Kapolri Jenderal Tito Suruh Teroris Bunuh Diri, Jawabannya Mengejutkan. Najwa: Astaghfirullah!

Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah"

Editor: Bebet I Hidayat
KOMPAS.COM
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (tengah) memberi keterangan kepada wartawan seusai meninjau Rutan Cabang Salemba Mako Brimob Kelapa Dua pasca kerusuhan di Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018). 

POS-KUPANG.COM -- Polisi dalam menumpas teroris memilih jalan tanpa konfrontasi.

Menangkap terduga teroris dalam keadaan hidup adalah prioritas polisi. 

Beberapa hari terakhir ini Indonesia sedang dirundung duka.

Baca: Mimpi Basah Apa Membatalkan Puasa? Ini Jawaban Lengkapnya.

Serangkaian aksi teror terus terjadi.

Baca: Sering Ditanyai Mau Donasi Saat Belanja di Hypermart? Pingin Tahu Untuk Apa? Begini Penjelasannya


Seakan-akan insiden tersebut tiada hentinya.

Alhasil, pihak berwajib sempat mengumumkan bahwa Indonesia kini tengah berada dalam situasi siaga satu terorisme.

Walaupun saat ini status tersebut sudah diturunkan menjadi siaga.

 
Mulai dari bom bunuh diri di 3 gereja Surabaya, penyerangan Polrestabes Surabaya, hingga di Mapolda Riau.

Saking hebohnya, topik tersebut sampai diangkat dalam acara Mata Najwa edisi Rabu (16/5/2018).

Dalam kesempatan itu, Tito menceritakan pengalamannya saat menangkap terduga teroris.

Menurutnya, mereka terjerumus dalam pehamahan ideologi yang salah.

Terduga kasus terorisme Aman Abdurrahman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (18/5/2018)
Terduga kasus terorisme Aman Abdurrahman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (18/5/2018) (Tribunnews.com/Dennis Destriyawan)

Tribunstyle melansir dari Tribunwow, "Pemahaman tentang ideologi yang membuat mereka ikut untuk aksi bunuh diri karena mereka meyakini pemikiran mereka dalam mindset kelompok-kelompok ini mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", ujar Tito.

Setelah itu, Tito Karnavian menjelaskan dua cara yang biasa dipakai pelaku terduga teroris untuk masuk surga.

"Bagi mereka ada dua cara menuju surga dengan jalan yang cepat. Yang pertama yakni jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga. Sedangkan yang kedua, adalah dengan meletakkan bom di tempat keramaian tertentu sedangkan dirinya kabur", tambahnya.

Tito menambahkan, kejadian penyerangan di Surabaya tergolong luar biasa karena menggunakan metode bom bunuh diri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved