Mahasiswi Ini Marah saat Teman FBnya Kirim Gambar Ini. Eh, Malah Ngajak Mesum
Lebih gila lagi, ujar mahasiswi asal Kupang ini, lelaki tersebut mengirimkan foto kemaluannya melalui FB messenger.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Bebet I Hidayat
POS-KUPANG.COM -- Pelecehan verbal kerap terjadi. Tak hanya dialami pedangdut Via Vallen, tetapi mahasiswi di Kupang pun juga mengalami pelecehan verbal ini.
Lebih gila lagi, ujar mahasiswi asal Kupang ini, lelaki tersebut mengirimkan foto kemaluannya melalui FB messenger.
Tentu, prilaku lelaki ini sudah kelewat abtas.
"Saya benar-benar merasa dilecehkan! Dia kirim pesan via messenger ajak saya berbuat mesum dengan dia," ujar mahasiswi tersebut kepada pos-kupang.com, Jumat (8/6/2018).
Baca: Kenalan Lewat FB Malah Mahasiswi asal Kupang Diajak Mesum
Baca: Bidan Cantik Ini Dirudapaksa Hingga Lima Kali di Sebuah Kebun Kosong, Pelaku Sempat Buat Videonya.
Baca: BERITA POPULER: Marco Simic Pulang Kroasia, Ajal Menjemput Sebelum Wisuda dan Kenalan di FB
Mahasiswi ini mengatakan, ihwal peristiwa tersebut. Berawal dari chat yang masuk ke akunnya. Chat itu berasal dari teman FB.
"C**i,, bisa? Aku lagi pengen, kamu bisa bantu?," itulah isi pesan yang diterimanya dari pemilik akun FB Nucex B**cklyn.
Mahasiswa ini merespon "kamu gila? Silahkan dengan istrimu saja."
Pemilik akun Nucex B**cklyn kembali menggoda mahasiswi asal Kupang ini, "saya tidak punya istri dan saya lagi tegang nih," tulisnya.

Merasa dirinya tak dihiraukan Nucex B**cklyn lalu mengirim gambar kemaluannya.
Pesan mesum itu, kata mahasiswi ini, ia terima pagi tadi pukul 06.00, Jumat, (8/7/2018).
Mahasiswi ini benar-benar kian kesal. Chattingan tersebut kemudian ia screenshoot dan dibagikan di FB.

Ia mengingatkan agar masyarakat terutama yang perempuan harus lebih selektif menerima permintaan teman di akun media sosial agar tidak mengalami hal buruk seperti yang ia alami.
Ia mengaku kapok berteman di FB dengan orang-orang yang tak ia kenal.
"Ini menjadi pelajaran penting buat saya, supaya lebih selektif dan hati-hati berteman di akun medsos," ungkapnya.
Pelecehan Verbal
Kata-kata bernada pelecehan yang dikirimkan via sosial media apakah termasuk tindak kekerasan verbal, bisa diproses hukum? yuk simak penjelasannya.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai
kekerasan tidak cukup dengan memahami definisinya saja. Adalah hal yang penting untuk juga memahami apa saja yang dikategorikan sebagai tindak kekerasan.
Tim yayasan SEJIWA dalam bukunya tentang Bullying (2008) membagi bentuk kekerasan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Kekerasan fisik:
yaitu jenis kekerasan yang kasat mata. Artinya, siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya.
Contohnya adalah: menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, dll.
2. Kekerasan non fisik:
yaitu jenis kekerasan yang tidak kasat mata.
Artinya, tidak bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli memperhatikan, karena tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korbannya.
Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu;
1. Kekerasan verbal:
kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata. Contohnya: membentak, memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, memfitnah, menyebar gosip, menuduh, menolak dengan kata-kata kasar, mempermalukan di depan umum dengan lisan, dll.
2. Kekerasan psikologis/psikis:
kekerasan yang dilakukan lewat bahasa tubuh. Contohnya memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, memandang yang merendahkan, mencibir & memelototi.
Baca: Giliran Ahok Dituding Selingkuh dengan Grace Natalie. Ketum PSI Laporkan Pengelola Akun Twitter
Baca: Grace Natalie Dituding Selingkuh dengan Ahok Demi PSI? Ini Foto-foto Cantiknya
Bisa Diproses Hukum
KUHP mengatur pasal yang bisa menjerat pelaku pelecehan kekerasan verbal, Artinya Via Vallen bisa memproses hukum pelaku yang melecehkannya. Wow.
Dalam artikel Jerat Hukum dan Pembuktian Pelecehan Seksual, Ratna Batara Munti dalam artikel berjudul “Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas” menyatakan antara lain di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tidak dikenal istilah pelecehan seksual.
KUHP, menurutnya, hanya mengenal istilah perbuatan cabul, yakni diatur dalam Pasal 289 sampai dengan Pasal 296 KUHP. Mengutip buku “KUHP Serta Komentar-komentarnya” karya R. Soesilo, Ratna menyatakan bahwa istilah perbuatan cabul dijelaskan sebagai perbuatan yang melanggar rasa kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji, dan semuanya dalam lingkungan nafsu berahi kelamin. Misalnya cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada dan sebagainya.
Menurut Ratna, dalam pengertian itu berarti, segala perbuatan apabila itu telah dianggap melanggar kesopanan/kesusilaan, dapat dimasukkan sebagai perbuatan cabul.
Sementara itu, istilah pelecehan seksual mengacu pada sexual harassment yang diartikan sebagai unwelcome attention (Martin Eskenazi and David Gallen, 1992) atau secara hukum didefinisikan sebagai "imposition of unwelcome sexual demands or creation of sexually offensive environments".
Dengan demikian, unsur penting dari pelecehan seksual adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual.
Sehingga bisa jadi perbuatan seperti siulan, kata-kata, komentar yang menurut budaya atau sopan santun (rasa susila) setempat adalah wajar.
Namun, bila itu tidak dikehendaki oleh si penerima perbuatan tersebut maka perbuatan itu bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual.
Pendapat yang mendukung hal di atas juga diutarakan oleh Nina Tursinah, S.Sos, M.M., Ketua Bidang UKM, Wanita Pekerja, Pengusaha, Gender & Sosial DPN Apindo (sebagaimana pernah dikutip dalam artikel yang berjudul Apakah Memandang Termasuk Pelecehan Seksual?), ada empat bentuk pelecehan seksual yaitu:
a. Fisik, kontak langsung tubuh, mencubit, mencium, menatap dengan nafsu
b. Lisan, komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi
c. Isyarat, bahasa tubuh yang bernada seksual
d. Tulisan, Gambar, pornografi, postek seksual atau pelecehan lewat email dan model komunikasi elektronik
e. Psikologis, Emosional, ajakan terus menerus dan tidak diinginkan kencan yang tidak diharapkan penghinaan, celaan.
Baca: INGAT! Jalan-jalan ke Pertokoan Kota Maumere Jangan Lupa Tutup Hidung
Baca: Saat bertemu Jong Un, Presiden Donald Trump Bertekad Akhiri Perang Korea
Akan tetapi, pendapat berbeda dapat dilihat melalui penjelasan R. Soesilo (Ibid) dalam Pasal 281 KUHP.
R. Soesilo mengatakan bahwa kesopanan dalam pasal tersebut adalah dalam arti kata kesusilaan, perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, meraba buah dada orang perempuan, meraba tempat kemaluan perempuan, memperlihatkan anggota kemaluan wanita atau pria, mencium, dan sebagainya.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa pengrusakan kesopanan ini semuanya dilakukan dengan perbuatan. Dapatkah hal itu dilakukan dengan perkataan? Prof. Dr. D. Simons menentang kemungkinan perkosaan terhadap kesopanan dengan perkataan. Dalam hal dengan perkataan, orang dapat dikenakan Pasal 315 KUHP.
Sebagaimana dikutip oleh R. Soesilo, Mr. W.F.L. Buschkens berpendapat lain, ialah bahwa merusak kehormatan (penghinaan) itu suatu pengertian umum, yang juga meliputi merusak kesopanan apabila meliputi pernyataan (baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan-perbuatan) yang mengenai nafsu kelamin, maka kesopanan itu merupakan suatu pengertian yang khusus yang lebih sempit dan bahwa berdasar atas ketentuan dalam Pasal 63 ayat (2) KUHP, maka Pasal 281 KUHP lebih baik digunakan daripada Pasal 315 KUHP.
Pasal 63 KUHP
(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dan satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
(2) Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan.
Pasal 281 KUHP
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Pasal 315 KUHP
Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Jadi sebagaimana diuraikan di atas, tindakan pelecehan seks secara verbal yg terjadi di tempat umum dapat dipidana. Akan tetapi, masih terdapat pro dan kontra mengenai pasal mana dalam KUHP yang dapat digunakan. Ada yang berpendapat untuk menggunakan Pasal 281 KUHP dan ada juga yang berpendapat untuk menggunakan Pasal 315 KUHP (penghinaan ringan). (pos-kupang.com/bet)