Devosi Kebangsaan ''Maria - Bunda Segala Suku'' ini Kisah di Baliknya

Maria - Bunda Segala Suku sebutan istimewa untuk Bunda Maria dan disebut fenomenal karena terkait dengan merebaknya acaman terhadap NKRI

Editor: Fredrikus Royanto Bau
ISTIMEWA
Uskup Agung Jakarta, Mgr. I. Suharyo Pr (kiri) dan Gregorius Gomas Harun memegang lukisan ''Maria – Bunda Segala Suku'', karya Robert Gunawan. 

Namun pembatalan acara di Sendang Sono, Yogyakarta tersebut, Gomas melanjutkan kisahnya, bagi Putut Prabantoro diyakini sebagai campur tangan Tuhan mengingat kemudian pada Oktober 2010, Gunung Merapi meletus hebat yang menewaskan 353 orang termasuk mbah Marijan.

Baca: Fakta Sejarah Prosesi Semana Santa Larantuka, Raja Larantuka Beri Gelar Tertinggi Kepada Bunda Maria

Tema “Maria – Bunda Segala Suku” ternyata menjadi terwujud dalam konteks yang berbeda namun sangat terkait erat dengan Sumpah Pemuda.

Minta izin

Sudah merupakan tradisi dalam setiap kegiatan besar yang menyangkut keagamaan Katolik, diperlukan restu dari pimpinan Gereja Katolik setempat.

Dipimpin oleh Antonius Sunyata dan Laksda TNI (Pur) Christina Maria Rantetana, pertama kali menghadap Uskup Agung Jakarta, Mgr. I. Suharyo Pr, Uskup Agung Semarang Mgr. Y. Pujasumarta Pr dan Julius Kardinal Darmaatmadja SJ.

Pada Sabtu, 30 Mei 2015 secara resmi lomba lukis, patung dan fotografi dibuka secara resmi di Ganjuran, Bantul, Yogyakarta oleh Mgr. Johannes Maria Pujasumarta Pr.

Kunjungan Panita ke Kardinal Julius Darmaatmadja SJ (memakai batik nomor dua dari kiri). ISTIMEWA

Ganjuran memang dipilih oleh Mgr Pujasumarta sebagai tempat dibukanya lomba yang bertumpu pada kekayaan budaya masing-masing suku.

Mengingat lomba ini tidak hanya terbatas bagi seminar Katolik saja, hadir dalam acara pembukaan itu antara lain, I Wayan Sumerta dari Hindu, Bante Badra Palu dari Budha, Fu Kwet Khiong dari Gereja Santapan Rohani Indonesia (GSRI) Jakarta, juga DR Kardi Laksono dari Institut Seni Yogyakarta (ISI), Vikaris Episkopalis (VIKEP) Jogyakarta, Saryanto Pr dan Sr Gemma OP.

“Hanya sayang dalam perjalanan lomba ini, kami kehilangan dua orang yang sangat kami hormati dan cintai yakni, Ketua Panita, Ibu Christina Maria Rantetana dan Uksup Agung Semarang, Mgr. Y. Pujasumarta Pr.

Ini juga merupakan salah satu alasan terkendalanya progres lomba,” ujar Gomas, yang sehari-harinya adalah konsultan supermarket bahan bangunan.

Sebagai pemenang lomba adalah, Robert Gunawan, seorang guru lukis anak-anak yang berasal dari Matraman, Jakarta.

Baca: Wow, Spot Bunda Maria di Atapupu Tawarkan Keindahan, Tempat Muda-mudi Berburu Senja

Berdasarkan penjelasan dari Robert Gunawan, sebagaimana dikutip oleh Gomas Harun, dalam lukisan Maria - Bunda Segala Suku ini ada beberapa ciri khusus yakni bendera merah putih, motif lambang Garuda Pancasila, warna emas, mahkota, kerudung, baju kebaya putih, rok panjang warna merah dan suku-suku.

Merah dan Putih adalah warna dasar Bendera Indonesia yaitu : untuk memperkuat ciri khas Bunda Maria dari Indonesia. Sementara, warna emas (Gold) menunjukkan warna etnik macam macam kain di Indonesia (batik, tenun, macam macam daerah di Indonesia ).

Dalam konteks ini warna emas merupakan warna murni dan agung yang bermakna Bunda Maria adalah Bunda Yang Murni (Bunda Perawan) dan diagungkan oleh umat-umat Katolik .

Dalam Mahkota, terdapat peta di Indonesia yang terdapat di tengahnya dan dikelilingi oleh etnik sebagai ukiran ciri khas Indonesia dan terdapatnya rumbai yang menyerupai rumbai yang di pakai ondel ondel untuk memperkuat keberagaman satu kesatuan yang kuat.

Baca: Patung Bunda Maria Ditahtakan di Pintu Masuk TNK Kelimutu, Inisiatifnya Menyedot Destinasi Rohani

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved