Pemuda GMIT Harus Berani Tolak Human Trafficking
Pemuda GMIT di Kota Kupang harus berani menolak kasus human trafficking yang kian marak terjadi di Kota Kupang dan di NTT.
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemuda GMIT di Kota Kupang harus berani menolak kasus human trafficking yang kian marak terjadi di Kota Kupang dan di NTT. Pemuda harus berada pada garda terdepan menolak praktek-praktek yang menjurus kepada perdagangan orang.
Hal ini disampaikan Ketua Pemuda GMIT Klasis Kota Kupang, Erenst Blegur, saat malam prosesi Jalan Salib di Taman Nostalgia, Kota Kupang, Kamis (29/3/2018) malam.
Baca: Umat Sanjose Menangis, Nelli Berteriak: Minta Ampun Tuhan
Menurut Erenst, kasus human trafficking sudah menjadi kasus yang masih melilit masyarakat NTT. Karena itu sebagai pemuda harus berpikir apa yang bisa dilakukan dalam mencegah kasus tersebut.
"Kasus ini terjadi di mata kita, karena itu kita harus bertindak agar apa yang bisa dibuat. Pemuda harus juga bangkit dari keterpurukan ini," kata Erenst.

Dijelaskannya, pemuda harus mampu membentengi diri dengan hak-hal negatif yang justru merusak tatanan dalam kehidupan bermasyarakat.
"Kita juga harus pikirkan upaya-upaya pemberdayaan terhadap anak muda. Orangtua diajak agar jangan kirim anak-anak kita ke luar negeri," katanya.
Baca: Pdt. Yohanis Ratu Bilang Prosesi Jalan Salib Bukan untuk Makan Puji
Dikatakannya, pergumulan anak muda saat ini, yakni dapat membentengi diri dari berbagai hal negatif. Bahkan, pemuda harus bangkit dan jadi pemenang.
"Tahun ini tahun politik baik di NTT dan beberapa daerah menggelar pilkada serentak. Pemuda harus pilih pemimpin yang bisa membawa daerah ini keluar dari masalah -masalah sosial kemasyarakat seperti human trafficking," ujarnya.
Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore mengatakan, kegiatan jalan salib itu menjadi refleksi bagi masyarakat Kota Kupang tentang pengorbanan Yesus.
Pada kesempatan itu, Jefri juga menyoroti soal masalah trafficking. "Saya kadang sedih mendengar saudara-saudara kita yang pulang tanpa nyawa. Untuk di Kota Kupang, kita sudah buat satgas di kelurahan untuk cegah kasus ini," kata Jefri.
Dia menjelaskan, pemerintah kelurahan harus bisa mengatasi persoalan ini, karena biasanya dokumen dan identitas calon TKI itu mulai dari kelurahan.
"Lurah buat identitas palsu, karena itu saya sudah tegaskan pada semua lurah di Kota Kupang tentang hal ini agar tidak boleh terjadi," katanya.
Dia berharap ke depan pemuda GMIT Klasis Kota Kupang dapat bekerjasama demgan Pemkot Kupang dalam melihat masalah human trafficking serta mencari solusi pencegahan atau untuk mengatasi kasus TKI," ujarnya. (*)