Surabaya Jadi Sasaran Bom, Eks Teroris Bongkar Alasannya, Reproduksi Calon Pengantin Juga Disebut
Praktik semacam itu sudah biasa dilakukan oleh para teroris di luar negeri seperti Syiriah dan Irak.
POS-KUPANG.COM | LAMONGAN - Pasca ledakan tiga gereja di Surabaya, pihak kepolisian terus berupaya keras mengejar jaringan teroris yang masih bersembunyi.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan sudah ada 13 tangkapan yang berhasil dilakukan.
Dari 13 tangkapan tersebut, empat di antaranya tewas karena melawan petugas saat proses penangkapan di kawasan Sidoarjo.
Baca: Terkait Kasus Bom, Aliansi Mahasiswa Anti Teroris Minta DPRD Panggil BIN NTT
Satu di antaranya adalah pelaku Anton yang berada di Rusun Wonocolo, Sidoarjo yang tewas di kamar blok B lantai 5.
"Kita lakukan tindakan terhadap 13 orang yang akan lakukan teror. Empat orang kita tembak mati karena melawan petugas. Lokasinya di Sidoarjo, termasuk Anton," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera (14/05/2018).
Untuk 9 tangkapan lainnya, Kombes Pol Frans Barung Mangera menjelaskan, lokasi penangkapannya tersebar di Sidoarjo dan Surabaya dalam kondisi hidup.
"9 tersebar di Sidoarjo dan Surabaya. Total penindakan kita hari ini ada 13 orang. 9 ditangkap hidup dan 4 lainnya tewas," tutupnya di Media Center Polda Jatim.
Penangkapan dilakukan terkait usaha dari 13 tersangka untuk melakukan serangan di beberapa lokasi yang masih dirahasiakan oleh pihak kepolisian.
Pengakuan Rektor Unair
Rektor Universitas Airlangga Surabaya menyebutkan pelaku bom bunuh diri di Surabaya punya Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Cantik Semasa Kuliah Empat Semester.
Prof Muhammad Nasir, Rektor Unair menjelaskan, mahasiswanya bernama Dita Suprianto adalah mahasiswa yang tak sempat lulus.
Baca: Umat Lintas Agama di Sikka Bakar Lilin untuk Korban Bom Teroris
Hal tersebut dikarenakan Dita ini memiliki cacatan pendidikan yang buruk karena mendapatkan IP 1,1 dan tak pernah dapat IPK lebih dari dua.
“IPK mahasiswa ini (Dita) hanya 1,7. Kalau IP persemester itu cantik-cantik yakni 1,1 saja,” cetusnya.
Tak hanya itu, sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Dika harus memenuhi kuota mata kuliah dan IPK minimal 2,5.
Baca: VIDEO: Tri Rismaharini Sidak Gereja-gereja di Surabaya dengan Menumpang Motor Trail
Sebab, standard IPK sudah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan pada waktu itu.
