dua, Jumat (8/6/2018) sebagai berikut:

"Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan," begitu penggalan alasan mundurnya Yudi Latif dari BPIP.

Akhir-akhir ini BPIP sedang menjadi sorotan perihal gaji tinggi yang diterima dari para pejabatnya.

Seperti diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 42 Tahun 2018 Tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya bagi Pimpinan, Pejabat, dan dan Pegawai Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Baca: Kenalan Lewat FB Malah Mahasiswi asal Kupang Diajak Mesum

Baca: Mahasiswi Ini Marah saat Teman FBnya Kirim Gambar Ini. Eh, Malah Ngajak Mesum

Dari salinan yang diunduh dari setneg.go.id pada Senin (28/5/2018), besaran gaji yang diberikan mulai dari Rp 19.500.000 hingga Rp 112.548.000.

Sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri memperoleh gaji sebesar Rp 112.548.000.

Sementara itu, anggota Dewan Pengarah mendapat gaji senilai Rp 100.811.000.

Diketahui, terdapat delapan orang yang menjadi anggota Dewan Pengarah BPIP.

Diantaranya, Try Sutrisno, Ahmad Syafii Maarif, Said Aqil Siradj, Ma'aruf Amin, Mahfud MD, Sudhamek, Andreas Anangguru Yewangoe, dan Wisnu Bawa Tenaya.

Sedangkan Yudi Latief yang menjabat sebagai Kepala BPIP mendapat gaji sebesar Rp 76.500.000.

Selain mendapat gaji, pada Pasal 4 disebutkan sejumlah fasilitas lain kepada Ketua dan anggota dewan pengarah, kepala, wakil kepala, deputi, dan staf khusus BPIP.

Sementara itu, menanggapi "Surat Pengunduran Diri" Yudi Latif, CEO AMI Group Azam M Izzulhaq memberikan ucapan selamat kepada Yudi Latif, seperti dilansir dari TribunWow.com (grup POS-KUPANG.COM).

@AzzamIzzulhaq: Selamat dan salut kepada Mas Yudi Latif yg memilih untuk mundur dari Kepala BPIP. Good choice, Mas!

Selain Azzam, pengamat Hukum Tata Negara, Refly Harun juga menuliskan komentarnya terkait mundurnya Yudi Latief.

Tak jauh berbeda dengan Azzam, Refly juga memberikan ucapan selamat lantaran menurutnya Yudi sudah cukup memberikan contoh baik.

@ReflyHZ: Yudi Latief mundur?

Baca: Teganya, Bayi Kembar Ini Dibuang di Tempat Pembuangan Sampah Oleh Pembantu Rumah Tangga

Saya tak kaget. Seorang moralis sprt dia tak akan betah berlama-lama di suatu lembaga semacam BPIP, yang bagi saya sendiri memang tak dibutuhkan.

Pancasila harus hidup dari masy scr bottom up, tidak top down dari negara.

Negara cukup memberi contoh baik. Salut Yudi.

Berikut ucapan perpisahan Yudi Latief selengkapnya yang dikutip dari akun Facebook Yudi Latif Dua:

TERIMA KASIH, MOHON PAMIT

"Salam Pancasila!

Saudara-saudaraku yang budiman,

Hari kemarin (Kamis, 07 Juni 2018), tepat satu tahun saya, Yudi Latif, memangku jabatan sebagai Kepala (Pelaksana) Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)--yang sejak Februari 2018 bertransformasi menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Selama setahun itu, terlalu sedikit yang telah kami kerjakan untuk persoalan yang teramat besar.

Lembaga penyemai Pancasila ini baru menggunakan anggaran negara untuk program sekitar 7 milyar rupiah. Mengapa? Kami (Pengarah dan Kepala Pelaksana) dilantik pada 7 Juni 2017. Tak lama kemudian memasuki masa libur lebaran, dan baru memiliki 3 orang Deputi pada bulan Juli. Tahun anggaran telah berjalan, dan sumber pembiayaan harus diajukan lewat APBNP, dengan menginduk pada Sekretaris Kabinet. Anggaran baru turun pada awal November, dan pada 15 Desember penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga harus berakhir. Praktis, kami hanya punya waktu satu bulan untuk menggunakan anggaran negara. Adapun anggaran untuk tahun 2018, sampai saat ini belum turun.

Selain itu, kewenangan UKP-PIP berdasarkan Perpres juga hampir tidak memiliki kewenangan eksekusi secara langsung. Apalagi dengan anggaran yang menginduk pada salah satu kedeputian di Seskab, kinerja UKP-PIP dinilai dari rekomendasi yang diberikan kepada Presiden.

Kemampuan mengoptimalkan kreasi tenaga pun terbatas. Setelah setahun bekerja, seluruh personil di jajaran Dewan Pengarah dan Pelaksana belum mendapatkan hak keuangan. Mengapa? Karena menunggu Perpres tentang hak keuangan ditandatangani Presiden. Perpres tentang hal ini tak kunjung keluar, barangkali karena adanya pikiran yang berkembang di rapat-rapat Dewan Pengarah, untuk mengubah bentuk kelembagaan dari Unit Kerja Presiden menjadi Badan tersendiri. Mengingat keterbatasan kewenangan lembaga yang telah disebutkan. Dan ternyata, perubahan dari UKP-PIP menjadi BPIP memakan waktu yang lama, karena berbagai prosedur yang harus dilalui.

