Tetua Adat Serahkan Pulau Siput Kepada Pemkab Lembata
Tetua adat dari Desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, menyerahkan Pulau Awololon atau oleh orang Lembata dikenal sebagai Pulau Siput
Penulis: Frans Krowin | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Tetua adat dari Desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, menyerahkan Pulau Awololon atau oleh orang Lembata dikenal sebagai Pulau Siput, kepada Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur. Penyerahan itu dimaksudkan agar mempermudah pemerintah melaksanakan pembangunan di tempat tersebut.
Penyerahan Pulau Siput kepada pemerintah itu dilakukan secara simbolis oleh lima orang tetua adat dari Desa Baolangu kepada Bupati Sunur di ruang rapat bupati, Senin (21/5/2018). Penyerahan tanah itu melalui dialog antara tetua adat dengan Bupati Lembata yang dipandu Camat Nubatukan, Stanis Kebesa Langoday.
Baca: Camat Nubatukan Sebut Tetua Adat Sudah Siap Buat Ritual
Dialog tersebut dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Apol Mayan dan Kepala Badan Kesbangpol Lembata, Silvester Samun serta beberapa staf lainnya.
Ketua Lembaga Pemangku Adat (LPA) Desa Baolangu, Wilhelmus Wuwur, mengatakan, tetua adat dari lima desa di Kecamatan Nubatukan telah bertemu di pusat tanah di desa itu baru-baru ini. Dalam pertemuan itu semua sepakat untuk menyerahkan pulau siput kepada pemerintah. Maksudnya, dengan penyerahan itu, pemerintah silahkan membangun pulau siput sesuai rencana yang sudah dibuat.
Akan tetapi, lanjut Wilhelmus, sebelum pulau itu dibangun dengan sejumlah fasilitas yang direncanakan, dibuat dulu ritual adat. Hal itu untuk memudahkan pemerintah melaksanakan pembangunan seperti yang diinginkan.
Pada hakikatnya, lanjut dia, tetua adat di Desa Baolangu dan desa-desa lainnya di Nubatukan, mendukung semua program yang direncanakan pemerintah. Itulah alasannya penyerahan pulau siput itu sebagai tanda atas dukungan masyarakat kepada pemerintah untuk mambangun masyarakat dan daerah ini.
"Kami tetua adat ini tidak tahu, tidak mengerti dengan urusan politik. Kalau omong politik, itu bapa dorang punya bidang. Tapi kalau omong soal adat, omong soal budaya, itu kami punya urusan. Makanya kami juga mau sampaikan bahwa sebelum pulau siput dibangun, sampaikan juga kepada kami untuk kita sama-sama buat ritual adat. Ini sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan di tempat itu," ujat Wilhelmus. (*)