Jaksa Perempuan Shirley Bikin Terobosan E-Monev untuk Surat, Kajati NTT Langsung Setuju
Begitu jaksa perempuan ini bikin terobosan E-Monev untuk surat-suratan, Kajati NTT langsung setuju
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Shirley mengawali kariernya sebagai pegawai di bagian pengawasan Kejati NTT tahun 1998. Lalu mengikuti pendidikan dan pembentukan jaksa (PPJ) dan lulus tahun 2006 ditempatkan sebagai jaksa fungsional di Kejari Maumere, Kabupaten Sikka.

Jabatannya berturut turut Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Pidana Umum (Pidum) Kejari Kupang, Kepala Seksi (Kasi) Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Kupang, Kaasi 1 di Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi NTT, Kasi Hubungan masyarakat (Humas) dan Penerangan Hukum dan sekarang menjabat Kabag Tata Usaha Kejati NTT.
Shirley menambahkan, sebenarnya semua perempuan bisa berkarier dengan mengembangkan hoby atau talenta yang dimilikinya.

Sebagaimana yang dilakukannya yakni mendesain atau merancang busana, khususnya busana modifikasi tenun ikat Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari hobinya itu, Shirley bisa menghasilkan karya dan uang.
Karenanya Shirley mengajak agar perempuan lain bisa serius mengembangkan hobi yang positif. "Ayo, gali potensi dan hobimu serta kembangkan itu sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bukan saja untuk diri sendiri, keluarga namun juga untuk sesama manusia/masyarakat bahkan daerah serta negara," ajak perempuan kelahiran 11 Oktober 1975 ini.

Dalam mendidik anak Shirley selalu mengajarkan nilai nilai moral budi pekerti dan kerendahan hati serta kemandirian. "Apa artinya seorang berpendidikan tinggi tapi tinggi hati suka merendahkan dan menghina orang lain.
Bagi saya kerendahan hati itu awal kekayaan dan kehormatan, sedangkan tinggi hati itu awal kehancuran," kata Shirley.
Baca: Shirley Manutede Promosi Tenun Ikat Lewat Medsos
Baca: Shirley Manutede: Jaksa Masuk Sekolah
Baca: Sttt, Dokter Perempuan Yovita Anike Mitak ini Ungkap Rahasia Keluarganya
Untuk mengajarkan kemandirian, Shirley memasukan kedua anaknya ke asrama dan kos, agar mereka belajar
hidup jauh dari orang tua, mandiri dan siap hadapi kerasnya hidup bila suatu saat di tinggalkan orang tua.

"Memang awal anak anak jauh ada rasa sedih rasa kasihan harus cuci baju sendiri harus cuci piring sendiri harus tidur di kamar yang hanya diskat tirai, tapi saya abaikan perasaan sedih itu demi masa depan anak anak saya," kata Shirley.
Sekarang mereka sudah bisa lalui hidup dalam asrama dengan baik dan nilai nilai yang di ajarkan para biarawati di asrama tertanam dalam sanubari mareka.
Baca: Intip Koleksi Busana Tenun Ikat Milik Shirley Manutede
"Tidak ada kebahagiaan paling tinggi untuk orang tua selain melihat anak anaknya berhasil dalam studi dan memiliki budi pekerti yang baik termasuk peduli pada orang lain," kata ibu dari Dyana dan Dynda. (*)