Baca: Akun Nucex Brocklyn yang Ajak Mesum Mahasiswi Asal Kupang Itu Pernah Posting Hal Ini di FBnya

Dengan mengatakan kendala-kendala tersebut tidaklah berarti tidak ada yang kami kerjakan. Terima kasih besar pada keswadayaan inisiatif masyarakat dan lembaga pemerintahan. Setiap hari ada saja kegiatan kami di seluruh pelosok tanan air; bahkan seringkali kami tak mengenal waktu libur. Kepadatan kegiatan ini dikerjakan dengan menjalin kerjasama dengan inisiatif komunitas masyarakat dan Kementerian/Lembaga. Suasana seperti itulah yang meyakinkan kami bahwa rasa tanggung jawab untuk secara gotong-royong menghidupkan Pancasila merupakan kekuatan positif yang membangkitkan optimisme.

Eksistensi UKP-PIP/BPIP berhasil bukan karena banyaknya klaim kegiatan yang dilakukan dengan bendera UKP-PIP/BPIP. Melainkan, ketika inisiatif program pembudayaan Pancasila oleh lembaga kenegaraan dan masyarakat bermekaran, meski tanpa keterlibatan dan bantuan UKP-PIP/BPIP.

Untuk itu, dari lubuk hati yang terdalam, kami ingin mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas partisipasi semua pihak dalam mengarusutamakan kembali Pancasila dalam kehidupan publik.

Selanjutnya, harus dikatakan bahwa transformasi dari UKP-PIP menjadi BPIP membawa perubahan besar pada struktur organisasi, peran dan fungsi lembaga. Juga dalam relasi antara Dewan Pengarah dan Pelaksana. Semuanya itu memerlukan tipe kecakapan, kepribadian serta perhatian dan tanggung jawab yang berbeda.

Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan.

Pada titik ini, dari kesadaran penuh harus saya akui bahwa segala kekurangan dan kesalahan lembaga ini selama setahun lamanya merupakan tanggung jawab saya selaku Kepala Pelaksana. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin menghaturkan permohonan maaf pada seluruh rakyat Indonesia.

Pada segenap tim UKP-PIP/BPIP yang dengan gigih, bahu-membahu mengibarkan panji Pancasila, meski dengan segala keterbatasan dan kesulitan yang ada, apresiasi dan rasa terima kasih sepantasnya saya haturkan.

Saya mohon pamit. "Segala yang lenyap adalah kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). seperti gelembung-gelembung di laut berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada laut mereka kembali" (Alexander Pope, An Essay on Man).

Salam takzim,

Yudi Latif"

Yudi Latif memposting "Surat Pengunduran Diri" tersebut sekitar tujuh jam yang lalu.

Hingga berita ini diturunkan Jumat (8/6/2018) pukul 11.36 WIB, postingan Yudi Latif di facebook sudah 158 kali dibagikan, dan dikomentari oleh 100 orang lebih.

Rata-rata, netizen mengapresiasi sikap Yudi Latif, dengan beragam komentar.

Berikut ini diantara komentar netizen:

@Reja Fahlevi Keputusan bapak utk pamit (mundur) menurut saya sangat Pancasilais, terima kasih selama ini selalu menginsiprasi kami anak2 muda.

@Armanto Joedono Cba Tks Kang Yudi Latif Dua. Sedih melihat dinamika yang terjadi di internal. Soal perpres, anggaran, tim kerja, kewenangan, hak keuangan.

@Anwar Holil Salam takzim saya utk pak Yudi Latif. Membaca tulisan bapak ini membuat saya jadi agak tahu kontribusi dan tantangan yg dihadapi BPIP. Mohon maafkan kami dg semua prasangka lalu. Keputusan bapak yg memilih mundur, menurut saya menunjukkan integritas dan kualitas pemimpin yg didambakan anak bangsa. Smoga Allah selalu memberikan kebaikan, kemudahan, dan kesehatan yg baik utk bapak dan keluarga. Aamiin

@Benny Sofwan Saya memahami kenapa kang Yudi Latif Dua mundur dan Insya-Allah baik , supaya publik khususnya anak muda zaman now juga tahu Indonesia punya tokoh bernama Yudi Latif dan ada di BPIP sbg Ketua Pelaksana sejak UKP , selamat kang Yudi nuranimu terjaga dan tajam

Baca: Korban Bertambah, Perempuan Lain Asal Kupang Ngaku Alami Pelecehan Seperti Mahasiswi Kupang

@Juarman Surya Betul Mang lebih baik mundur dari pada dimanfaatkan orang lain untuk mengeruk gaji sebesar besarnya dari negara

@Rithus - Jabrick Memilih mundur dari kursi empuk kekuasaan itu tidak mudah. Jarang orang seperti ini. Terima kasih telah menginspirasi kami, mengajarkan kepada kami anak muda Indonesia bahwa uang dan kekuasaan bukan segalanya. Integritas adalah yang utama...Hebat Prof...

@Enisa Djudira Semoga regenerasi kepemimpinan terus berlangsung meninggalkan jejak positif dan saling mengingatkan. Semoga yg terbaik untuk bangsa ini dan Pancasila tetap mengayomi negeri indah ini.

@Moh Johan So sad Prof......Andai saya pun kalau diminta untuk bekerja pasti harus ada gajinya, siapa yang bayar bill, tagihan telpon,makan,transportation dll.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved