Ini Pesan Ketua MS GMIT Kepada Peserta Pawai Paskah Kota Kupang
Rombongan atau tim peserta pawai Paskah atau pawai kemenangan ke-22 tahun 2018 diminta hindari hura-hura.
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Rombongan atau tim peserta pawai Paskah atau pawai kemenangan ke-22 tahun 2018 diminta hindari hura-hura. Momen Paskah bukan untuk memamerkan kekuasaan, tapi sebagai komitmen membangun NTT sebagai rumah perdamaian, rumah bersama yang layak didiami semua warga termasuk umat bergama.
Baca: KM Sinar Mutiara III Nyaris Tenggelam, Anak-anak Berteriak Minta Tolong
Hal ini disampaikan Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, dalam sambutannya pada acara pawai Paskah, Senin (2/4/2018).
Pawai Paskah yang digelar BP Pemuda GMIT ini diikuti 70 rombongan. Setiap rombongan terdiri dari 50-200-an orang. Rombongan ini terdiri dari rombongan GMIT, denominasi kristen, organisasi lintas agama, akademi/perguruan tinggi, yayasan/LSM serta kelompok etnis.
Baca: 35 Orang Istri Menteri Kabinet Dampingi Ibu Negara ke Maumere
Hadir pada acara ini Sekda NTT, Ir. Ben Polo Maing, Ketua DPRD NTT, H. Anwar Pua Geno, S.H, Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore, Ketua DPRD Kota Kupang, Jeskiel Loudoe, Ketua Pemuda Sinode GMIT, David Natun, Sekretaris, Habel Mbate, Ketua Panitia, Bugal DIB Mauta, dan Sekretaris Khristom Boimau.
Hadir pula Rektor Undana, Prof. Fred Benu, M.Si, Ph.D, Esthon L Foenay dan Emi Nomleni.
Pawai Paskah tahun ini berthema: Kuasa Kebangkitan Kristus Menjadikan Kita Hamba Kebenaran, dengan sub thema: Bersama Kristus Kita Hidup Spritualitas Ugahari Demi Keadilan Terhadap Sesama dan Lingkungan.
Menurut Kolimon, momentum pawai Paskah ini bukan sekedar seremoni biasa. Karena itu perlu dihindari hura-hura, tetapi pawai ini dapat menjadi pesan sungguh-sungguh sebagai kesaksian hidup mengenai Kristus yang telah bangkit.
"Kisah penderitaan Yesus berpuncak dari kematian di kayu salib dan berlanjut pada peristiwa kebangkitannya. Rangkaian keselamatan itu telah memulihkan pribadi dan persekutuan para murid, karena itu pawai ini bukan untuk hura-hura" kata Mery. (*)